Calon Stadion itu, Bekas Pemukiman Liar

Konten dari Pengguna
6 November 2017 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fadli Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai pendatang, hal pertama yang terlintas di kepala setelah mendapatkan topik tadi malam bukanlah apa yang harus aku tulis, tetapi bagaimana aku menuju ke lokasi. Maklum saja, aku belum genap satu bulan tinggal di tanah yang menawarkan banyak impian bagi saudara-saudaraku yang ada di Lampung.
ADVERTISEMENT
Topik hari ini adalah melihat lokasi pembangunan stadion di Taman BMW di Kawasan Jakarta Utara. Taman BMW yang jaraknya kurang dari 5 kilometer dari kawasan Taman Impian Jaya Ancol ini rencananya akan dijadikan Stadion Sepak Bola yang diperuntukan sebagai kandang baru Persija.
Kawasan ini akan diubah sesuai dengan janji politik pasangan Anies - Sandi kepada TheJak (sebutan suporter Persija) pada masa kampanye kemarin.
Hampir 3 jam untuk aku menuju lokasi pembangunan, jarak antara Beji, Depok dan Jakarta Utara lumayan jauh. Selain itu, maklum saja di luar kondisi jalan yang macet, aku belum pernah menuju kawasan Jakarta Utara menggunakan kendaraan sendiri.
Berkali-kali melihat Aplikasi Google Maps untuk memastikan bahwa aku tidak salah jalan seperti hari pertama penugasan.
ADVERTISEMENT
Sedikit cerita, hari pertama penugasan aku kurang beruntung, hanya karena salah belok sekali, aku harus mencari jalan untuk bisa memutar lebih dari satu jam dan harus menembus macet akibat pembangunan MRT.
"Sepertinya ini lokasinya," ucapku dalam hati. Untuk menepis keraguan, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada tukang ojek di sekitar lokasi, dan ternyata benar ini lokasi Taman BMW.
Kemudian aku masuk ke dalam kawasan pembangunan, tidak seperti yang aku bayangkan, ternyata pembangunan masih dalam tahap pemerataan lahan.
Hanya hamparan tanah lapang bekas penggusuran dan aktifitas alat berat yang sedang melakukan pemerataan. Sesekali mobil pembawa tanah dan batu keluar-masuk area.
Tak seperti di terminal kemarin yang mendapat sambutan hangat dari para PKL dan Petugas DISHUB, para petugas yang sedang berjaga di lokasi pembangunan dan para pekerja di lapangan memberikan respon yang seadanya. Mungkin sikap mereka adalah tuntutan SOP (Standar Operasional Prosedur).
ADVERTISEMENT
"Ah, dapat apa aku hari ini," fikirku seketika, karena apa yang ku persiapkan tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
"Yasudah, jalan aja dulu, mungkin ada angel yang menarik di sana," fikirku lagi.
Berjalan di antara lahan bekas penggusuran, seketika aku membayangkan keadaan lokasi ketika sedang proses eksekusi.
Karena menurut tukang ojek tadi, kawasan tersebut dulunya rawa yang diratakan kemudian berdirilah rumah-rumah liar, hal tersebut terjadi bertahun-tahun. Meskipun beberapa kali digusur namun setelahnya rumah-rumah liar kembali menjamur.
"Ya namanya Jakarta bang, lahan kosong sedikit langsung ada rumah liar berdiri, digusur berdiri lagi, digusur berdiri lagi, udah biasa bang," begitu kata tukang ojek pangkalan tadi masih teringat jelas di kepalaku.
Azan zuhur mengembalikan konsentrasiku dari khayalan-khayalan tentang kondisi eksekusi kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Benar saja, seketika aku melihat dua orang yang sedang melakukan aktifitas, ntah apa yang sedang mereka lakukan, seperti mencari sesuatu dan yang pasti mereka bukan bagian dari orang proyek.
Ternyata mereka adalah bekas penghuni kawasan tersebut, mereka sedang mencari besi bekas.
"Iya, lumayang bang, buat beli beras," respon bapak 1 anak tersebut menjawab pertanyaanku.
"Iya, saya dulu tinggal di sini, tapi karena ada pembangunan, jadi ya saya pindah ke sana," sambil menunjuk ke arah pemukiman di pinggir Danau Cincin.
Setelah berbincang cukup lama, berbagi pengalaman, kemudian bapak tersebut pamit untuk solat dan aku meminta izin untuk ikut, dengan ramah dia membolehkan aku untuk ikut.
"Alhamdulillah, habis solat bisa dapat angel menarik dari proses wawancara dengan bapak ini," fikirku.
ADVERTISEMENT
Tapi ternyata, setelah solat bapak itu menghilang, ntah kemana.
Ketika aku mencoba mencari sumber lain, mata-mata tak ramah mulai menyapaku di kawasan tersebut. Dan akupun memutuskan untuk pulang ke Posko Satpol PP yang ada di pintu masuk, untuk istirahat karena memang kondisi di proyek siang ini sangat terik.
Bukan karena aku tak suka terik matahari, tetapi tatapan-tatapan tak ramah dari warga tadi menghidupkan instingku untuk mencari perlindungan.