Bakiak, Sandal Kuno yang Menggambarkan Keikhlasan Penggunanya

Sumber: Dokumen Milik Penulis

Sejak kecil, saya memang jarang sekali membeli sandal branded. Apalagi beli sandal yang harganya di atas dua ratus ribu saja belum pernah. Maklumlah, saya hanya orang kecil. Beneran.

Tapi, saya cukup ikhlas untuk tidak iri jika melihat teman-teman saya memakai sandal yang bagus dan branded. Bagi saya sendiri, sandal mewah adalah sandal yang awet, nyaman dan murah meriah, contohnya sandal bakiak (terompah).

Mungkin dari sini kalian mengira kalau saya ini orang yang memiliki gaya hidup orang Jawa, “nrimo opo enek e” atau menerima apa adanya. Sebenarnya ini tidak soal sederhana ataupun pelit. Tapi, ini soal bagaimana saya memanajemen keuangan yang saya punya. Itu saja, nggak lebih.

Nah, kriteria sandal yang awet dan murah itu sendiri tidak saya temukan pada sandal mana pun. Tidak pada Eiger, Carvil, dan tidak pula pada sandal Swallow. Sandal yang bagi saya mampu memenuhi kriteria awet dan murah adalah sandal bakiak. Kalian tahu kan, sandal yang saya maksud itu?

Sandal bakiak ini ada yang menggunakan nama merek dan tidak. Tapi, ya, kebanyakan tidak menggunakan merek. Kebanyakan penjual, biasanya sandal ini ditempatkan pada di rak yang paling belakang.

Ya, maklum, pengguna sandal bakiak jarang sekali, paling-paling ya santri yang mondok di Pondok Pesantren. Pada dasarnya sandal bakiak ini memiliki ciri, yaitu bahannya dari kayu dan berbentuk seperti selop. Inilah yang dinamakan sandal bakiak.

Sumber: Dokumen Milik Penulis

Sandal ini memiliki keunikan yang menurut saya sangat khas, beda dengan sandal-sandal lain. bentuknya yang yang seadanya, tanpa ada jepitan, dan langsung bisa dipakai kemanapun anda mau. Apalagi ketika kalian menggunakannya, akan terdengar suara khas “klotak-klotak” dari sandal tersebut, kalian akan jadi pusat perhatian jika menggunakan sandal ini, apalagi ketika kalian pergi ke Mal menggunakan sandal Bakiak ini, sudah pasti kalian jadi artis (pusat perhatian).

Dan hal inilah yang menurut saya menjadi jaminan tersendiri atas keawetanya, dan pastinya tahan air. Kemungkinan sandal putus sangatlah kecil. Kalau toh putus, sangat mudah untuk dibenahi.

Soal ketahanan, sandal ini tidak ada yang bisa menandingi. Coba saja kamu lempar di kawanmu, sudah pasti ia akan marah besar. Setidaknya sandal bakiak yang saya pakai saat ini telah digunakan oleh saya dan orang tua saya bertahun-tahun. Hingga saat ini kondisinya nggak terlalu buruk. Kemungkinan cuma warnanya yang berganti, sedikit ada warna coklat dan agak tipis. Setidaknya nggak pernah putus karetnya.

Tidak hanya itu, sandal bakiyak ini sama halnya dengan sandal 'murahan' yang lain, cukup aman lah jika digunakan di tempat-tempat yang rawan kehilangan, Masjid misalnya. Buktinya, sandal bakiak saya masih utuh dan baik-baik saja ketika saya bawa di Masjid.

Mungkin karena penampilannya yang tidak terlalu menarik, sehingga tidak ada yang nyolong. Kemungkinan juga para pencuri sandal itu tahu kalau sandal ini sebenarnya sandal yang biasa saja dan murahan. Tapi entahlah, hanya pencuri yang tahu.

Oke, semakin lama saya seperti Brand ambassador sandal bakiak ini saja. Sebenarnya ini hanya ungkapan kekaguman akan tradisi orang Indonesia, terutama pada sandal bakiak ini. Sandal ini mampu membantu aktivitas saya dengan baik. Dia tidak malu dengan bentuknya yang berbeda dengan lainnya dan pasti harganya sangatlah murah meriah.

Pernahkan kalian melihat sandal bakiak ini di TV? Pastinya jawabanya tidak pernah. Inilah bukti bahwa sandal bakiak ini tidak sombong dan rendah hati. Sandal ini akan tetap abadi dan tak pernah lekang oleh waktu.