Para Pemesan Konten Hoax ke Grup Saracen Masih Dicari Polisi

24 Agustus 2017 7:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Hoax (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hoax (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tiga orang pelaku penyebar konten hoax dan ujaran kebencian dari Grup Saracen, memang telah ditangkap Tim Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri. Namun hal tersebut tidak serta merta menghentikan rantai penyebaran konten negatif di media sosial.
ADVERTISEMENT
Setelah dibekuk dan diinterogasi polisi, ketiganya mengaku bahwa konten yang mereka buat, tak hanya dilakukan atas inisiatif pribadi saja. Orang-orang yang ingin menebar fitnah pada individu tertentu pun, disebut mereka bisa memesan sejumlah konten dengan imbalan uang.
Para pemesan ini, secara tak langsung menjadi sumber pundi-pundi uang mereka, di samping iklan yang terpasang di halaman media sosial milik grup yang terbentuk pada November 2015 tersebut.
Hoax aturan ganjil genap (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Hoax aturan ganjil genap (Foto: Istimewa)
"Memang tidak mudah untuk mengetahui itu, tapi yang jelas memang iya tadi mereka punya kemampuan. Itulah yang sering dipakai, ternyata bisa mendapatkan uang dengan segala cara tadi kan. Selama ini memang kesulitan kita untuk mengungkap, khususnya transaksi mereka karena memang secara elektronik kita belum bisa dapatkan. Namun pengakuan mereka secara cash ya pemberiannya pemesanan terkait dengan meme atau konten konten yang berbau SARA," ujar Kepala Subdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Pol Irwan Anwar di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (23/8).
ADVERTISEMENT
Tarif yang dipatok Grup Saracen pada para pemesan pun, tak main-main. Mulai Rp 75 juta hingga Rp 100 juta, dan untuk memesannya harus melalui sebuah proposal, selayaknya organisasi yang terstruktur. Bila harga disetujui, maka grup ini akan mengerahkan anggotanya menyebar konten hoax dan ujaran kebencian ke seluruh media sosial. Paling sering mereka beredar di Facebook.
Hoax Helikopter Jaruh di Bekasi (Foto: Instagram/@multimedia.humaspolri)
zoom-in-whitePerbesar
Hoax Helikopter Jaruh di Bekasi (Foto: Instagram/@multimedia.humaspolri)
"Para pelaku memiliki ribuan akun, misalnya kurang lebih 2 ribu akun itu dia membuat meme, misalnya yang menjelek-jelekkan Islam, ribuan lagi kurang lebih hampir 2 ribu, itu yang menjelek-jelekkan Kristen. Itu yang kemudian tergantung pemesanan. Kalau pesanannya mau menjelek-jelekan Islam, dia punya akun sendiri sampai 2 ribu akun, yang (menjelek-jelekkan) pemerintah juga. Banyak produk yang sudah dibuat melalui ribuan akun yang mereka miliki," jelas Irwan.
ADVERTISEMENT
Irwan kembali menganalogikan bisnis ini seperti pasar. Pembuat konten yang disebut sebagai penjual, mengirim hasil propaganda mereka ke grup, yang kemudian dibaca oleh para netizen. Sekali saja diposting, maka yakinlah, konten tersebut akan menyebar ke media sosial lainnya.
HOAX! Kapal Israel memasuki perairan Indonesia (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
HOAX! Kapal Israel memasuki perairan Indonesia (Foto: Istimewa)
"Termasuk juga menggunakan media online, sehingga dengan diangkatnya kasus ini semakin tegas bahwa tidak semua berita itu yang diungkap itu menggunakan fakta-fakta yang benar kemudian dianalisa dengan benar, karena dengan pengungkapan ini menunjukkan ada kelompok yang memang melakukan perbuatan seperti itu," kata Irwan.
Polisi masih belum mau menjelaskan, konten seperti apa yang kerap mereka putarbalikkan faktanya di dunia maya. Namun dari sejumlah konten hoax yang selama ini tersebar, berita palsu tersebut berasal dari berbagai topik, dari sosial, kesehatan, hingga politik. Kelompok ini, rupanya cukup aware dengan isu yang sedang hangat di tengah masyarakat, sehingga konten hoax yang mereka sebar, tak jauh-jauh dari topik yang paling sering dibicarakan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Setelah kami mempelajari posting dan online kapan mereka memposting konten tersebut, mereka cukup cerdas untuk melihat tren media, tren pemberitaan dan isu nasional, isu lokal, dan sebagainya. Sehingga mereka menggabungkan dengan fakta-fakta yang tidak benar, kemudian diolah. sehingga menggiring opini publik untuk berpikiran negatif terhadap seseorang maupun kelompok tertentu," sambung Irwan.
Pria penebar hoax soal aksi teror. (Foto: Facebook Bayu Suseno)
zoom-in-whitePerbesar
Pria penebar hoax soal aksi teror. (Foto: Facebook Bayu Suseno)
Lalu, siapa saja para pemesan konten ini? polisi menduga, selain didatangi para pemesan, proposal tersebut juga disebar ke sejumlah kelompok dan organisasi masyarakat. Bila tertarik, bisa langsung menghubungi mereka.
"Nasih dalam pendalaman tapi kurang lebihnya seperti itu (proposal dikirim ke ormas)," kata Irwan yang mengatakan masih mendalami, apakah politikus termasuk salah satu dari para pemesan konten hoax dari grup Saracen.
ADVERTISEMENT