Dibuka, Restoran Indonesia Pertama di Sudan

Konten dari Pengguna
19 November 2017 12:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifat Mubarok tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hidup di negeri perantauan, memang tak semudah hidup di negeri sendiri. Soal makanan yang merupakan kebutuhan pokok saja, sering kali lidah kita harus dipaksa untuk menerima rasa makanan yang jauh berbeda dengan rasa khas makanan tanah air kita. Suka atau pun tidak? Begitulah yang seringkali dialami para perantau.
ADVERTISEMENT
Lidah memang bisa dipaksa, namun masalah hati, beda cerita. Yah, paksa memaksa tidak lagi berguna ketika lidah diprovokasi hati yang sedang rindu masakan bunda. Ingin makan masakan bunda, tapi apalah daya bunda jauh di sana, yang ada hanya fuul dan adas (keduanya makanan khas Sudan) yang tak mengundang selera, akhirnya hanyalah Indomie dan telur rebus jadi teman setia mahasiswa. Sebenarnya, kita bisa saja memasak sendiri, browsing resep masakan lalu mencoba memasak sendiri. Namun jadwal kuliah yang padat, amanah organisasi, dan banyak hal lainnya acap kali menghalangi kita untuk memasak.
Tampaknya hal-hal di atas memanggil Kang Hilman Firmansyah untuk mengobati para mahasiswa yang sedang dilanda rindu masakan ibu, sekaligus memperkenalkan cita rasa makanan nusantara di Benua Afrika. Mahasiswa International University of Africa jurusan Sunnah wa ‘ulumul hadits semester VII asal tanah Pasundan ini mendirikan restoran Indonesia pertama di negara Sudan. Dengan adanya restaurant ini, Ia juga ingin membangun kemandirian tolibul ‘ilm syar’I yang merupakan calon dai­ di tanah air setelah menyelesaikan studinya di Sudan. Karyawan restoran ini hampir seluruhnya mahasiswa Indonesia. Tentunya dengan jam kerja yang tidak menganggu kuliah. “Sebenarnya nama awal restoran ini adalah rindu ibu, sejalan dengan motivasi saya mendirikan restoran ini. Namun karena kata ‘rindu ibu’ sulit diucapkan oleh orang Afrika dan lainnya, akhirnya kami ganti menjadi nusantara, maknanya bagus lagi mudah diucapkan. Dengan adanya restoran ini saya juga ingin melatih dan mewujudkan kemandirian dalam diri kita sebagai calon dai.
ADVERTISEMENT
Saya merasa tertampar perkataan Bapak Duta Besar RI Drs. Burhanuddin Badruzzaman untuk Sudan dan Eriteria dalam suatu acara, waktu itu beliau berkata, tidaklah dikatakan suatu dakwah itu berhasil, jika ketika ingin mengadakan dauroh, kajian dan lainnya masih mengandalkan proposal.” ujarnya ketika El-Nilein mewawancarai Kang Hilman.
Sesuai target pasar utama, restoran ini terletak di tempat yang sangat strategis, yaitu di komplek pertokoan yang berada di kawasan kampus International University of Africa (IUA), tepatnya di belakang gedung Administrasi Kampus IUA atau lebih dikenal sebagai gedung jawazaat IUA di kalangan mahasiswa.
Setelah kurang lebih dua bulan mempersiapkan segala sesuatunya, restoran ini dibuka pada hari Sabtu (18/11/’17). Grand Opening restoran tersebut dihadiri oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Sudan dan Eriteria, Drs. Burhanuddin Badruzzaman sekaligus meresmikan Restoran Nusantara. Ketika memberikan sambutan, beliau mengungkapkan rasa haru dan bangganya terhadap Restoran Nusantara. "Saya terharu dan bangga, karena setelah 3,8 tahun saya bertugas di Sudan, akhirnya salah satu keinginan saya yaitu memiliki restoran khas nusantara akhirnya ada yang mewujudkan. Tentunya KBRI Khartoum sangat mendukung berdirinya restoran ini, karena hal ini juga merupakan salah satu bagian dari diplomasi yang menjadi tugas KBRI. Kita harus percaya diri dan bangga dengan kekayaan budaya dan kuliner Indonesia, karena makanan-makanan Indonesia jika diurutkan secara ranking, selalu menempati urutan teratas makanan terlezat di dunia. Coba Anda cek di google maka akan anda temukan bahwa rendang merupakan makanan ter-enak di dunia. Namun, rasa bangga tidaklah cukup, kita juga harus memperkenalkan kekayaan Indonesia ini kepada dunia." (Rif'at)
ADVERTISEMENT