Orang Keren Tidak Menengok ke Arah Ledakan (2)

Hal-ihwal seputar ledakan-ledakan ini jadi menyulitkan—kalau bisa disebut demikian—ketika pada suatu titik musuh-musuh mereka mulai menyadarinya. Mereka pun mulai memanfaatkan, mengambil kesempatan, dan ledakan-ledakan semakin sering bermunculan pada tiap-tiap konfrontasi. Semakin banyak bromocorah dan jaharu yang mempersenjatai diri dengan senjata-senjata peledak, semakin banyak sarang-sarang mafia dan teroris yang dilengkapi dengan ranjau, detonator, atau pelontar misil; dan persoalan tidak menengok ke arah ledakan pun jadi merepotkan juga.

Lantas di tengah semua gergajul bersenjatakan ledakan tersebut, muncullah V. yang paling berbahaya: bandit bukan sebarang bandit sebab dia sudah merekayasa kemampuan dirinya sendiri untuk menghadapi kwintet pahlawan super kita, bertenaga mekanik jelas, berkekuatan super tentu saja; dialah sang penjahat super cerita ini, banditnya para bandit, otaknya segala bandit, bahkan secara sepihak menjuluki dirinya sendiri sebagai biang dari biang segala kejahatan itu sendiri.

Biru pertama kalinya berhadapan langsung dengan V. pada sebuah misi menyerbu markas suatu kelompok teroris di suatu lembah terpencil. Karena alasan tertentu, Biru dan kawan-kawannya harus berpencar menjadi dua regu. Biru, Kuning, dan Merah-lah yang kemudian berhadapan dengan V. di pusat markas. Berhubung statistik kekuatan super V. mencapai 1,02 kali lebih besar daripada kekuatan super satu pahlawan super—atau begitulah menurut perhitungan Agen Slablabla—Biru dan kedua kawannya dibuat kewalahan. Begitu Biru baru saja hendak melayangkan tinju, tahu-tahu V. sudah menyergap di belakang, dan baru saja Hijau dan Kuning hendak membantu, mereka pun sudah keduluan diserang.