Kampanye Politik Digital Sekarang dan Masa Depan

Rolip Saptamaji
Founder Poligrabs Infographic
Konten dari Pengguna
8 November 2018 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rolip Saptamaji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Hadirnya revolusi teknologi komunikasi dengan jaringan internet telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi secara drastis. Seiring dengan membaiknya jaringan internet, akses informasi semakin terbuka dan sirkulasi informasi pun semakin cepat.
ADVERTISEMENT
Perubahan ini juga mengubah kebiasaan masyarakat dalam menerima dan merespons informasi, begitu pun juga dalam konteks informasi politik. Seorang kandidat dalam suatu kampanye politik mendapatkan popularitas dan dukungan melalui media sosial berbasis internet.
Berbagai konten kreatif dengan berbagai format tersebar di media sosial dan internet untuk menyentuh sisi emosional audiens dan meraih dukungan. Sirkulasi informasi ini juga membentuk ekspektasi dan imaji pemilih tentang para kandidat.
Segmentasi Baru, Budaya Layar dan Media Baru
Saat ini, segmentasi demografis semakin tidak populer pada perancangan komunikasi kampanye. Segementasi dikategorikan berdasarkan pendekatan generasi yang populer di ranah marketing kini merasuk dalam segmentasi politik.
ADVERTISEMENT
Masyarakat dipilah berdasarkan generasi seperti 'generasi Z' (15-24 tahun), 'generasi milenial' (25-35 tahun), 'generasi X' (36-45 tahun), dan 'generasi Baby Boomer' (46-55 tahun). Pemilahan generasi ini dideduksi berdasarkan familiaritas dan interaksi tiap generasi dengan teknologi digital terutama teknologi informasi.
Segmentasi ini sangat penting dalam ranah perancangan komunikasi kampanye karena menentukan medium atau platform media yang digunakan dan konten informasi yang akan disebarkan.
Pendekatan ini juga terhubung dengan screen culture yang merambah generasi muda ketika mereka berinteraksi dan mengakses informasi melalui beberapa layar sekaligus (TV, Laptop, Tab, dan Smartphone). Format dan konten disesuaikan dengan preferensi mereka bahkan dibumbui narasi dan visual yang menyentuh sisi emosional mereka.
Media baru seperti meda sosial, baik yang berbasis teks (Twitter), visual (Instagram dan Facebook), dan video (Youtube), telah digunakan secara masif untuk merespons segmentasi baru ini. Brand, korporat, pemerintah, bahkan media massa tidak luput dari perubahan dan terus beradaptasi untuk memanfaatkan kemunculan media baru ini.
ADVERTISEMENT
Dampak media baru selama masa transisi tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Pada lapangan politik, media baru sukses meningkatkan partisipasi politik generasi muda. Namun, dampak negatifnya adalah menyebarnya informasi palsu (hoaks) yang mengganggu stabilitas opini publik.
Masa Depan Kampanye Politik Digital
Pada konteks politik dan pemerintahan, media sosial sebagai media baru telah menampakkan pengaruhnya secara nyata. Keberhasilan politisi meraih dukungan publik, seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, Mahfud MD, Ridwan Kamil, dan masih banyak nama lainnya, juga dilandasi oleh ketajaman strategi kampanye digitalnya.
ADVERTISEMENT
Lembaga pemerintahan di tingkat pusat maupun daerah memanfaatkan media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook untuk melakukan komunikasi kebijakan dan mengumpulkan aspirasi publik.
Aktivitas ini melibatkan perancangan komunikasi dengan segmentasi baru dan perancangan konten kreatif yang informatif dan minim bias, seperti infografis. Selain itu, para politisi juga secara aktif membangun branding politik menggunakan media sosial dan berinteraksi dengan para pendukungnya.
Bahkan saat ini, partai politik ikut aktif menggunakan media sosial untuk melakukan komunikasi politik, seperti mengabarkan aktivitas, menyebarkan gagasan, dan mengenalkan kader-kader terbaiknya kepada khalayak digital (netizen).
Pada 2018 ini saja aktivitas kampanye digital melalui berbagai platform sudah menjadi hal yang lazim untuk dilakukan di ranah politik. Sirkulasi opini dan pembentukan imaji berhasil membentuk ekspektasi pemilih para kandidiat populer.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini akan semakin berkembang di masa depan dan bukan tidak mungkin kampanye-kampanye lapangan akan tergusur oleh aktivitas kampanye digital.
Kampanye digital dalam politik telah digunakan sejak 2012 dan menunjukkan keberhasilan, serta melahirkan tokoh-tokoh politik yang mampu memimpin opini publik. Pada tahun politik 2018-2019, kampanye digital akan semakin masif menggunakan berbagai platform untuk merebut suara pemilih pemula dan pemilih muda.
Bayangkan, apa yang akan terjadi pada momentum politik di masa depan ketika segemen milenial dan Generasi Z semakin membesar, serta intervensi digital semakin mendalam di masyarakat pada momentum politik nasional 2023-2024.
Jika para politisi belum menyadari urgensi kampanye digital saat ini, maka dipastikan mereka akan tergagap-gagap menghadapi masa depan.
ADVERTISEMENT
Sumber: https://www.poligrabs.com/kampanye-politik-digital-01?fbclid=IwAR1A_lWrXj2hT6cClxjHQEBBSchtpZM3R1VClvPbZY4baHu-U944lgLrPyw