Wartawan (Bukan Cuma) Tukang Ketik

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
1 Maret 2021 22:32 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by M. Maggs from Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Image by M. Maggs from Pixabay.
ADVERTISEMENT
Tugas wartawan bukan hanya memindahkan ucapan narasumber menjadi berita. Bila cuma begitu, ia lebih pantas disebut sebagai tukang ketik.
ADVERTISEMENT
Yang membedakan profesi wartawan dengan tukang ketik adalah: Wartawan menggunakan nalar kritisnya ketika mewawancarai narasumber, dan ia akan curiga terhadap apa-apa.
"Wartawan menjadi wakil dari kepentingan publik untuk hadir di tempat-tempat itu, melakukan wawancara-wawancara," kata Ikhsan Raharjo, wartawan Aljazeera, Sabtu lalu.
Ikhsan teman sebangku saya waktu sama-sama kuliah di Jurnalistik Fikom Unpad. Sabtu lalu itu, kami sedang menjadi pembicara di Kurio Talk. Temanya: Kerja Jadi Jurnalis, Ngapain Aja Sih?
Sedikit intermeso, Kurio Talk tersebut bagai reuni kecil bagi kami karena yang jadi moderator adalah Oginawa—juga—teman sekelas kami. Dua kawan kami pun hadir di situ.
***
Kembali ke topik. Memangnya ada wartawan tukang ketik? Ada. Siapa? Mereka yang sehari-harinya hanya menggarap siaran pers (rilis) atau konferensi pers tanpa mengkritisi atau mengembangkan materinya.
ADVERTISEMENT
Saya menjawab begitu karena itulah praktik yang paling mudah ditemui.
Jangan salah paham, media sekelas kumparannews pun pasti punya berita yang hanya bersumber dari sebuah siaran pers. Tapi kumparannews tidak berhenti di satu berita itu, ia kemudian akan habis-habisan mengembangkan siaran pers tersebut.
Misal, ada siaran pers dari polisi soal kasus pembunuhan, lalu kumparannews membuat satu berita. Setelah berita tersebut tayang, wartawannya bisa kemudian mewawancarai ulang polisi, mereportase lokasinya, menemui saksi mata, hingga menghubungi para ahli.
Dari satu siaran pers menjadi satu berita. Dari satu berita menjadi rangkaian berita. Proses melengkapinya bisa berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
Memang kemudian kendalanya adalah berita-berita tersebut seakan-akan terpecah dan terserak, tapi toh pada dasarnya karakteristik media online begitu. Yang terpenting: Rasa ingin tahu publik terpuaskan dengan adanya berita-berita tersebut.
ADVERTISEMENT
Profesi wartawan sesungguhnya istimewa. Ia bisa ke mana-mana, mewawancarai siapa-siapa. Yang ia lihat, dengar, cium, rasakan, bisa menjadi berita.
Bila sudah diberi keistimewaan begitu tapi enggan beranjak ke tempat liputan, enggan menggali lagi, dan enggan mengembangkan berita dari yang sudah ditulisnya, ya, berarti ia hanyalah tukang ketik.