Komet segera menyambut dan memasukkan uang kembalian ke saku kemejanya. Selain luntur, kemeja itu kebesaran. Komet kembali menatap kertas di tangannya selagi kondektur bercakap-cakap dengan penumpang lain. Meski surat itu tak menyebutkan namanya, baik yang asli maupun julukan, dia tahu kepadanyalah surat itu ditujukan. Surat tentang seseorang yang telah pergi tanpa kabar selama 25 tahun, orang yang memegang kunci agar Ma Siah—neneknya—bisa memenuhi impian berangkat ke tanah suci.
Sayup-sayup Komet mendengar tawar-menawar antara kondektur dan penumpang yang duduk di baris keenam sisi kanan bus. Penumpang itu membayar dua puluh lima ribu untuk tujuan yang sama dengannya. Komet penumpang baru, tak tahu harga dan si kondektur mematok suka-suka. Surat dalam genggamannya sama saja, datang suka-suka. Tak terhitung hari-hari yang telah dihabiskan Komet untuk mencari tahu di mana orang yang diceritakan di dalam surat itu, sia-sia, dan kemarin sore surat itu menyodorkan jawaban mudah begitu saja.
***
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814