Tantangan dan Peluang Desain Kurikulum Pembelajaran di Era Pandemi

Rifatul Anwiyah
Guru seni Kaligrafi dan Pegiat Rumah Baca Komunitas
Konten dari Pengguna
31 Desember 2021 10:56 WIB
·
waktu baca 12 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifatul Anwiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fasilitator Belajar di Rumah baca Komunitas/foto koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Fasilitator Belajar di Rumah baca Komunitas/foto koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Pembelajaran sejatinya dilakukan secara interaktif antara guru dan murid di lingkungan belajar karena sejatinya esensi dari pembelajaran itu sendiri sebagai proses pendampingan yang oleh warga belajar baik pendidik, penyelenggara Pendidikan, peserta didik untuk menstransmisikan dan memahami ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya yang sifatnya dialogis. Secara sederhana pembelajaran dapat dimaknai suatu proses pencerahan yang dilakukan oleh guru/fasilitator untuk memberikan dukungan kepada siswa mendapatkan pembelajaran dan mampu memahami bahan pembelajaran yang diberikan, namun pembelajaran yang seperti ini kemudian berubah secara radikal dikarenakan adanya wabah yaitu Corona Disease Virus (Covid-19) yang telah menyebar di Indonesia sejak Maret 2020 silam. Bukan hanya di Indonesia tetapi di berbagai belahan di planet bumi ini. Setahun ini model belajar telah berubah menjadi serba digital atau online yang mana pertemuan fisik sangat dibatasi.
ADVERTISEMENT
Situasi ini lambat tapi pasti dapat mengubah paradigma Pendidikan serta cara pembelajaran yang secara global—sejak PAUD sampai perguruan tinggi mengalami guncangan di dalam praktik pembelajaran. Terhitung sampai awal 2021 ini sudah mencapai satu juta kurban di Indonesia yang terpapar. Pandemi ini tidak hanya menyerang system pernafasan manusia, namun juga sangat mematikan bagi karakter pasien tertentu. Keadaan ini memaksa mendisiplinkan banyak orang, termasuk menginterupsi pakem sistem Pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan secara normal melalui pembelajaran tatap muka di Lembaga Pendidikan selama ini. Bagaimanapun juga saat ini manusia sedang disibukkan dengan adanya covid-19. Pemerintah dan masyarakat secara umum tengah sibuk untuk mencari cara bagaimana agar terhindar dari penularan covid-19, sehingga dengan demikian diterapkan pembatasan secara ketat bahkan penghentian seluruh aktivitas di luar rumah termasuk juga sekolah tidak menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya daring/offline.
ADVERTISEMENT
Di saat pandemi ini ada dampak positif yang disebut sebagai peluang dalam revolusi pembelajaran. Kekuatan masyarakat 4.0 dengan piranti teknologi informasi telah menemukan ruang yang besar di saat ini karena manusia dipaksa diam di rumah dan semua kegiatan dijalankan dari rumah (work from home). Kemendikbud sebelumnya menyerukan merdeka belajar dan pandemi ini memperkuat praktik itu untuk mengubah yang konvensional menjadi tidak biasa—yaitu protokol kegiatan yang serba online. Banyak kelebihan sekaligus kelemahan mendasar mengenai hakikat pembelajaran yang dapat terdistorsi oleh kegiatan mengajar.
Banyak kritik muncul selama ini bahwa perkara praktik pendidikan yaitu masih percaya pada metode ceramah tatap muka antara guru dan siswa, dosen dengan siswa, pelatih dengan peserta pelatihan. Pengukuran kualitas seharusnya sudah berubah, bahwa peningkatan kualitas tidak dapat dilihat hanya dari aktivitas konvensional demikian. Sistem konvensional dapat dikatakan menjadi tidak efektif jika dalam proses belajar mengajar sama sekali menegasikan kemandirian belajar siswa misalnya dalam pengambilan sumber informasi di media digital (literasi media). Hal ini dapat dipahami bahwa seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi lebih cepat dan lebih efektif. Namun demikian, masih banyak lembaga Pendidikan yang menggunakan sistem pengajaran tradisional ini (di tingkat sekolah menengah ke atas peserta didik menjadi pasif), banyak hal berjalan sangat lamban dan tidak sejalan dengan pesatnya tuntutan perkembangan teknologi informasi.
ADVERTISEMENT
Dari sini kita akan mencoba berdiskusi tentang tantangan dan peluang yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran selama masa pandemi covid-19. Tantangan apa saja yang menjadikan kita maju serta peluang apa saja yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran di masa pandemi ini.

Tantangan pembelajaran di masa pandemi

Banyak sekali tantangan yang dihadapi manusia pada saat ini terlebih di masa pandemi yang serba sulit ini, wabah Corona dapat dimaknai telah memberikan gambaran atas kelangsungan pembelajaran warga belajar di mana tidak bisa lepas dari teknologi. Namun walaupun demikian tetap teknologi tidak dapat memberikan peran guru atau dosen dalam menerapkan pembelajaran sebab, pengajaran bukan seperti mengisi bejana kosong dengan air, atau memindahkan ilmu pengetahuan namun lebih dimaknai sebagai upaya mencari nilai, kerja sama, kesetiaan sosial, serta kompetensi. Belajar di saat krisis kesehatan seperti sekarang ini menjadi tantangan serius bagi kreativitas kelompok/agensi pelaku pendidikan, individu dalam menggunakan kemampuan teknologi untuk mengembangkan output dan pada jangka panjangnya mutu pendidikan (Nizam, 27/10/ 2020). Dalam berbagai forum sosialisasi kemendikbud berusaha untuk memastikan proses belajar online juga efektif dengan beragam bantuan biaya dan fasilitas belajar seperti kuota internet, namun tidak sedikit yang pesimis dengan metode pembelajaran digital disebabkan masih luasnya gap digital di berbagai sudut pelosok negeri.
ADVERTISEMENT
“Saat ini pandemi menjadi tantangan dalam mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan teknologi, bukan hanya transmisi pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik” (Nizam, 2020). Pada saat yang bersamaan belum lama ini seorang sejarawan Yoval Noah Harari (2020) menyatakan bahwa kekuatan utama untuk hadapi tantangan abad 21 adalah bagaimana caranya agar tetap menjadi relevan dan signifikan di dalam ekosistem kehidupan bersama. Kekuatan kolaborasi ini juga menjadi sangat urgent bagi lingkungan pendidikan dalam rangka mendayagunakan teknologi untuk membangun peserta didik yang unggul dan mandiri. kesempatan bagi semua tentang bagaimana penggunaan teknologi dapat membantu membawa mahasiswa dan pelajar menjadi kompeten untuk abad ke-21. Keterampilan utama di abad ke-21adalah pembelajaran independent (belajar merdeka) atau dapat disebut juga self-directed learning sebagai hasil jangka Panjang desain kurikulum pendidikan. Sebagai contoh, anak anak SD sudah dapat belajar menjual produk local, memproduksi karya, dan terkoneksi dengan dunia luar.
ADVERTISEMENT
Berikut ada beberapa tantangan dalam kurikulum pembelajaran di masa pandemic covid-19 di antaranya yaitu: Pertama, Metode belajar mengajar dengan cara online. Mekanisme belajar mengajar (KBM) yang dilakukan dengan metode daring (online) menuntut kreativitas dan keterampilan pengajar dalam menggunakan teknologi. Desain kurikulum hari ini mengharuskan siswa maupun Mahasiswa mau dan mampu mengakses jaringan internet yang digunakan dalam pembelajaran seperti MyKlass, zoom, Microsoft teams, google meet, Whatsapp, dan beberapa aplikasi lainnya meskipun dapat menjadi solusi penunjang pembelajaran di tengah pembatasan sosial berskala besar, namun terdapat hambatan yang beragam berkaitan dengan ketersediaan akses misalkan kurangnya akses jaringan yang stabil, termasuk beban biaya membeli paket data untuk mengakses sumber informasi di dunia maya. Bukan hanya luar Jawa, di Jawa saja masih banyak daerah belum terhubung dengan jaringan secara baik. Beragamnya kondisi geografis peserta didik menjadi perkara yang belum terurai sampai hari ini.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran daring menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dengan situasi Indonesia yang memiliki ribuan pulau dan posisi geografis yang beragam dan sulit terjangkau. Tantangannya adakah bagaimana teknologi dapat digunakan, bagaimana penyediaan akses internet pada daerah terisolasi yang dicirikan akses internet masih menjadi barang mewah. Daerah tanpa aliran listrik masih sangat banyak. Ini merupakan tantangan bagi semua pihak, saat ini kita harus bekerja keras bersama bagaimana membawa teknologi menjawab persoalan aktual yang terjadi pada mahasiswa dan pelajar yang kurang beruntung dalam hal ekonomi maupun teknologi semisal yang berada di lingkar daerah 3 T (Terluar, Terdalam, tertinggal).
Jaringan internet menjadi salah satu masalah bagi yang belum memadai seperti pelajar atau mahasiswa yang ada di daerah yang tertinggal terkadang sinyal tidak stabil, dikarenakan kondisi geografis letak tempat tinggal yang terisolir dari signal seluler, sehingga kegiatan belajar mengajar secara daring atau online menjadi salah satu tantangan bagai penyelenggara Pendidikan. Dari pandemic ini, perlu ada terobosan proses belajar yang tak selalu andalkan internet misalnya merdeka belajar by research sehingga selama satu semester target menyelesaikan riset untuk jenjang SD sampai perguruan tinggi atau kegiatan penanaman karakter yang in-line dengan aktivitas keluarga dan masyarakat. Warga belajar yang tak dapat kembali ke kota tujuan belajar memang memiliki tantangan tersendiri dibandingkan dengan kelompok siswa dan mahasiswa yang tinggal di daerah perkotaan.
ADVERTISEMENT
Kedua, menjadi pembelajar mandiri. Baik pelajar maupun Mahasiswa dituntut untuk untuk kerja sama secara sinergis dengan pengajar agar terbangun sebuah emosional dan kedekatan dalam berkomunikasi. Di masa pandemi yang seperti ini sebenarnya kesempatan bagi pengajar untuk memberikan akses pengetahuan, pelatihan serta menanamkan kebiasaan agar warga belajar menjadi pembelajar merdeka, mandiri, dan kreatif melalui berbagai kelas daring atau webinar atau dengan protokol kesehatan melalui kegiatan luring (offline). Selain itu, mahasiswa juga dapat bekerja sama satu dengan yang lain untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran serta menghadapi problem actual yang mereka hadapi di masyarakatnya. Situasi yang seperti sekarang ini bukan hanya menjadi tantangan bagi kelompok pelajar dan mahasiswa, Namun juga para pengajar. Faktanya, dalam menyampaikan pengajaran pihak pengajar dituntut untuk lebih kreatif dan dapat memastikan bahwa pelajar dan mahasiswa yang diajar dapat menerima serta memahami materi yang disampaikan kepada audiens atau partisipan belajar.
ADVERTISEMENT
Selain itu orang tua juga memiliki peran yang sentral atau sangat penting dalam membuat pembelajaran ini secara mandiri karena secara tidak langsung orang tua di rumah dituntut untuk mengerti dan juga membantu membangun pemahaman kepada anak-anak tentang materi pembelajaran yang diberikan guru melalui instruksi daring (via link video, survei, dan sebagainya). Hal ini sangat berat bagi orang tua yang bekerja.
Ketiga, beradaptasi dengan teknis pembelajaran berbasis teknologi. Pelajar atau mahasiswa dan pengajar dituntut untuk lebih kreatif dengan menggunakan pengajaran melalui teknologi yang berkembang sesuai dengan cara pengajaran.dengan menggunakan zoom, google meet, microsoft team dan yang lainnya. Di berbagai tempat, warga belajar dari TK sampai universitas rata-rata belum sepenuhnya dapat beradaptasi dengan new normal dalam pendidikan ini. Buktinya, beragam komunitas akademisi melaporkan bahwa banyak peserta didik belum terbiasa menggunakan cara online sehingga muncul kesulitan dalam menggunakan aktivitas digital atau online. Hal ini disebabkan karena belum adanya pola dan kurikulum yang terintegrasi dengan system aplikasi yang sistematis. Betul banyak orang aktif di internet, tetapi lebih pada aktivitas hiburan dan bukan pembelajaran sehingga perlu tambahan dukungan tutorial, sarana, fasilitator yang responsif untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran daring (online).
ADVERTISEMENT
Keempat, kejenuhan dalam pembelajaran online. kejenuhan dalam pembelajaran online ini di alami oleh pelajar atau mahasiswa dan pengajar. Jika pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berlangsung dalam waktu yang lama dan terus menerus maka akan muncul perasaan jenuh dalam belajar online dan jika kejenuhan tersebut tidak dikelola dengan baik diatasi maka akan menyebabkan tidak optimalnya outputnya bahkan menjadi rasa stress dan frustrasi melanda bagi semua pihak. Tidak salah, memang pada dasarnya PJJ atau belajar online tidak sesempurna perkuliahan di kelas secara langsung yang memberikan ruang interaksi lebih manusiawi.

Peluang kegiatan pembelajaran di masa pandemi covid-19

Selain tantangan dalam pembelajaran ada beberapa peluang dalam praktik pembelajaran di saat musim pandemi covid-19 di antaranya yaitu: Pertama, mengkonsep metode baru merdeka belajar. Merdeka Belajar diartikan sebagai upaya sadar untuk memberikan kendali belajar yang lebih bebas untuk siswa/mahasiswa sehingga peserta didik terbiasa menetapkan tujuan, mengambil keputusan dan bertindak. Hal ini sejalan dengan teori self-deteminant theory yang dikembangkan oleh Ryan & Deci (2000).
ADVERTISEMENT
Merdeka belajar menjadi salah satu peluang dalam kurikulum pembelajaran yang mana pelajar atau mahasiswa diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran berbasis IT. Dengan demikian, metode daring ini telah memfasilitasi segala upaya belajar yang pro aktif, bebas, dan merdeka. Habitus belajar yang memberikan kebebasan berpikir serta tidak mengekang, inovatif sesuai dengan kebutuhan pelajar atau mahasiswa adalah suatu modal utama di dalam menghadapi kesulitan belajar. Konsep merdeka belajar adalah kemerdekaan unit penyelenggara pendidikan untuk dapat melakukan beragam upaya yang inovatif baik dalam proses belajar maupun keahlian yang diberikan kepada peserta didik. Oleh karenanya, guru bersama siswa/ mahasiswa dapat melakukannya secara kolaboratif dengan mendayagunakan sumber daya yang bada untuk menciptakan ragam inovasi dalam pembelajaran. Proses penemuan ini yang tentunya semua itu disesuaikan dengan budaya, agama, sosial ekonomi dan kearifan local yang melekat di mana peserta didik itu menghadapi realitas. Secara umum, proses Pendidikan berbasis realitas (menghadapi persoalan actual) dan memecahkannya sebagai paradigma yang tentu masih relevan di saat ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh: Siswa atau mahasiswa diberi kesempatan untuk mempelajari sesuatu hal yang disenanginya dengan cara riset/penelitian kemudian riset ini dikaitkan dengan materi pembelajaran yang ada dan kemudian siswa wajib untuk mempresentasikannya di depan orang tua dan pengajar.
Kedua, menciptakan terobosan riset yang dihasilkan. Di era pandemi ini banyak hal yang bisa dijadikan sebuah terobosan baru dengan menggunakan teknologi yang dimanfaatkan untuk konten pembelajaran.
Sebagai contoh sederhana. Dalam masa pandemi ini mahasiswa dan pengajar di UGM telah menemukan alat pendeteksi covid-19 yang dinamakan dengan “ge nose”, yaitu alat ini dapat mendeteksi virus corona hanya dalam beberapa detik saja. Ini adalah bagian dari salah satu contoh yang konkret dari inovasi yang dilahirkan akibat pandemic. Kondisi ini layak disebut sebagai implikasi dari konsepsi merdeka belajar yang autentik. Tidak bisa dipungkiri bahwa di saat semua orang menghadapi pandemi ini kegiatan pengajaran memang sangat bergantung kepada ketersediaan piranti teknologi—menjadi technology society, oleh karena itu pelajar atau mahasiswa maupun para pengajar harus terus mengupdate hal hal yang berhubungan dengan kemajuan dan daya revolusinya teknologi untuk saat ini.
ADVERTISEMENT
Ketiga, memperkuat solidaritas sosial. Banyak permasalahan yang di alami oleh masyarakat terdampak virus ini adalah penurunan hasil aktivitas ekonomi yang juga berimplikasi akan kekurangan ketersediaan kebutuhan pangan. Kelompok ini paling berat jika ada karantina karena penghidupan mereka tidak berada di dalam rumah atau sebagai keluarga yang tidak memiliki tabungan. Sebaiknya kegiatan pengabdian dari perguruan tinggi dapat diprioritaskan untuk masyarakat ini. Upaya membangun empati kemanusiaan melalui salah satu darma perguruan tinggi ini diarahkan kepada kepedulian terhadap masyarakat yang merasakan dampak PSBB tersebut. Hal ini secara bersama sama bagi kelompok yang mampu dinilai dapat membantu dengan menyisihkan sebagian penghasilan atau pemberian sembako kepada yang membutuhkan, dengan melibatkan civitas akademika dan alumni yang lebih luas. Di Muhammadiyah misalkan, jangka pendek menengah dan panjang dapat didesain Bersama pihak Lp3M dan lazismu agar upaya ini lebih sustain dan bukan caritas sejenis kegiatan bakti sosial dan santunan. Sebagai contoh: Siswa dan mahasiswa melakukan kegiatan bakti sosial untuk masyarakat yang membutuhkan dengan mengupayakan pemanfaatan lahan kosong untuk kegiatan pangan bagi komunitas.
ADVERTISEMENT
Ada banyak tantangan sekaligus peluang yang dihadapi Pendidikan di tengah pandemi covid-19 ini dihadapi dengan penerapan kurikulum pengajaran daring (online) dengan memberdayakan kekuatan teknologi dan inovasi yang ada. Pandemi menuntut banyak pihak penyelenggara Pendidikan baik negeri maupun swasta berlomba untuk menemukan metode pembelajaran yang efektif. Hal ini menjadi tren bahwa teknologi terbaik adalah yang dapat bermanfaat bagi kemaslahatan Bersama. Kekuatan digital pemain sentral perannya yang semakin meningkat sekarang dan yang akan datang.
Setidaknya terdapat empat (4) tantangan dalam pembelajaran, antara lain yaitu a. metode pembelajaran daring atau blended, b. menjadikan peserta didik sebagai pembelajar mandiri, c. Beradaptasi dengan pembelajaran berbasis teknologi, d. Kejenuhan dalam pembelajaran online.
Selain tantangan di atas ada juga beberapa peluang pembelajaran di masa pandemi covid-19 ini sebagai berikut antara lain :a). Merdeka Belajar, b. Terobosan riset unggul yang dihasilkan, c. tridarma pengabdian kepada masyarakat sebagai ruang bersolidaritas sosial, bergotong royong mengatasi permasalahan actual dan mendasar bagi masyarakat terdampak.
ADVERTISEMENT