Pesaing SpaceX dari China

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
3 September 2019 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesaing SpaceX dari China itulah komentar Elon Musk yang menarik perhatian saya dalam Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) 2019 Shanghai minggu lalu. Elon Musk berkata perusahaan roket inovatif China telah berkembang sangat pesat. Ini mengingatkan saya pada tajuk berita baru-baru ini yang bergaris besar, Pesaing SpaceX dan Blue Origin dari China mulai bermunculan.
ADVERTISEMENT
Itulah China. Amerika Serikat punya teknologi apa, China juga harus punya. Mulai dari belajar dan mencopas mereka. Sampai akhirnya melampaui gurunya, AS dan menginovasi sendiri. Menjadi pemimpin Teknologi Dunia.

Pesaing SpaceX dari China

Teknologi peluncuran Roket patut mendapat perhatian kita. Karena jika Indonesia ingin memasuki Dunia Antariksa, harus mempelajari roket. Dan roket setara dengan infrastrukturnya atau Ambang pintu masuk ke Antariksa.
Di masa lalu, peluncuran roket pada awalnya selalu dikendalikan oleh lembaga penelitian ilmiah nasional. Singkatnya, dibawah kendali pemerintah. Namun pada tahun 2015, muncul titik balik penting di bidang ini. Muncullah pesaing SpaceX dari China.
Sejak tahun 2015 pemerintah China mulai mempromosikan kebijakan integrasi militer-sipil. Pintu peluncuran roket dibuka besar untuk perusahaan swasta. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi melalui kompetisi, dan mengurangi biaya pengadaan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, pasar layanan satelit juga mulai mengalami perkembangan besar dalam beberapa tahun terakhir. Dalam bidang kedirgantaraan, jika dilihat dari nilai komersial, peluncuran satelit hanyalah bagian kecil dari ujung Gunung Es. Layanan satelit barulah keseluruhan Gunung Es nya. Ukuran pasar layanan satelit sangatlah besar.
Terutama ketika Dunia mulai memasuki Jaringan 5G, dan Era Internet of Things yang mulai berkembang. IoT memiliki permintaan yang jauh lebih besar untuk satelit kecil orbit rendah. Tidak peduli satelit apa yang diluncurkan. Atau berapa jumlah satelitnya, kita selalu memerlukan roket sebagai kendaraan. Karena itu, ketika pasar satelit mulai naik, secara otomatis juga mendorong pertumbuhan bidang peluncuran roket.
Banyak lembaga investasi China mulai berinvestasi di pasar Antariksa sejak tahun 2015. Lebih dari 70 institusi investasi dan VC terkenal. Seperti investor taraf nasional Shunwei Capital, Matrix Partners China dan IDG.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, China memiliki banyak talenta di bidang Dirgantara. Mulai tahun 2015, banyak pakar Dirgantara keluar dari institusi pemerintah untuk membuat startup Dirgantara. Menjadi Pesaing SpaceX dari China. Di antara mereka, ada dua lembaga yang telah menjadi penyalur pakar dan SDM Dirgantara domestik. Salah satunya adalah Akademi Peluncuran Teknologi Roket China. Yang juga dikenal sebagai Akademi Penerbangan Luar Angkasa Pertama. Yang lainnya adalah, Akademi Teknologi Ruang Angkasa China. Juga dikenal sebagai Akademi Penerbangan Luar Angkasa Kelima.
Gaji bulanan para insinyur umumnya sangat tinggi. Termasuk desain perakitan mesin, dan desain pendorong tenaga listrik dapat mencapai 5000 Dolar perbulan. Merupakan gaji yang sangat baik di propinsi Xi’an. Bahkan wakil kepala desainer atau kepala desainer dapat mencapai gaji tahunan 100.000 Dolar.
ADVERTISEMENT
Untuk memasuki bidang Dirgantara, ambang batasnya sangat tinggi. Pertama, diperlukan kualifikasi sertifikat dari pemerintah Beijing namanya, “tiga sertifikat industri militer.”

Landspace vs i-Space vs OneSpace

Untuk meluncurkan roket secara resmi, diperlukan ijin peluncuran roket kapal induk swasta China. Yang diterbitkan oleh Badan Antariksa Nasional dan Komisi Militer Pusat Beijing.
Perusahaan-perusahaan roket swasta China yang sangat menonjol, atau tepatnya Pesaing SpaceX dari China adalah Landspace. Perusahaan Antariksa Swasta pertama di China yang telah memperoleh semua lisensi peluncuran roket. Berkantor pusat di Beijing. Salah satunya lagi adalah i-Space yang juga berkantor pusat di Beijing. Dan yang ketiga, adalah OneSpace China dan bermarkas di Chongqing.
Ketiga perusahaan ini adalah Eselon pertama menurut lembaga investasi “Essence Securities”, yang dievaluasi dalam laporan yang diluncurkan tahun ini. Sejauh ini, diantara ketiga pesaing diatas hanya ada satu perusahaan swasta yang berhasil meluncurkan roket yang mengorbit. Dan dia adalah i-Space.
ADVERTISEMENT
Pendiri i-Space bernama Peng Xiaobo. Mantan Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan di Akademi Peluncuran Teknologi Roket China. I-Space didirikan pada tahun 2016. Karyawan i-Space rata-rata berpengalaman lebih dari 12 tahun dalam peluncuran roket.
Kemampuan memasuki Orbit adalah kriteria Utama untuk menguji kemampuan suatu Perusahaan Roket. Jika tidak dapat mengirim ke orbit ruang angkasa, satelit secara alami tidak akan berfungsi. Untuk memasuki orbit, daya dorong roket harus cukup kuat untuk mengontrol lintasan pergerakan. Karena itu, tuntutan terhadap teknologi mesin, atau kontrol maupun teknologi struktural sangatlah tinggi.
Dua perusahaan roket lainnya, Landspace dan OneSpace telah mencoba meluncurkan ke orbit, tetapi belum berhasil.
Sebelumnya, i-Space pernah meluncurkan dua roket “sub-orbital”. Sub-orbital adalah roket yang diluncurkan ke jarak 20km hingga 100km dari permukaan bumi. Dalam rentang ini dinamakan sub-orbital. Dan di luar kisaran ini, disebut memasuki orbit.
ADVERTISEMENT
Satelit Sub-Orbital terutama digunakan untuk eksplorasi atmosfer dan eksperimen ilmiah. Seperti mendeteksi komponen struktural dari berbagai lapisan atmosfer, mempelajari medan geomagnetik, sinar ultraviolet matahari dan sebagainya. Dari sudut pandang ilmiah, roket ini sangatlah penting. Tetapi dari perspektif bisnis, nilai komersialnya sangatlah rendah.
Itu sebabnya, jika ingin melihat keunggulan perusahaan roket komersial, kita harus melihat apakah perusahaan tersebut dapat meluncurkan roketnya ke orbit.
Tentu saja, memasuki ke orbit hanyalah langkah pertama. Selain lintasan, ada dua kesulitan teknis yang berusaha diterobosi perusahaan roket komersial. Diantaranya, pengembangan mesin metana oksigen cair. Mesin jenis ini dianggap sebagai tren bisnis masa depan.
Metana memiliki kepadatan lebih tinggi, dan biaya lebih rendah daripada hidrogen cair tradisional. Oleh karena itu, banyak perusahaan ruang angkasa komersial sedang mempertimbangkan kinerja biaya, dan mengembangkan ke arah ini. Mesin metana oksigen cair juga dikenal sebagai “mutiara mahkota” dari teknologi kedirgantaraan.
ADVERTISEMENT
Di dunia saat ini, ada tiga mesin pendorong yang telah berhasil menyelesaikan uji coba diatas. SpaceX dengan mesin pendorong “Raptor”. Ataupun, Blue Origin miliknya Boss Jeff Bezos, “BE-4.” Dan satunya dari China, miliknya i-Space bernama “Tian Que atau Scorpio”.
Kesulitan teknis lainnya adalah roket yang bisa di daur ulang. Artinya, roket yang bisa digunakan kembali. Ini sangat penting untuk mengurangi biaya peluncuran.
ADVERTISEMENT