Perang Dagang AS-China di mata Ray Dalio

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
12 Juni 2019 19:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Ricky Suwarno
12 Juni 2019
Pendiri Bridge Water Fund, Ray Dalio, belum lama ini mengatakan konflik antara China dan Amerika Serikat seharusnya tidak lagi disebut “perang dagang.” Ray Dalio, seorang investor milliarder AS, manajer dana lindung nilai, dan Dermawan. Beliau adalah pendiri perusahaan investasi Bridgewater. Salah satu dana lindung nilai terbesar di dunia. Orang terkaya ke 58 di dunia pada Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Tiongkok telah mempersiapkan Perang Dagang dengan AS dalam jangka panjang
“Perang dagang” adalah kata yang menyesatkan. Dalam pandangannya, “Ini adalah persaingan konseptual antara dua negara raksasa. Dengan tingkat kekuatan yang hampir sama, di dalam dunia yang kecil.”
Persaingan ini terkait dengan dua masalah. Masalah pertama, dua cara hidup yang berbeda yang ditempuh oleh masing-masing dua Negara Adidaya. Perluasan dua cara yang berbeda dari dua pemerintah. Termasuk cara bisnis dan perilaku individu.
Masalah kedua adalah bangkitnya negeri Panda, China menjadi salah satu kekuatan dunia. Yang akan semakin meningkat dan menjadi negara Adidaya. Pesaing terbesar buat Hegemony AS. Sehingga kekuatan Barat, atau AS masih belum bisa menerima kenyataan ini.
Sebenarnya sangat sederhana. Bagi China, tradisi cara hidup berpusat pada model keluarga Top-Down Konfusianisme. Bagi Amerika Serikat, cara hidup mengikuti konsep Bottom-Up individualism.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara pemerintah dan perusahaan, adalah inti dari perselisihan perdagangan. Dan inti masalah ini akan selalu ada.
Kedua belah pihak seharusnya tidak mengharapkan pihak lain untuk berubah. Terutama pihak AS. Yang terkenal dengan individualism dan sifat Ego Self-center. Dengan slogannya “America First”.
Kedua konsep ini akan terus mendominasi kedua Negara Superpower untuk waktu yang sangat lama. Adapun hasil dari kompetisi antara kedua negara, pada akhirnya tergantung pada semua aspek pendidikan, ekonomi, masyarakat, teknologi, keuangan dan militer.
Bentuk konseptual masing-masing dari kedua negara pada akhirnya akan tercermin dalam bidang-bidang tersebut. Yang merupakan sumber kekuatan suatu negara.
Sejarah menunjukkan, jika AS berusaha memasakkan kehendaknya terhadap China untuk mengorbankan kepentingan negaranya, Ataupun, bila dua negara mencoba untuk membujuk pihak lain mengubah cara hidup mereka, maka itu akan mengarah pada konfrontasi. Dan bahkan konsekuensi yang lebih serius.
ADVERTISEMENT
Tetapi jika kedua raksasa menyadari bahwa kerjasama Win-Win lebih baik daripada kerugian di masing-masing pihak, maka mereka akan bisa memperoleh hasil yang menguntungkan.
Just like grandma says, sebenarnya penyebab Perang Dagang ini adalah cara hidup yang berbeda antara kedua negara. Satu negara mempromosikan konsep dari atas ke bawah. Dan satunya, mempromosikan konsep dari bawah ke atas. Mungkin sudah saatnya, AS menerima kenyataan bangkitnya kekuatan dari Timur. Semoga kedua negara ini, khususnya AS tidak mencoba mengubah Negara lain untuk menerima ideologinya. Melainkan, bergerak maju dan mencari win-win solusi.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan teknologi terkini, bisa menelusuri: https://artificialintelligenceindonesia.com/