"Arab Terlalu Sibuk Perang Satu Sama Lain"

24 Juli 2017 12:25 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Syaikh Ekrima Sa'id Sabri (Foto: passia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Syaikh Ekrima Sa'id Sabri (Foto: passia.org)
ADVERTISEMENT
"Ini bukanlah ujian bagi kita karena pendirian kita sebagai orang Yerusalem sudah sangat jelas. Tapi ini adalah ujian bagi negara-negara Arab lainnya yang lemah secara diplomatik karena sibuk perang satu sama lain."
ADVERTISEMENT
Kritik itu diucapkan oleh Sheikh Ikrima Sa'id Sabri, imam besar Masjid Al Aqsa, yang terkena tembakan peluru karet saat bentrokan meletus pada Selasa (18/7). Bentrokan tersebut dipicu karena kesewenang-wenangan Israel menutup akses para jemaah untuk beribadah dan memasang detektor di semua pintu masuk kompleks Masjidil Aqsa. Dalam kerusuhan itu, Sabri terkena 2 tembakan peluru karet milik tentara Israel.
Melihat bagaimana lambat dan lemahnya negara-negara Arab merespons kejadian ini, imam besar berusia 78 tahun pada middleeastmonitor.com menyatakan bahwa negara Arab sibuk membeli senjata hanya untuk saling membunuh satu sama lain.
Pada Minggu (23/7), Liga Arab memperingatkan Israel untuk tidak "bermain api" di "garis merah" Yerusalem. Pernyataan itu disampaikan melalui Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit. "Pemerintah Israel bermain api dan berisiko menyebabkan terjadinya konflik besar dengan Arab dan dunia Islam," kata Ahmed dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Liga Arab menduga bahwa tindakan Israel ini adalah bagian dari upaya untuk menguasai secara penuh Kompleks Masjidil Aqsa yang kini berada dalam pengelolaan Jerusalem Muslim Waqf, organisasi muslim independen. Ketegangan yang terjadi Kota Tua Yerusalem Timur, tempat Kompleks Masjidil Aqsa berlokasi, memang mendapat perhatian dari banyak negara hingga Dewan Keamanan PBB.
Beberapa anggota Dewan Keamanan PBB seperti Prancis, Mesir, dan Swedia, mengajukan pertemuan darurat untuk membahas masalah ini. Sedangkan Liga Arab sudah mengagendakan pertemuan antar menteri luar negeri pada Rabu (26/7) mendatang.
Namun Israel seolah tutup mata. Hingga Minggu (23/7), tujuh nyawa warga Palestina tewas diterjang peluru tentara Israel yang bertugas mengamankan kompleks sekitar bangunan suci bagi tiga agama itu.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya memasang detektor di semua pintu masuk, Israel pun melarang pria berusia di bawah 50 tahun untuk masuk kompleks yang disebut Haram Al Syarif bagi umat muslim, atau Mount Temple bagi warga Yahudi.
"Pintu masuk ke Kota Tua dan Mount Temple akan dibatasi hanya untuk pria berusia 50 tahun atau lebih. Wanita semua umur diizinkan masuk," ujar kepolisian Israel. Bagi mereka yang berupaya menembus barikade, maka polisi Israel tak segan untuk menembakkan gas air mata hingga peluru karet.
Warga Palestina dihalau gas air mata aparat Israel (Foto: REUTERS/Ammar Awad)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina dihalau gas air mata aparat Israel (Foto: REUTERS/Ammar Awad)
Israel kekeh dengan keputusannya dan tak peduli jika warga Palestina tidak lagi bisa beribadah di Masjid Al Aqsa. "Jika mereka (warga Palestina) tidak ingin masuk ke masjid, biarkan saja mereka tidak masuk ke masjid," ujar Tzachi Hanegbi, menteri pembangunan regional Israel.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Israel rasanya --lagi dan lagi-- menjadi ujian. Bukan hanya bagi negara Arab atau negara muslim. Tapi siapapun yang menjunjung tinggi hak asasi dan menolak penjajahan, apapun bentuknya.
Infografis 50 Tahun Perebutan Masjid Al Aqsa (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis 50 Tahun Perebutan Masjid Al Aqsa (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)