Pemetik Semangka dan Pemungut Wijen

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
4 Juli 2019 17:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apakah anda pemetik semangka atau pemungut wijen? Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Apakah anda pemetik semangka atau pemungut wijen? Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Oleh: Ricky Suwarno
30 Juni 2019
Saya menulis tulisan ini pada hari Minggu, hari beristirahat. Kali ini, saya mendongeng tentang sebuah kisah yang sering saya bicarakan kepada teman baik.
ADVERTISEMENT
Begini kisahnya. Ibu Wati punya tiga anak laki-laki. Kepada anak tertua yang baru lulus SMP, ibu Wati memintanya agar tidak sekolah lagi, melainkan bekerja saja untuk mencari nafkah. Kemudian, si anak ini menjadi pengendara Gojek, dengan sepeda motor ibunya yang sudah tua.
Anak laki-laki pertama menghasilkan Rp 6 juta sebulan. Ia sangat berbakti. Sebagian penghasilannya dipakai dan ditabung sendiri. Selebihnya, dikasih ke ibunya setiap bulan. Ibu Wati merasa sangat gembira.
Saat putra keduanya lulus SMP, ibu Wati meminta hal yang sama, bahkan menyarankannya untuk jadi pengendara Gojek juga. Anak ini menurut saja, lantas ibu Wati mendapatkan sumber penghasilan kedua.
Setiap kali ibu Wati mengirim seorang putra untuk bekerja, dia akan mendapatkan lebih banyak pendapatan. Namun hidupnya masih sangat susah dan dia tidak bisa melihat masa depan.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan pendiri Gojek yang mendapatkan 20 persen nilai surplus dari setiap pemotor Gojek. Dia juga memiliki ratusan ribu pengendara Gojek. Alhasil, kekayaannya menjadikan Gojek sebagai Unicorn terbesar di Indonesia.
Cara berpikir Ibu Wati sangat berbeda dengan pendiri Gojek, sehingga ia tidak mengerti mengapa dirinya selalu miskin. Ibu Wati justru berpikir untuk memiliki sepuluh anak laki-laki, sehingga ada sepuluh penghasilan.
Untungnya, putra tertua dan kedua telah sekian waktu mengojek di luar, dan mulai mengenali dunia ini. Mereka tahu bahwa tidak boleh mengandalkan pekerjaan kuli dengan penghasilan 6 juta sebulan. Mereka memberitahu ibunya bahwa adik termuda harus mendapat pendidikan tinggi.
Ibu Wati merasa tercerahkan dan membimbing putra ketiganya melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Sehingga, anak ketiga menjadi orang yang terampil dan bukan hanya mencari nafkah. Walaupun kita tahu, anak ketiga mungkin tidak bisa mencapai taraf pendiri Gojek, tetapi ia telah menjajaki awal yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Pendiri Gojek adalah pemetik semangka, sementara Ibu Wati adalah pemungut wijen. Berat semangka adalah 20.000 kali lipat dari wijen. Oleh karena itu, seberapa keras bekerja untuk memungut biji wijen, hampir tidak mungkin bisa memungut berat setara semangka.
Ilustrasi menghemat uang Foto: Shutterstoc
Sebenarnya, banyak orang dalam kehidupan kita benar-benar tidak memahami filosofi ini. Misalnya, untuk menghemat uang 1.000 perak, harus berjalan 10 menit. Atau, demi sedikit diskon harus shopping ke luar kota, atau berjam-jam mencari 5 persen diskon di Tokopedia.
Orang-orang ini tidak menggunakan waktu secara efisien. Mereka telah terbiasa dengan tujuan hidup yang sangat rendah. Begitu mental seseorang menjadi sangat rendah, sulit untuk meningkatkan diri ke level yang lebih tinggi.
Sering kali, banyak juga orang dengan kondisi keuangan yang lebih baik, berusaha memungut wijen. Contohnya, beberapa teman meminta saya untuk titip membawa beberapa barang mewah ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Produksi China mungkin kadang bisa menghemat 10-20 persen harga daripada di Indonesia. Ponsel atau tas mungkin bisa lebih hemat hingga ratusan juta rupiah. Ini adalah pekerjaan memungut wijen, karena membutuhkan banyak pemikiran untuk menghemat sedikit uang. Terlebih, harus menitip kepada orang lain, sehingga harus berhutang budi kepada orang tersebut.
Saya tidak ingin mengomentari metode belanja seseorang. Tetapi maksud saya, ketika pikiran seseorang diletakkan pada bagaimana memungut sebiji wijen, ia selamanya akan kehilangan peluang mendapatkan semangka.
Hal ini tidak hanya terjadi pada individu, tetapi juga pada perusahaan. Misalnya saja, Yahoo yang telah mengembangkan banyak layanan Internet yang tak terhitung. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menduduki peringkat nomor satu di dunia. Mereka men-copas dengan keuntungan yang sangat terbatas. Dan pada akhirnya, mereka kalah dan mundur dari pasaran.
ADVERTISEMENT
Mental dan cara berpikir orang yang memungut wijen dan semangka, sangatlah berbeda. Pemungut semangka tidak tergoda oleh keuntungan kecil. Mereka selalu melihat jangka panjang.
Ketika Steve Jobs kembali ke Apple lagi (sesudah diusir dari perusahaannya sendiri). Ia menghentikan banyak proyek yang berpenghasilan wijen dan menyisakan beberapa proyek digital, yang akhirnya mengubah Apple menjadi buah semangka besar yang kita kenal hari ini.
Sayangnya, sebagian besar pemikiran orang masih berhenti pada cara memungut wijen. Namun, justru hal inilah yang memberikan peluang besar bagi kita. Sebab, jumlah semangka jauh lebih sedikit dibanding biji wijen di dunia ini.
Just like grandma says, kita dapat memberi tahu lebih banyak orang tentang rahasia ini. Jangan takut mereka akan datang merebut semangka darimu. Karena kebanyakan orang masih akan memungut biji wijen, dan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan mereka. Pada akhirnya, semangka akan tersisa buat kita. Semoga Anda bisa memungut semangka besar dalam hidup.
ADVERTISEMENT
https://artificialintelligenceindonesia.com/