Perempuan Masa Pergerakan Nasional

Rita Rianti
Mahasiswi Semester 4 Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
27 Maret 2022 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rita Rianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pergerakan nasional tidak hanya milik lelaki, tetapi perempuan juga berhak ikut serta dalam perjuangan pergerakan nasional. Semangat nasionalisme tumbuh dan berkembang serta berdampak besar bagi perempuan pribumi sama halnya laki-laki mereka mengembangkan kesadaran akan situasi dan kondisi kehidupan masyarakat yang terjajah.
ADVERTISEMENT
Pergerakan Perempuan Periode Tahun 1908-1920
Pada periode awal abad ke-20, gerakan perempuan masih identik dengan perjuangan di bidang sosial dan pendidikan. Perempuan pada masa itu lebih fokus pada kedudukan dan keterampilan sosial melalui pendidikan serta pada peningkatan kehidupan berkeluarga dan peningkatan keterampilan sebagai seorang ibu. Meskipun, perempuan pada periode awal ini masih merupakan gerakan individu dan bukan dalam bentuk organisasi namun, gerakan ini menjadi langkah maju dalam proses reformasi.
Gerakan individu ini kemudian berkembang menjadikan organisasi pergerakan perempuan yang berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat Indonesia saat itu. Selain itu, telah diupayakan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran bagi anak perempuan untuk meningkatkan status sosial mereka. R.A Kartini telah menjadi pelopor gerakan perempuan, ia mulai menulis berbagai hal tentang hidupnya, cita-cita, ide dan pemikirannya yang dituangkan dalam surat-suratnya. Hal ini menyebabkan munculnya karakter wanita seperti R.A. Kartini, seperti Dewi Sartika, Rahmah El Yunussiyah dan Maria Walanda Maramis.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya tokoh-tokoh tersebut banyak organisasi perempuan yang didirikan di berbagai daerah dengan tujuan yang sama. Hal tersebut mendorong banyak perkumpulan-perkumpulan kaum ibu untuk meningkatkan keterampilan perempuan yang khusus seperti menjahit, memasak, merajut, keterampilan mengurus keluarga dan sebagainya. Perkumpulan-perkumpulan yang dulunya hanya bersifat sosial kian melebur terbawa arus politik.
Pergerakan Perempuan Periode Tahun 1920-1930
Berbeda dengan periode sebelumnya, pada periode ini gerakan perempuan mulai menonjolkan keinginannya untuk bergerak ke arah politik. Partisipasi perempuan dalam pergerakan nasional diawali dengan adanya perempuan di organisasi induk seperti Puteri Mardika, organisasi perempuan di Budi Utomo. Perkumpulan perempuan memiliki peran penting, mereka berperan sebagai pusat keluarga di rumah dan menjadi pendidik bagi anak-anaknya.
Pada periode ini perkumpulan yang menjadi bagian perempuan dari partai politik atau perkumpulan pergerakan sudah ada misalnya bagian perempuan dari Muhammadiyah yakni Aisyiyah. Kemudian sudah ada perkumpulan dari perempuan terpelajar yang bertujuan untuk menyebarkan ilmu dan keterampilan khusus seperti Wanita Utomo, Putri Budi Sejati, Wanita Mulyo dan sebagainya. Selain itu telah berdiri seperti Taman Siswa bagian Perempuan, Puteri Indonesia bagian dari Pemuda Indonesia, dan Jong Java untuk anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Perkumpulan-perkumpulan ini sangat memahami bahwa perempuan sebagai pusat keluarga dan sebagai pendidik keturunan merupakan faktor yang sangat berharga dalam penyebarluasan cita-cita. Kemudian, sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928, dibentuklah organisasi Perti Perempuan (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dan DHE (Dameskransje Help Elkander). Selain itu, Kongres Perempuan Indonesia Pertama juga digelar setelah Kongres Pemuda II.
Pergerakan Perempuan Periode Tahun 1930-1941
Antara tahun 1929 hingga 1933, kaum perempuan mengubah strategi juangnya dengan cara ikut terlibat mendukung aksi-aksi pergerakan nasional, baik dalam Mosi Soetarjo 1936 maupun tuntutan GAPI 1939 tentang Indonesia Berparlemen. Gerakan perempuan pada periode ini tidak hanya menjadi bagian dari organisasi pergerakan, tetapi sudah menjadi organisasi perempuan yang independen contohnya Isteri Sedar, Istri Indonesia dan Putri Budi Sedjati.
ADVERTISEMENT
Istri Sedar benar-benar menuntut adanya emansipasi sepenuhnya bagi kaum perempuan. Perkumpulan ini terbentuk di Kota Bandung pada tahun 1930. Kemudian perkumpulan ini terdorong untuk menyatukan organisasi-organisasi yang hampir serupa untuk membentuk organisasi yang lebih kuat, sehingga pada bulan Juni 1932 beberapa perkumpulan kecil yang semuanya tidak mendasar pada agama bergabung dalam satu organisasi dengan nama Istri Indonesia dengan tujuan mencapai Indonesia Raya serta berasas nasionalisme dan demokrasi.