Perspektif Biopsikologi dan Tips Agar Terhindar dari Internet Gaming Disorder

Rohmatul Izzah Silvia
Mahasiswi Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya
Konten dari Pengguna
25 Desember 2021 9:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rohmatul Izzah Silvia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/images/id-4465496/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/images/id-4465496/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seperti yang kita tahu, tahun 2019 ini merupakan tahun kemunculan virus corona (SARS-CoV). Penyebaran virus yang cepat ini menyebabkan perubahan yang besar dalam kebiasaan hidup kita. Perubahan dari sistem offline menjadi online ini mengakibatkan pengguna internet di dunia pada tahun 2020 mencapai 4,5 miliar pengguna.
ADVERTISEMENT
Nah, teman-teman tahu tidak jika pengguna internet di Indonesia mencapai 175,4 juta, lho. Kondisi ini ternyata berdampak pada peningkatan penggunaan internet gaming [1]. Lonjakan tersebut terjadi akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bertujuan untuk menekan penyebaran virus corona. Hal ini terlihat pada trafik internet untuk layanan internet yang mencapai 61% selama pandemi.
Contohnya seperti Indosat yang mencatat kenaikan internet sebesar 24%. Selain itu, Telkomsel mencatat kenaikan trafik internet 17,9% dibanding hari biasanya selama pandemi. Disusul XL Axiata dan Smartfren yang mengalami kenaikan trafik data sebesar 15% [2].
Kalian yang suka sekali menggunakan internet apalagi untuk bermain game harus waspada ya! Terlalu banyak bermain game di internet bisa memunculkan Internet Gaming Disorder (IGD), lho. Gangguan ini merupakan gangguan penggunaan internet untuk bermain secara terus menerus yang dijelaskan dalam The Diagnostic and Statistical Manual of mental disorders (DSM-5; American Psychiatric Association, 2013).
ADVERTISEMENT
Siapa sih yang lebih rentan terkena Internet Gaming Disorder? Ternyata riset menunjukkan bahwa orang yang lebih muda (<30) beresiko 2,1 kali lebih besar terkena IGD daripada orang yang lebih dewasa (40-49 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa kaum muda lebih rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan ini. Ngeri, kan?
Seringnya beraktivitas secara online bisa dikaitkan dengan resiko IGD yang lebih tinggi selama pandemi, nih. Selain itu, individu yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko 5,67 kali lebih besar untuk mengalami Internet Gaming Disorder daripada individu yang tidak terinfeksi. Hal ini karena infeksi COVID-19 yang membuat stres dan perubahan gaya hidup membuat IGD menjadi semakin buruk [3].
Mekanisme terjadinya Internet Gaming Disorder
https://pixabay.com/images/id-2213009/
Kok bisa sih orang terkena gangguan tersebut? Jadi, ketika kamu menggunakan internet, maka kamu sedang melakukan proses motorik, dimana kamu akan menerima sensasi dari indera. Selanjutnya, sensasi ini bergerak melalui bagian otak yang berupa lobus oksipital, korteks prefrontal dan juga striatum ventral.
ADVERTISEMENT
Dalam lobus oksipital akan terjadi pengendalian fungsi penglihatan, sedangkan dalam korteks prefontal akan merencanakan perilaku kognitif yang muncul seperti ekspresi kepribadian, pengambilan keputusan dan perilaku sosial. Terakhir, di striatum ventral akan terjadi mediasi terhadap hadiah dan motivasi.
Nah, otak sebagai pengatur kontrol diri seseorang memiliki salah satu sistem penting yakni sistem penghargaan yang mendorong perilaku kamu menuju rangsangan menyenangkan. Sistem penghargaan ini memiliki dua jenis, yaitu sistem reaktif (“go” network) dan juga sistem reflektif (“stop” network). Sistem reaktif (“go” network) yaitu jembatan atas respon langsung dari perilaku, sedangkan sistem reflektif (“stop” network) akan menjadi kontrol penghambat perilaku berdasarkan proyeksi jangka panjang.
Dalam sistem reaktif, terdapat sebuah kunci bernama jalur dopamin yang akan mendorong rangsangan atau penghargaan serta perilaku yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Sedangkan kunci dari sistem reflektif adalah area yang berhubungan dengan kontrol impuls dan perhatian.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi tambahan, jalur dopamin merupakan bagian dari striatum dan amigdala yang memiliki peran dalam memfasilitasi gerakan, mediasi pengalaman adanya reward, dan regulasi perilaku termotivasi[4]. Dopamin ini akan dihasilkan ketika kamu sedang merasa senang dan puas. Tetapi ketika kamu berlebihan dalam suatu hal, termasuk penggunaan internet, otak juga akan berlebihan dalam menghasilkan hormon dopamin [5]. Hal ini akan memperkuat jalur saraf untuk membuatmu ingin mengulangi perilaku tersebut dan akhirnya membuatmu menjadi terobsesi.
Sebenarnya menggunakan internet tidak akan menjadi masalah saat pemakaiannya dalam batas wajar, termasuk menggunakan internet untuk bermain game. Tapi ketika penggunaannya berlebihan, akan terjadi perubahan aktivitas dalam otak khususnya bagian striatum dorsal yang membuat hormon dopamin diproduksi terus-terusan. Akhirnya, kerja otak bagian hipotalamus terganggu dan membuat sistem reflektif tidak berjalan dengan semestinya [6].
ADVERTISEMENT
Jadi, mereka yang terkena gangguan IGD ini memiliki sistem reaktif yang lebih kuat dan juga sistem reflektif yang lebih lemah. Hal ini karena mereka terdorong untuk menggunakan internet tetapi tidak memiliki kontrol sehingga perbuatan yang dilakukan menjadi berlebihan. Ngeri, kan? Jadi, jangan berlebihan ya!
Tips Menghindari Internet Gaming Disorder
https://pixabay.com/images/id-6815204/
Setelah membaca penjelasan tentang IGD ini, pasti kamu tidak mau kan terkena gangguan ini? Nah, ada beberapa tips untukmu agar kamu bisa menggunakan internet dengan aman dan terhindar dari gangguan IGD. Pertama, kurangi waktu beraktivitas bermain game dalam internet. Pakailah internet untuk keperluan positif seperti mencari informasi, mengerjakan tugas, atau lainnya. Kedua, buatlah jadwal penggunaan waktu antara bermain game dan kegiatan lainnya. Batasi waktu bermain game sehingga kamu tidak akan menjadi kecanduan. Ketiga, lakukan kegiatan fisik bersama orang terdekat seperti berbincang, bermain game papan atau kartu seperti catur dan uno. [7]
ADVERTISEMENT
Terapi untuk Mengobati Internet Gaming Disorder
https://pixabay.com/images/id-2443788/
Ketika kamu atau orang terdekatmu memiliki perilaku menggunakan internet untuk bermain yang berlebihan, jangan langsung dikatakan mereka mengidap IGD ini ya! Pergilah ke ahli seperti psikolog atau psikiater untuk mengetahui apakah ia memang terkena gangguan IGD ini atau tidak. Ahli akan melihat terlebih dahulu kriteria untuk bisa mendiagnosis apakah ini termasuk gangguan IGD atau tidak. Apa saja kriterianya?
ADVERTISEMENT
Nah, ahli nanti akan melakukan beberapa pemeriksaan berdasarkan kriteria diatas untuk mengetahui kondisi seseorang. Jadi tidak semudah itu ya untuk mengatakan seseorang mengidap IGD, harus ada prosedur yang dilakukan.
Bisa ngga ya gangguan ini diobati? Bisa!
Salah satu cara mengobati IGD ini adalah dengan melakukan Cognitive Behavioral Theraphy (CBT). CBT ini nanti akan mengubah perilaku kecanduan dari pengidap IGD untuk bisa mengurangi atau menghilangkan kecanduan itu. Selain itu, cara lain mengobati IGD ini adalah dengan terapi keluarga. Dalam terapi keluarga, anggota keluarga lain akan diajak bersama dengan pengidap IGD untuk beraktivitas bersama di dunia nyata dan menghindari bermain game di internet.
Cara selanjutnya bisa dengan hipnocaring. Jadi, hipnocaring akan mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual serta memberikan dukungan pada individu supaya aktif menjalankan terapi [9].
ADVERTISEMENT
Cara yang terakhir adalah penggunaan obat-obatan. Cara ini akan dilakukan ketika gangguan ini sudah sangat parah dan tidak lagi bisa dilakukan dengan terapi. Disini obat yang akan digunakan adalah obat-obatan psikotropika yang juga digunakan untuk mengobati despresi atau ADHD [8].
Bagaimana? Yuk bijak menggunakan internet!
Referensi
[1] Rangkuti, et all. 2020. Kecenderungan Kecanduan Game Online pada Remaja selama masa Pandemi Covid-19. Prosiding Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS XII), Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia. ISBN: 978-623-97248-0-1
[2] Setyowati, D. 2020. Trafik Internet untuk Gim Online Naik hingga 61% Efek Pandemi Corona. Katadata.co.id.
[3] Oka, et all. 2021. Prevalence and risk factors of internet gaming disorder and problematic internet use before and during the COVID-19 pandemic: A large online survey of Japanese adults. Jurnal of Psychiatric Research, 142, 218-225.
ADVERTISEMENT
[4] Pinel, John P.J. 2009. Biopsikologi, Edisi Ketujuh, (terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[5] Zarrindas, et all. 2015. Reward System on Dopaminergenic Pathway. Jurnal of Medical Reviews, Vol. 2, No. 3. 261-264.
[6] Lutfiwati, S. 2018. Memahami Kecanduan Game Online Melalui Pendekatan Neurobiologi. ANFUSINA: Jurnal of Psychology, Vol. 1, No. 1
[7] Caldwell, C.D., & Cunningham, T.J. 2010. Internet Addiction and Students: Implications for School Counselors.
[8] Zajac, K., Ginley, M.K., Chang, R., & Petry, N. M. 2017. Treatments for Internet gaming disorder and Internet addiction: A systematic review. Psychology of addictive behaviors : journal of the Society of Psychologists in Addictive Behaviors, 31(8), 979–994.
[9] Pratama, et all. 2020. Penerapan Hipnocaring Guna Mengatasi Kecanduan Game Online Yang Berlebihan Pada Remaja Di Desa Kebumen, Baturraden. Journal of Community Health Development, Vol. 1, No.1.
ADVERTISEMENT