Hollycow dan Sebuah Keresahan yang Menguntungkan

Rizki Baiquni Pratama
Tidak pernah berhenti melawan larangan bertanya
Konten dari Pengguna
30 September 2017 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Baiquni Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
H
Menjadi seorang wiraswasta memang bukanlah pilihan yang populer di tengah masyarakat kita saat ini. Sebab selain dianggap penuh risiko, menjadi seorang wiraswasta berarti memerlukan keberanian yang luar biasa untuk melepas sebuah mindset bahwa; hidup bukanlah sekadar bekerja di perusahaan orang lain. enjadi seorang wiraswasta memang bukanlah pilihan yang populer di tengah masyarakat kita saat ini. Sebab selain dianggap penuh risiko, menjadi seorang wiraswasta berarti memerlukan keberanian yang luar biasa untuk melepas sebuah mindset bahwa; hidup bukanlah sekadar bekerja di perusahaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, itu bukan berarti tidak ada harapan sama sekali. Sebab sebetulnya, tak sedikit pula yang berusaha mengambil risiko dan berani keluar dari mindset yang telah kandung mengakar itu. Salah satunya adalah Lucy Wiryono yang memiliki segudang cerita tentang pengembangan bisnisnya. Meskipun demikian, itu bukan berarti tidak ada harapan sama sekali. Sebab sebetulnya, tak sedikit pula yang berusaha mengambil risiko dan berani keluar dari mindset yang telah kandung mengakar itu. Salah satunya adalah Lucy Wiryono yang memiliki segudang cerita tentang pengembangan bisnisnya.
Lucy Wiryono sendiri merupakan seorang Co-Founder dari Hollycow. Di mana Hollycow merupakan "warung" makan yang menjajakan steak dan mulai beroperasi sejak 2010.
Dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Kumparan, pada Sabtu (30/09), lulusan Ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya itu menyatakan bahwa ide awal dari pengembangan bisnisnya adalah dari keresahan yang mendalam akan harga makanan steak. Di situ ia menyebut bahwa saat ini, banyak retaurant menjual steak yang terbuat dari daging wagyu itu dengan harga yang begitu tinggi.
ADVERTISEMENT
Padahal, menurutnya harga jual steak harusnya dapat dijual dengan harga yang lebih rendah daripada yang ada di pasaran. Di sana ia mulai bermimpi bahwa seharusnya, masyarakat kita mampu membeli steak 2 atau 3 kali dalam sebulan dengan harga yang murah. Dari titik itulah ia melakukan riset pasar.
Untuk mewujudkan mimpinya itu, ada banyak hal yang dikorbankan olehnya. Hal yang cukup krusial adalah mengikhlaskan suaminya, Chef Afit, yang bekerja di sebuah stasiun televisi untuk berhenti bekerja demi menjalankan bisnis ini.
Awalnya memang tidak mudah, keuntungan tak kunjung tiba ketika pertama kali menjalankan bisnis ini. Namun pada akhirnya, Lucy menyebut bahwa keuntungan baru tiba setelah 4 bulan. Itupun jauh dari gaji sang suami yang di stasiun televisi. Berhemat dan saling backup keuangan pun merupakan cara yang ditempuh olehnya
ADVERTISEMENT
Atas konsistensi yang ia lakukan bersama suaminya itu, ia kini benar-benar mampu membawa Hollycow menjadi sukses seperti saat ini. Menjadi sebuah restaurant steak yang digemari oleh masyarakat luas.
Hebatnya lagi, kini bisnisnya tidak hanya merambah di dunia steak. Namun juga pada kuliner lainnya seperti nasi goreng dan flip burger. Berkali-kali ia menekankan bahwa kualitas dan kepercayaan konsumen adalah yang utama bagi perkembangan bisnisnya.
Untuk orang-orang yang berniat menjadi seorang wiraswasta, Lucy mengatakan bahwa kita harus melihat passion apa yang kita miliki, serta melakukan segala sesuatunya dengan senang hati, maka duit akan datang dengan sendirinya.
(