Perbandingan Unicorn AS-China

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2019 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perbandingan Unicorn AS-China mungkin bisa menjadi referensi bagi pengembangan startup digital di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang perkembangan startup-nya begitu cepat meningkat. Pertumbuhan startup ini membantu peningkatan perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Status startup sebagai “unicorn” sudah diraih oleh empat perusahaan Indonesia. Di antaranya, Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan Bukalapak. Yang memang sudah tidak asing bagi kita semua.
Indonesia sangat berpotensi mencetak banyak perusahaan unicorn dalam beberapa tahun mendatang.
Status unicorn mengandung arti bahwa startup tersebut sudah memiliki nilai valuasi lebih dari USD 1 miliar.

Perbandingan Unicorn AS-China

Berdasarkan statistik di pertengahan tahun 2018, jumlah unicorn di China telah mencapai 155 startups. Dengan total nilai valuasi USD 668 miliar. Kebanyakan dalam bidang seperti fintech, transportasi, AI, big data, dan 19 sektor lainnya.
Kebanyakan mereka berlokasi di daerah yang berfokus di Beijing, Shanghai, Hangzhou, Shenzhen, dan 16 kota lainnya.
Secara rinti, unicorn terbanyak berpusat pada bidang fintech. Ada 20 startups. Dengan total valuasi USD 262 miliar.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, di bidang transportasi. Ada 7 startup dengan valuasi USD 68 miliar.
Selanjutnya, ada startup di bidang e-commerce dengan jumlah 28 startups. Total valuasi USD 53 miliar.
Dari segi lokasi, Beijing adalah kota dengan startup terbanyak di China. Ada 67 startups dengan valuasi yang sangat tinggi juga, yaitu USD 249 miliar.
Kota Shanghai menempati urutan kedua. Dengan jumlah 33 startups. Adapun total valuasi USD 102 miliar.
Sedangkan, Hangzhou menempati urutan ketiga. 18 startups dengan valuasi secara total USD 224 miliar.
Dan kota urutan yang keempat, Shenzhen. Ada 14 startups dengan total valuasi USD 56 miliar.
Berdasarkan waktu statistik yang sama pada pertengahan tahun 2018 yang dilakukan oleh CB Insights, jumlah unicorn di Amerika Serikat mencapai 125 startup. Dengan total valuasi USD 436 miliar. Sekitar seperdelapan puluh persen total unicorn di China. Dan seperenam puluh lima persen total valuasi dari China. Size does matter. Total penduduk China hampir lima kali lipat penduduk Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya di China, unicorns Amerika Serikat kebanyakan berhubungan dengan bidang transportasi, corporate service, financial atau fintech, big data, dan 26 sektor lainnya. Yang terfokus pada kota-kota seperti Silicon Valley, San Fransisco, New York, Los Angeles, dan 23 kota lainnya.
Dari segi valuasi, unicorn di Amerika Serikat hampir sama dan mendekati unicorn valuasi China. Unicorn dengan nilai valuasi lebih dari USD 10 miliar ada 9 startups. Dengan total valuasi USD 212 miliar, atau menduduki 48,6 persen dari total nilai valuasi unicorn.
Di antara top ten unicorn secara global, masing-masing 5 unicorn ditempati oleh US-China. Tetapi, hanya Ant Financial saja, anak perusahaan Alibaba, yang telah memiliki nilai valuasi lebih dari USD 150 miliar. Melampaui semua jumlah nilai total valuasi dari top ten unicorn global.
ADVERTISEMENT
Bila dilihat dari segi nilai valuasi, unicorn dari China mempunyai nilai valuasi yang rata-rata lebih tinggi dari Amerika Serikat, sekitar USD 4,3 miliar. Sedangkan, nilai valuasi unicorn Amerika Serikat rata-rata USD 3,4 miliar.
Sedangkan dari industri artificial intelligence atau kecerdasan buatan, China telah memiliki 7 unicorns dengan total valuasi sebesar USD 22,3 miliar. Sedangkan, Amerika Serikat hanya memiliki satu unicorn dengan nilai valuasi sekitar USD 1,6 miliar.
Baru-baru ini, penilaian terbaru perusahaan unicorn untuk AI dari China, Sensetime Technology, telah mencapai USD 7 miliar. Ini menjadikan Sensetime sebagai unicorn AI paling besar dan bernilai di dunia.
Di sejumlah sektor seperti di bidang teknologi dirgantara, teknologi bangunan, pencetakan 3D, VR, AR, maupun teknologi bersih ataupun sumber energi baru, di Amerika Serikat telah muncul beberapa unicorn. Sedangkan, dalam bidang tersebut, China masih belum ditemui unicorn yang berpotensi.
Pemerintahan Jokowi sangat mendukung pertumbuhan unicorn di Indonesia. Dan beliau berharap lebih banyak unicorn bermunculan. Bahkan sampai intervensi ke negara lain. Walaupun dari pihak pemerintah kurang terlihat kebijakan yang bisa mendukung pertumbuhan suatu unicorn.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, bagaimana memperluas wawasan, dan berpikir out of box untuk membangun visi besar Indonesia di masa depan. Semoga perbandingan unicorn AS-China bisa membantu anak-anak muda kita untuk bisa berdiri di atas pundak dua 'raksasa' tersebut, dan melihat lebih jauh.