Sakit Hati Berujung Hilangnya Nyawa Pasutri Pengusaha Garmen

14 September 2017 7:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembunuhan (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembunuhan (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pagi itu, Warga Desa Palumbungan, Purbalingga, Jawa Tengah, geger. Di bawah Sungai Klawing yang melintasi desa mereka, beberapa orang menemukan pemandangan yang ganjil. Ada sebuah benda seperti badan manusia yang dibiarkan tergeletak begitu saja, dibungkus bed cover berwarna terang.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang kemudian turun dan memeriksa isi bungkusan tersebut. Alangkah kagetnya mereka ketika melihat isi bungkusan, yang ternyata adalah sosok mayat seorang laki-laki dan perempuan, dengan kondisi tangan yang terikat, serta luka di sana sini.
Warga yang kaget langsung melaporkan penemuan mayat tersebut ke Polsek Bobotsari, yang kemudian meneruskannya pada tim Inafis Polres Purbalingga. Sepasang mayat tersebut langsung dievakuasi dan diidentifikasi.
Ilustrasi Sungai Klawing, Purbalingga (Foto: dinporapar.purbalinggakab.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sungai Klawing, Purbalingga (Foto: dinporapar.purbalinggakab.go.id)
Dari sana, polisi menemukan identitas dua orang tersebut sebagai pasangan suami istri bernama Husni Zarkasih (57) dan Zakiya Husni (52). Keduanya ternyata bukan warga sekitar, melainkan warga Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dari autopsi yang dilakukan di RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo, Purwokerto, ditemukan bekas tindak kekerasan yang dilakukan pelaku hingga pasangan ini meninggal dunia. Polres Purbalingga kemudian menghubungi Polsek Tanah Abang dan Polres Jakarta Pusat, untuk berkoordinasi terkait lokasi pembunuhan.
ADVERTISEMENT
Polsek Tanah Abang dan Polres Jakarta Pusat yang menerima laporan, langsung bergegas ke rumah korban berdasarkan informasi yang diterima dari Polres Purbalingga. Benar saja, ketika digeledah, rumah yang berlokasi di Jalan Pintu Air, Bendungan Hilir tersebut, acak acakan. Sebuah brankas yang diketahui berisi barang berharga seperti perhiasan, sertifikat serta sejumlah uang, terbuka lebar, isinya pun raib. Tak hanya itu, sebuah mobil Toyota Altis pun ikut hilang saat kejadian.
Rumah korban pembunuhan pasturi warga Benhil (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah korban pembunuhan pasturi warga Benhil (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Saat olah TKP, polisi menemukan bercak darah di dalam rumah korban, yang dikenal tetangga sebagai pengusaha garmen ini. Beberapa ruangan pun terlihat acak-acakan, namun pintu rumah terlihat baik baik saja, menandakan bahwa korban mengenal para pelaku. Polisi memprediksi, pembunuhan dilakukan pada Minggu malam di tanggal 10 September.
ADVERTISEMENT
Sayang sekali, di malam pembunuhan tersebut tak ada yang mendengar hal-hal aneh, bahkan 4 orang yang menyewa kamar kos di rumah korban. Kepada polisi, mereka memang mendengar adanya keributan di lantai bawah rumah, namun mereka tak pernah mengira bahwa suara itu sebagai tanda bahaya. Begitu juga dengan para tetangga, karena di malam saat terjadinya pembunuhan, Jakarta sedang dilanda hujan deras, sehingga tak banyak warga yang keluar rumah malam itu.
Setelah pemakaman korban di Pekalongan, polisi pun bergerak mencari jejak para pelaku. Dari sidik jari, hingga tanda-tanda yang ditinggalkan pelaku, polisi pun menemukan sejumlah titik terang keberadaan mereka.
Rumah korban pembunuhan pasturi warga Benhil (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah korban pembunuhan pasturi warga Benhil (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Tak butuh waktu lama, 3 hari setelah pembunuhan, polisi berhasil menangkap para pelaku. Dirreskrimmum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan, pelaku yang ditangkap berjumlah tiga orang berinisial E, S dan AZ Sementara Kasubdit III Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Aris Supriyono, mengatakan, ketiga pelaku ditangkap di Grobogan.
ADVERTISEMENT
"Satu pelaku (AZ) terpaksa ditembak mati karena melawan saat akan diringkus," kata Aris, (13/9).
Ketiganya, kata polisi, ditangkap ketika sedang berfoya-foya menghabiskan uang hasil rampokan mereka di sebuah Hotel di kawasan Grobogan. Ketiganya merampok karena tahu korban yang merupakan pengusaha, menyimpan banyak uang dan barang berharga di rumah. Tak tanggung-tanggung, nilai rampokan mereka dari rumah pasutri ini hampir Rp 1 miliar.
"Motivasi dia ingin menguasai harta dari pasutri ini. Indikasinya para tersangka ini kami dapatkan beberapa puluh jam mewah, uang, handphone yang kami dapatkan," ujar Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Idham Azis.
Kondisi TKP yang bersih, hingga cara pelaku menghabisi nyawa korban memunculkan fakta bahwa para pelaku ini mengenal korban. Ternyata benar, salah satu pelaku berinisial AZ, merupakan sopir yang sudah 20 tahun bekerja dengan korban. Namun kepada polisi 2 orang pelaku yang masih hidup mengaku bahwa mereka nekat merampok dan menghabisi nyawa korban sakit hati, karena selama bekerja, AZ kerap mendapat perlakuan yang kurang baik.
ADVERTISEMENT
Sementara EK dan SU, adalah mantan karyawan korban di pabrik garmen mereka yang berada di Tangerang. Keduanya mengaku membunuh korban dengan alasan yang sama, sakit hati karena harus berhenti bekerja menjelang lebaran Idul Fitri tahun ini akibat tutupnya pabrik dan tak mendapatkan pesangon.
Dua orang tersangka pembunuhan Pasutri. EK dan SU (Foto: Diah Harni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang tersangka pembunuhan Pasutri. EK dan SU (Foto: Diah Harni/kumparan)
Meski akhirnya mengakui khilaf telah membunuh, hukuman tetap diberikan pada 2 pelaku yang masih hidup. Mereka diganjar Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan, dan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Dilihat dari rapinya aksi kejahatan ini, berkemungkinan besar keduanya diganjar hukuman maksimal, yakni hukuman mati.
"Bisa hukuman mati," kata Nico.
Nico menjelaskan, pembunuhan pengusaha garmen itu memang direncanakan. Mulanya, ketiga pelaku itu merencanakan aksinya di kontrakan salah satu pelaku, AZ, yang juga merupakan sopir dari keluarga korban. Saat itu, pada Minggu (10/9) sore, sekira pukul 16.00 WIB, ketiganya sudah menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk melancarkan aksinya, yakni dua sepeda motor, lakban, tali, dan sarung tangan.
ADVERTISEMENT
"Dan ketika itu langsung mendatangi ke rumah korban, lalu mengetuk pintu. Kemudian istri korban membuka pintu langsung dilakukan penganiayaan sehingga meninggal dunia," papar Nico.