Barcelona yang Berpacu dengan Sejarah

8 Maret 2017 12:51 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Barca mungkinkah menjungkalkan PSG? (Foto: Albert Gea/Reuters)
Barcelona mengalami kekalahan telak 0-4 dari Paris Saint-Germain ketika melawat ke Paris pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions 2016/17. Tidak heran, sebelum pertemuan kedua, kans Barcelona disinyalir telah habis dan akan kesulitan untuk mengajar defisit gol yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Kekalahan yang didapatkan oleh Barcelona pada pertandingan pertama memang menggambarkan bagaimana kondisi Blaugrana saat ini. Bukan hanya persoalan sulitnya mencetak gol ketika menghadapi lawan yang menerapkan penjagaan super ketat, tetapi juga menunjukkan lubang-lubang di barisan belakang mereka.
Beban yang didapatkan Barcelona untuk lolos pun begitu besar. Menariknya, Barcelona bukanlah kesebelasan yang bisa dianggap remeh. Kemenangan telak bagi mereka adalah hal biasa. Mampukah Barcelona?
Perubahan Taktik yang Menambah Keberuntungan
Hasil tidak memuaskan yang didapatkan oleh Barcelona ketika menghadapi PSG pada pertemuan pertama membuat Luis Enrique memutar otak untuk mencari solusi atas kekalahan tersebut.
Solusi akhirnya ditemukan setelah Sergi Roberto melakukan blunder saat melawan Leganes (19/2). Laga berikutnya, melawan Atletico Madrid (26/2), formasi dan taktik yang baru pun diperkenalkan. Menggunakan tiga bek, Barcelona berubah menjadi kesebelasan yang mematikan saat menyerang dan kokoh saat bertahan.
ADVERTISEMENT
Hasilnya dapat dilihat: Atletico mereka tumbangkan. Dengan trio Gerard Pique, Samuel Umtiti, dan Jeremy Mathieu di belakang, ditambah Sergi Roberto ketika menghadapi serangan, Barcelona begitu kokoh.
Anak asuh Luis Enrique tidak hanya memetik tiga angka, tetapi juga membuat Atletico kesulitan melakukan percobaan dari dalam kotak penalti (enam dari 13 tembakan Atletico dilakukan dari luar kotak penalti). Kemenangan dalam pertandingan tersebut membuat Barcelona akhirnya melakukan hal serupa dalam dua pertandingan selanjutnya, melawan Sporting Gijon (1/3) dan Celta Vigo (4/3).
Pada dua laga tersebut, Barcelona menjadi kesebelasan yang begitu tangguh. Bukan hanya saat menyerang, ketika bertahan pun demikian. Perubahan formasi menjadi 3-4-3 ketika menyerang dan 4-4-2 ketika bertahan membuat Barcelona dapat dengan mudah menciptakan banyak orang di daerah permainannya ketika bertahan.
ADVERTISEMENT
Jika melihat apa yang terjadi pada dua laga tersebut, Barcelona jelas siap menyongsong laga ini. Pada dua pertandingan saja, Barcelona sukses menjebol gawang lawan 11 kali dengan hanya 32 kali melakukan percobaan. Peluang lawan untuk mencetak gol ke gawang Barcelona juga hanya sebesar 8% per pertandingannya.
Selain menguntungkannya formasi baru ini, Barcelona juga memiliki catatan yang cukup apik di depan gawang lawan. Sejak Luis Enrique memegang kendali tim, Barcelona mencetak sedikitnya empat gol dalam 27 dari 79 pertandingan yang digelar di Camp Nou. Hasil ini tentu membuat peluang Barcelona untuk lolos masih terbuka, meskipun sempit.
PSG Tetaplah Berbahaya
Barcelona boleh yakin bahwa perubahan taktik dan catatan mencetak empat gol mereka lumayan oke. Namun, patut diingat bahwa PSG bukanlah kesebelasan biasa. Skor telak pada pertandingan perdana jadi bukti bahwa Edinson Cavani dkk. adalah momok yang menakutkan.
ADVERTISEMENT
Selain karena kembalinya Marquinhos dan Thiago Silva, PSG diuntungkan dengan catatan mereka di kandang lawan. Sepanjang musim ini pada semua kompetisi yang diikuti, sembilan kali mereka mencatatkan clean sheet di kandang lawan. Belum lagi soal tidak pernah kalahnya mereka sepanjang 2017 ini.
Sepanjang 2017, Paris Saint-Germain memang cukup istimewa. Ambil Ligue 1 sebagai contoh. Dari sembilan pertandingan yang dijalani, Paris Saint-Germain berhasil mendapatkan 23 poin dari 27 poin maksimal yang bisa didapatkan. Di Ligue 1, angka tersebut hanya dapat disamai oleh AS Monaco yang bertengger di puncak klasemen.
Penampilan apik yang ditunjukkan oleh Paris Saint-Germain saat ini tidak lain karena pengaruh Marco Verratti dan Adrien Rabiot. Cara bermain keduanya yang berbeda—Verratti pandai mengatur serangan, sementara Rabiot piawai mengoordinir permainan—membuat tugas Cavani, Angel Di Maria, dan Julian Draxler di lini depan lebih mudah.
ADVERTISEMENT
Jelang laga ini, hal yang dikhawatirkan oleh Unai Emery sebagai pelatih PSG adalah ketidakhadiran Angel Di Maria. Menurut situs resmi Liga Champions, Di Maria sedang tidak berada dalam kondisi puncak akibat cedera.
Absennya Di Maria tentu menimbulkan problem untuk kesebelasan asal Prancis ini. Betapa tidak, sumbangsih Di Maria lumayan: 13 dari 73 gol yang dicetak oleh raksasa Prancis tersebut diciptakan olehnya. Belum lagi soal dua gol yang diciptakan oleh Di Maria pada pertandingan pertama.
***
Kemenangan dengan skor minimal 5-0 menjadi harga mati yang harus ditebus oleh Barcelona pada pertandingan ini. Hanya saja, sejarah menunjukkan bahwa belum pernah ada tim yang lolos ke babak berikutnya di fase gugur Liga Champions setelah kalah 0-4 di leg I.
ADVERTISEMENT
Jika taktik baru berhasil dimanfaatkan dengan Barcelona, peluang mereka untuk lolos bakal besar. Sebaliknya, jika taktik ini tidak dapat mereka praktikkan dengan baik di lapangan, mulai saat ini lupakan Liga Champions.