Sekolah Agama? Kenapa Harus Ragu?

Rosidi Pratama
Cuma Orang Biasa
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2019 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rosidi Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekolah Menghafal Al Quran
Pernah ada pertanyaan dari temen gue terkait keputusan menyekolahkan anak di sekolah Tahfiz sejak dia TK A, “anak lu udah bisa ca lis tung(baca, tulis, berhitung)? diajarin gak disekolahnya?” dengan santai gue jawab “belum, sekolah tk belum diajarin juga”. Walaupun banyak anak yang seumuran anak gue udah pada bisa ca lis tung, bahkan fasih berbahasa inggris. Tapi gue bangga karena di usia anak gue yang ke 6, dia sudah hafal 1/2 juz di juz 30, kira-kira 17 surat.
ADVERTISEMENT
Awalnya gue juga ragu untuk menyekolahkan anak gue di sekolah Tahfiz. Namun setelah istri gue menyakinkan gue karena emang dia lebih berpengetahuan ketimbang gue :(, akhirnya kita memutuskan untuk menyekolahkan kakak di sekolah tahfiz dan berencana untuk menyekolahkan adiknya di sekolah yang sama.
Apa alasannya?
Sebelumnya gue akan menjelaskan sedikit apa itu Tahfiz Qur’an. Tahfiz itu artinya menghafal, Tahfiz Qur’an artinya ya menghafal Al Qur’an. Di antara pelajaran yang terkait dengan mempelajari Al Qur’an, Tahfizh Al Qur’an merupakan pelajaran termudah bagi anak-anak kita. Kenapa? karena program Tahfizhul Qur’an teknik belajarnya sederhana, cukup dengan mendengar dan mengucapkan secara berulang, baik itu mendengar bacaan kita sendiri ataupun mendengar bacaan orang lain, atau bisa juga menggunakan media youtube atau spotify, intinya anak bisa mendengarkan.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah jurnal nasional tentang hubungan kemampuan belajar Al Qur’an dengan hasil belajar yang dipaparkan oleh Heru Siswanto dan Dewi Lailatul Izza dari Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghafal al-Qur’an mempunyai hubungan dengan hasil belajar dimana semakin baik kemampuan menghafal al-Quran, semakin baik pula tingkat hasil belajar siswa.
“Memorizing while young is like carving into a rock.” That which is carved into a rock cannot easily be removed.
Secara teori, kecerdasan berfikir anak sangat tergantung pada intensitas proses berfikir yang dia lakukan selama proses belajarnya. Sedangkan proses berfikir itu terjadi apabila terjadi pengaitan antara objek yang diindera dengan informasi/ilmu yang telah dimiliki sebelumnya tentang objek tersebut. Apabila terjadi pengaitan yang benar dan tepat antara objek yang diindera dan informasi yang benar dan tepat tentang objek tersebut, maka lahirlah sebuah pemikiran/ilmu/teori yang benar tentang objek tersebut, sebagai hasil dari proses berfikir. Faktanya, melihat banyaknya anak-anak usia dini yang sudah berhasil menghafal Al- Quran itu membuktikan kalau hafalan itu mudah bagi anak-anak. Yang penting mereka diprogram untuk menghafal Al- Qur’an dan program tersebut dijalankan secara konsisten dan kontinu.
ADVERTISEMENT
Pergi ke Sekolah Taman Kanak Kanak Plus
Dalam sebuah jurnal nasional tentang hubungan kemampuan belajar Al Qur’an dengan hasil belajar yang dipaparkan oleh Heru Siswanto dan Dewi Lailatul Izza dari Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghafal al-Qur’an mempunyai hubungan dengan hasil belajar dimana semakin baik kemampuan menghafal al-Quran, semakin baik pula tingkat hasil belajar siswa.
Intinya, ada dua unsur penting untuk meningkatkan kecerdasan berfikir anak, yakni penginderaan yang cermat dan rinci terhadap suatu objek serta akumulasi informasi yang benar tentang objek tersebut. Di mana posisi Tahfizh Al Qur’an dalam mempengaruhi kecerdasan anak?
Tahfizh Al Qur’an akan melatih sensitifitas indera pendengaran anak. Semakin sensitif indera pendengaran anak mendengar lafazh-lafazh ayat Al Qur’an yang dibacakan, maka semakin mudah anak menjadi fasih mengulang bacaan yang ia dengar. Hal ini akan membantunya untuk cepat fasih berbicara. Apabila anak sudah terlatih sensitif mendengar, maka dia akan mudah dan cepat memahami secara benar nasehat/pelajaran dari guru/orang tuanya. Dengan demikian peluang salah paham menjadi kecil. Bukankah pengajaran dan nasehat untuk memahamkan sesuatu kepada anak-anak lebih banyak menggunakan lisan dan mendengar? Oleh karena itu kecepatan memahami ilmu yang dijelaskan guru sangat berhubungan secara signifikan dengan sensitifitas dan kecermatan mendengar kalimat demi kalimat yang diungkapkan guru, termasuk intonasi berbicaranya.
ADVERTISEMENT
Tahfizh Al Qur’an melatih anak untuk berkonsentrasi tinggi. Semakin banyak ayat yang bisa dihafal oleh anak dan hafalannya ini terpelihara dengan baik, berarti konsentrasi anak akan semakin tinggi. Pada umumnya semakin banyak ayat yang dihafal, semakin cepat untuk menghafal ayat-ayat lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi proses perbaikan konsentrasi menjadi semakin tinggi, apabila semakin banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dihafal.
Coba kita bayangkan, apabila anak-anak kita telah hafal juz ‘Amma dan surat Al Baqarah saja, dan ia bisa membacakannya dengan fasih dan lancar tanpa mushaf, bukankah konsentrasinya sudah bertahan lama? Apatah lagi hafal 30 juz sebelum dewasa. Bukankah konsentrasi yang tinggi sangat berpengaruh dalam kecerdasan berfikir?
Semakin tinggi konsentrasinya semakin tuntas berfikirnya. Selanjutnya, hal ini akan membangun kecerdasan berfikir yang tinggi. Jadi kenapa harus ragu untuk menyekolahkan anak di Sekolah Tahfidz sejak Taman Kanak Kanak?
ADVERTISEMENT