LP2M Universitas Negeri Malang Gelar Workshop Pengembangan Kampung Tematik

R H Setyo
Pembaca Buku
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 14:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari R H Setyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekretaris LP2M UM, Dr Ahmad Munjin Nasih SPd MAg, saat melaksanakan Workshop Pengembangan Kampung Tematik di El Hotel Grande pada Rabu (24/02/2021).
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris LP2M UM, Dr Ahmad Munjin Nasih SPd MAg, saat melaksanakan Workshop Pengembangan Kampung Tematik di El Hotel Grande pada Rabu (24/02/2021).
ADVERTISEMENT
MALANG - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) tidak hentinya berkontribusi dalam pengabdian kepada kesejahteraan masyarakat di Malang Raya.
ADVERTISEMENT
Kali ini, UM membuat Workshop Pengembangan Kampung Tematik untuk Sentra Anyaman Tasikmadu dengan tema Berkarya untuk Bangsa: Dimulai dari Desa.
"Peran UM dalam pengembangan kampung tematik ini disampaikan keinginan UM untuk berkontribusi dalam pengembangan Malang Raya. Ini juga dalam rangka menyambut kepala daerah di Malang Raya yang ingin perguruan tinggi memiliki peran dalam pengembangan Malang Raya," terang Sekretaris LP2M UM, Dr Ahmad Munjin Nasih SPd MAg, saat melaksanakan Workshop Pengembangan Kampung Tematik di El Hotel Grande pada Rabu (24/02/2021).
Munjin menjelaskan bahwa saat ini program kampung tematik yang sudah berjalan adalah di Kabupaten Malang dan Kota Malang, sementara Kota Batu ini belum ada tindak lanjut.
"Kalau di Kota Malang yang sudah diantaranya Kampung Sanan, Kauman, Kayutangan dan yang sudah realisasi ini adalah Tasikmadu. Sementara untuk di Kabupaten Malang ada di Pagelaran, Gondanglegi, Tumpang, wisata Bedengan di Selorejo dan salah satunya yang agak besar ada di Ekowisata Boonpring," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menjelaskan bagaimana LP2M UM menyeleksi kampung-kampung yang cocok untuk dijadikan kampung tematik.
"Pengembangan yang dilakukan kita memang melihat potensi di masing-masing terlebih dahulu, selanjutnya kita melakukan survei dengan membentuk tim kecil. Kita juga melakukan pendekatan awal kepada tokoh masyarakat dan pihak pemerintah setempat untuk mendiskusikan pengembangan potensi wilayah tersebut," bebernya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa selama Pandemi COVID-19 ini ada beberapa perubahan yang harus dilakukan LP2M UM untuk pengembangan kampung tematik.
"Karena situasi pandemi ini membuat kita harus menyesuaikan kegiatan, tapi yang kita kembangkan selama masa COVID-19 ini lebih banyak yang berbasis IT," ucapnya.
"Yang pasti mengembang kegiatan yang tidak menimbulkan kerumunan masa dan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Contoh sekarang adalah pengembangan website seperti untuk di Tasikmadu ini," lanjutnya.
Sekretaris LP2M UM, Dr Ahmad Munjin Nasih SPd MAg, saat melaksanakan Workshop Pengembangan Kampung Tematik di El Hotel Grande pada Rabu (24/02/2021).
Terakhir, ia berharap agar masyarakat yang tinggal di kampung-kampung tematik ini bisa berdikari.
ADVERTISEMENT
"Harapannya kampung tematik ini setelah adanya pendampingan ini mereka bisa berdikari dan mandiri. Kita kan hanya ikut mendampingi dan menganalisa potensinya apa," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Sosial Humaniora dan Pariwisata LP2M UM, Dr Joko Sayono MPd MHum, mengatakan bahwa pihaknya berkeinginan untuk memetakan potensi wisata di Kota Malang.
"Kedepannya kita ingin bisa memetakan potensi Kota Malang, karena selama ini Kota Malang dikenal hanya untuk penginapan hotel mewah. Sedangkan untuk wisatanya ke Kabupaten Malang dan Kota Batu. Kalau bisa Kota Malang memiliki destinasi wisata yang jadi jujukan," tegasnya.
Ia sendiri sebenarnya sudah mengajukan CSR kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk pengembang Kampung Kayutangan Heritage.
"Kami sendiri sebenarnya sudah mengajukan CSR untuk pengembangan ekonomi kreatif untuk di Kampung Kayutangan Heritage. Tujuannya untuk menjadikan Jalan Basuki Rahmat sebagai Malioboro-nya Kota Malang," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia menginginkan Bakso Malang menjadi daya tarik Kayutangan Heritage seperti halnya Gudeg di Malioboro.
"Di Kayutangan sendiri yang jadi kendala belum satu manajemen, menurut Pokdarwis Kayutangan, di sana banyak pintu masuk. Hal ini dikarenakan setiap kelompok berdiri sendiri-sendiri," ujarnya.
Kendati demikian, bukan barang mudah menjadikan Kampung Kayutangan menjadi kampung heritage dalam semalam.
"Artinya kesadaran masyarakat untuk membuat sistem manajemen modern masih belum ada. Tapi saya memahami itu masyarakat rejeki dan itu sensitif sekali," bebernya.
Selain itu, permasalah kedua di Kayutangan adalah tempat parkir, karena lahan parkir sempit akan menyulitkan saat kedatangan bus besar.
"Jadi seandainya ada bis datang itu parkirnya pasti sekenanya.Tapi mungkin ini bisa diatasi dengan parkir di Alun-alun Kota Malang, selanjutnya wisatawan bisa jalan dari situ," pungkasnya.
ADVERTISEMENT