news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Langkah Mahasiswa untuk Membangun Negeri pada Masa Pandemi

Rizki Fariza Muhammad Isa
Saya mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Konten dari Pengguna
31 Mei 2021 21:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Fariza Muhammad Isa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto bersama anak anak, Dokumen: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama anak anak, Dokumen: Pribadi
ADVERTISEMENT
Sudah satu tahun lebih pandemi melanda ibu pertiwi. Jangankan untuk pembangunan dan pemerataan, pemerintah sibuk mengurusi dunia perpolitikan dan kesehatan. Organisasi dan instansi dimatikan karena virus ini tak kunjung padam. Saya mahasiswa UIN Jakarta peduli dengan kesehatan tapi tidak lupa juga dengan kesejahteraan.
Pembukaan acara, Dokumen: Pribadi
Tumbuh dan lahir dari keluarga berkecukupan, saya merasakan penderitaan dari masyarakat pedesaan. Bukan kita tidak bisa mengabdi dengan negeri ini tapi kita tidak mau bersusah payah, kerja keras untuk mengatasi masalah ini. Masalah yang akan bertumpuk-tumpuk seiring waktu berjalan.
ADVERTISEMENT
Pada tiga bulan lalu tepatnya februari 2021 di daerah ciputat, saya dan organisasi pergerakan mencoba masuk dan belajar apa yang harus dilakukan mahasiswa untuk menyampingkan masalah pandemi dengan fokus kepada pembangunan desa yang diatasi dengan kami.
Kuliah kerja nyata di desa sudah tidak ada, apakah pemerintah semakin percaya dengan desa akan berdiri sendiri di masa pandemi. Saya rasa tidak, pandemi sudah berjalan satu tahun. Pemerintah fokus pada masalah kesehatan yang tidak kunjung usai. Harus kita ketahui bahwa banyak sekali desa tertinggal di Indonesia.
Perketatan pandemi bukan berarti kita tidak bisa bergerak dan tidak bisa melakukan perubahan. Kita tidak perlu jauh-jauh ke daerah Papua atau daerah timur sana yang tidak mungkin kita jangkau di masa pandemi ini. Daerah Jabodetabek pun masih banyak sekali masyarakat yang tertinggal.
ADVERTISEMENT
Berbagai riset telah dilakukan untuk mencari daerah tertinggal terdekat. Pada akhirnya saya dan tim menemukan Wirajaya, Jasinga Bogor. Daerah yang dekat dengan ibukota namun sangat ketimpangan dengan daerah ibukota.
Survei lokasi kami lakukan lebih dari 2 kali dengan mematuhi protokol kesehatan. Dengan tujuan, kami bisa berpartisipasi dan dapat mengetahui akar permasalahan dari desa tersebut.
Pada masa pandemi bukan masalah kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk desa. Kita cukup mematuhi peraturan pemerintah dengan mengisolasikan diri selama 14 hari serta test antigen sebelum melakukan kegiatan. Tidak lupa juga surat izin dari RT/RW serta kelurahan.
Setelah semua itu kita persiapkan dengan matang. Saya dan tim berangkat ke desa tersebut dengan kematangan proker serta kegiatan yang kami rencanakan. Dua minggu di desa tersebut kami harapkan membawa perubahan. Anak kelas 3 SD yang tidak bisa membaca sedikit demi sedikit sudah mengenal huruf, anak-anak remaja yang sudah putus sekolah diharapkan memiliki semangat untuk belajar kembali. Itulah peran kami dan tujuan kami datang ke desa ini.
Foto Mengajar Mengaji, Dokumen: Pribadi
Jika anda seorang mahasiswa, jadilah mahasiswa kritis. Jangan cuma di rumah dan bersandar menunggu pandemi akan hilang. Ciptakan budaya baru, bentuk perubahan dan bergerak.
ADVERTISEMENT