Mengenang Riyanto, Anggota Banser Korban Teror Bom Natal Mojokerto

23 Juli 2017 18:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngobrol Bareng Tolak Radikalisme (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ngobrol Bareng Tolak Radikalisme (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mungkin banyak masyarakat yang tak begitu mengenal sosok Riyanto, seorang anggota Banser NU. Padahal, pria tersebut sangat berjasa menggagalkan teror bom malam natal di Mojokerto, Jawa Timur, tahun 2000 silam.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi 'Ngobrol Bareng' dengan tema 'Tolak Radikalisme, Lawan Intoleransi' yang dilaksanakan di Graha Gus Dur di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada Minggu (23/7), Biyantoro selaku adik Riyanto kembali mengajak masyarakat untuk mengenang kakaknya tersebut semasa hidup.
"Almarhum bukan santri tulen, juga bukan orang yang berpendidikan tulen. Tapi kerangka berpikirnya terbentuk karena membaca literatur, makanya dia bergabung ke Banser NU," kata Biyantoro.
Ia mengatakan, satu hari sebelum sang kakak tewas, Riyanto belum tidur dan tidak ingin ikut menjaga ibadah malam Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto.
"Saya yakin dia itu paham Islam itu Rahmatan lil alamin. Waktu Natal tahun 2000 itu, dia itu ketinggalan dengan teman-temannya yang berjaga di sana, dan sempat tidak ikut rombongan. Namun singkat cerita dia tetap menyusul ke sana," katanya dengan mata berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Saat tiba di sana, Riyanto melihat ada seonggok tas mencurigakan. Ketika didekati, ternyata tas itu berisi bom yang sengaja ditaruh pelaku untuk membuat teror di depan Gereja saat malam Natal. Tanpa pikir panjang, Riyanto kemudian berlari menjauhkan tas tersebut dari lingkungan gereja dengan cara melemparnya ke dalam selokan.
Ngobrol Bareng Tolak Radikalisme (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ngobrol Bareng Tolak Radikalisme (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Di saat orang-orang sudah menjauh dari gereja, almarhum malah mendekat. Namun malang, bom itu meledak dan almarhum terpental hingga akhirnya meninggal dunia," tutur Biyantoro.
Pada saat bersamaan, Amir yang merupakan sahabat Riyanto berharap radikalisme dan terorisme di indonesia cepat hancur. "Riyanto itu teman saya, dia jadi korban radikalisme dan terorisme, saya harap radikalisme itu cepat hancur di Indonesia. Kami banser siap membela NKRI dari ancaman," kata Amir.
Ilustrasi Riyanto, Banser NU. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Riyanto, Banser NU. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Dalam kesempatan yang sama ikut hadir Amir, rekan Riyanto yang ikut berjaga saat malam nahas tersebut. Amir bercerita, bahwa Almarhum Riyanto merupakan seorang pekerja keras yang menganggap toleransi sangat penting.
ADVERTISEMENT
"Umat beragama itu enak, saling merangkul. Tapi negara ini banyak radikalisme, tidak enak saya. Almarhum selalu berjuang bersama dengan saya," kenang Amir.
Suasana diskusi di Graha Gus Dur. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana diskusi di Graha Gus Dur. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Amir juga menceritakan apa yang terjadi saat bom tersebut meledak dan menewaskan Riyanto. Sebelum meledak, tas berisi bom tersebut mengeluarkan asap, dan polisi sudah menjauh dari lokasi kejadian. Namun Riyanto dengan beraninya mendekat.
"Riyanto ngambil bom itu kemudian meledak, berat tas itu kira-kira 3 kg. Setelah bom meledak, lampu di Mojokerto mati semua, saya setelah kejadian pingsan. Keluar RS saya dimintai keterangan di polres, pas pulang saya denger ada tentara meninggal depan rumah saya, ternyata riyanto," kata Amir.