Asyik-asyik Ambyarrr

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
13 April 2020 23:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan.
ADVERTISEMENT
Memang asyik tulisan "Asal Asyik Bahasa Media Siber" di Majalah Tempo pekan ini. Penulisnya, mantan wartawan Tempo L. R. Baskoro—kami para junior memanggilnya Cak Bas—menyerempet kebiasaan wartawan media online menulis berita.
ADVERTISEMENT
Cak Bas berpendapat hukum algoritma Google banyak mempengaruhi pola pikir wartawan online menulis berita (padahal sesungguhnya tanpa itu pun para wartawan online sudah jarang kritis karena sifatnya yang terburu-buru).
Pendapat beliau sungguh banyak benarnya (saya sarankan anda beli majalah tersebut dan baca tulisan lengkapnya). Pemilihan kata "Gubsu" pada judul ini:
Adalah salah satu contoh dari pengaruh itu.
Redaktur saya (ketika di Tempo) pernah memberi wejangan: Tulisan harus jelas sehingga pembaca tidak mencari-cari lagi apa arti dari kata-kata atau istilah-istilahmu.
ADVERTISEMENT
Berbekal wejangan itu, saya tentu akan menghindari penggunaan istilah "Gubsu", di judul maupun di dalam berita. Ini adalah sikap saya dalam menulis berita untuk koran, majalah, atau online.
Tapi,
Hmm, perlu data untuk menjawabnya. Saya tidak punya tools untuk melihat data seperti itu. Saya hanya mencoba mengetikkan dua keyword(s) itu di Google, ini hasilnya:
Keyword(s) "Gubernur Sumatera Utara" memunculkan 11.100.000 results. Sedangkan "Gubsu" 922.000 results.
Masih menang "Gubernur Sumatera Utara".
Apakah secuil data tadi bisa dijadikan justifikasi bahwa menulis "Gubernur Sumatera Utara" di judul lebih baik ketimbang menulis "Gubsu"?
ADVERTISEMENT
"Ya. Bisa," kata Erwin Petas, SEO Manager kumparan yang saya bangunkan dari tidurnya hanya untuk ditanya soal itu.
Tapi bicara bahasa media, kebiasaan wartawan, dan perilaku pembaca dan sebagai-sebagainya sulit dikotak-kotakkan kendati bukan berarti tak perlu serius.
Kalau sekarang "Gubernur Sumatera Utara" menang, belum tentu masih menang satu, dua, bahkan hingga sepuluh tahun ke depan.
Apalagi kini kumparan semakin menonjolkan keragaman (jaringan) bahasa daerahnya. Maka ada ini:
ini:
ini:
hingga ini:
Akan asyik buat warga setempat (dapat dicek serunya respons di media sosial atas berita-berita itu). Buatku yang orang Sunda kelamaan di Jakarta ini, ambyar sudah.