Apakah Kita (Benar-Benar) Butuh GraphQL?

Konten dari Pengguna
30 Juni 2017 0:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Sunaryo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dulu saya menggunakan Go untuk development, dan dulu Go merupakan bahasa pemrograman favorit saya. Setelah saya menjadi programmer React Native, saya menemukan bahwa Javascript sangat mudah digunakan. Bahasa pemrograman saya pun berganti dari Go menjadi Javascript.
ADVERTISEMENT
Sekarang, saya sedang membuat sebuah aplikasi, dan saya menggunakan Express untuk backend. Kemudian saya mempelajari GraphQL, karena menurut saya itu keren. Server hanya perlu merespon pada field yang dibutuhkan saja oleh client.
Setelah mempelajari GraphQL, saya menyadari bahwa untuk mengimplementasi GraphQL, kita harus melakukan 2 langkah lagi untuk membuat sebuah query (analoginya adalah endpoint di REST API). Dua langkah tambahan tadi adalah schema dan rootValue.
Saya merasa bahwa menulis schema seperti menulis sebuah struct di Go. Satu dari banyak alasan mengapa saya pindah ke JS karena kita dapat dengan mudah memproses JSON. Berbeda dengan Go, kita harus menulis struct dulu untuk memproses JSON.
JSON adalah kunci dari messaging. Dan memproses JSON dengan cepat adalah kunci dari kemudahan JS. GraphQL, di sisi lain, memperbanyak langkah untuk memproses JSON. Dan itulah kenapa saya memutuskan untuk tidak menggunakannya, setidaknya untuk saat ini.
ADVERTISEMENT
Mungkin ke depannya GraphQL akan lebih mudah lagi dalam memproses JSON. Dan saya akan mencoba GraphQL lagi kalau prosesnya sudah mudah.