Haruskah Manusia Meninggalkan Bumi?

7 Mei 2017 8:15 WIB
ADVERTISEMENT
Stephen Hawking. (Foto: Flickr)
Bumi kita dalam keadaan genting dan kita harus segera mencari planet baru dalam 100 tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut terbit dari seorang ahli fisika asal Inggris berusia 75 tahun bernama Stephen Hawking.
Pada Kamis (4/5), Hawking menyatakan bahwa manusia harus segera menemukan planet baru untuk ditinggali jika ingin tetap hidup.
“Pemanasan global, serangan asteroid, wabah penyakit, dan pertumbuhan populasi, membuat planet ini semakin dalam keadaan genting,” ucapnya dalam program yang disiarkan oleh BBC, Stephen Hawking: Expedition New Earth.
Peringatan tersebut bukan baru kali ini saja disampaikan oleh Hawking. Pada November 2016, Hawking menyampaikan pernyataan yang serupa.
“Kita harus pergi ke luar angkasa demi masa depan manusia. Aku pikir manusia tidak akan mampu bertahan untuk 1.000 tahun mendatang tanpa keluar dari Bumi yang rapuh ini.”
ADVERTISEMENT
Ancaman lainnya yang mengancam manusia, menurut Hawking, adalah perang nuklir yang mungkin terjadi di masa depan dan penyebaran virus buatan yang bisa membunuh manusia --dan barangkali juga kemanusiaan.
Gambar Bumi dari luar angkasa. (Foto: Qimono via Pixabay)
Bumi yang kita tinggali saat ini diperkirakan telah berusia 4,5 miliar tahun. Sementara kehidupan manusia di bumi diprediksi telah ada sejak 6-7 juta tahun yang lalu. Namun, manusia modern spesies Homo sapiens, --yakni kita, baru menempati dan hidup di bumi ini selama 200.000 tahun.
Itu artinya, sejarah kita --sejarah manusia, hanya sekitar 0,004 persen dari sejarah Bumi.
Dalam sejarahnya, peradaban manusia pun baru sekitar 6000 tahun yang lalu. Sementara industrialisasi, seperti yang kita tahu, baru dimulai pada tahun 1800-an.
ADVERTISEMENT
Namun, rupanya telah banyak yang kita lakukan di atas muka bumi ini, entah itu perubahan, kemajuan, atau bahkan mungkin kerusakan (?).
Bumi yang kini kita tinggali disebut semakin rusak.
Membengkaknya populasi manusia --kini mencapai 7,5 miliar jiwa, migrasi massal ke kota-kota, meningkatkan penggunaan energi. Living Planet Report 2013 menyatakan kebutuhan akan Sumber Daya Alam telah meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 1996.
Hal yang cukup mengkhawatirkan lainnya terkait perubahan iklim, yang menurut Hawking menjadi faktor paling berbahaya bagi Bumi. Emisi karbon dilaporkan meningkat 40 persen dalam 20 tahun terakhir.
Lalu, meskipun 71 persen permukaan Bumi adalah perairan, namun ketersediaan air yang sangat vital bagi populasi manusia justru makin rentan.
ADVERTISEMENT
“Living Planet Report menyatakan, penurunan terbesar terjadi pada index ketersediaan air yang anjlok 70 persen dibandingkan tahun 1970,” ujar David Thickner dari WWF-UK.
Bencana kekeringan semakin meluas dan meningkat. Bahkan 2016, dinobatkan sebagai tahun terpanas. Kelaparan pun mendera, terutama di wilayah-wilayah di Afrika.
Di tengah berbagai bencana kelaparan dan kekeringan, penggundulan hutan tetap terjadi. Entah dengan pembakaran lahan atau penebangan liar, demi memenuhi kebutuhan manusia yang berlipat ganda.
Sudan, badak jantan putih terakhir di dunia. (Foto: REUTERS/Thomas Mukoya)
Selain itu, banyak spesies hewan dan tumbuhan yang mulai dan atau telah punah. Berbagai faktor bisa menjadi pemicunya, baik dari ruang hidupnya yang makin terkikis hingga --lagi-lagi-- kebutuhan manusia akan sumber daya makin membengkak, jika tidak bisa dibilang keserakahan.
ADVERTISEMENT
Kondisi lingkungan alam yang semakin mengkhawatirkan tersebut, pada dasarnya tak lepas dari ulah tangan-tangan manusia juga. Mahatma Gandhi pernah mengatakan, Bumi sebenarnya mencukupi kebutuhan setiap manusia namun tidak untuk keserakahan.
"Kita tidak mungkin mengembalikan keadaan Bumi seperti dulu, yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengontrol kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul. Maka, periode ini adalah masa-masa yang sangat penting," jelas Hawking.
Benarkah kita harus meninggalkan Bumi yang disebut tengah rusak ini dan mencari ‘bumi’ lain di luar angkasa?