news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berlari Bersama Mengejar Kesetaraan untuk Peyandang Difabel

3 Desember 2017 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keseruan Run For Difable 2017 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keseruan Run For Difable 2017 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di bawah terik matahari yang dapat membuat ubun-ubun mendidih, Minggu (3/12), di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, penonton dan pengunjung sedang berdendang mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh Tulus. Dengan suara yang tak semerdu Tulus, penonton dan pengunjung pelan-pelan ikut bernyanyi.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan hanya itu yang menjadi daya tarik dari acara ‘Run for Difabel’ yang mengusung tema “Humanity in Diversity”. Tepat di depan panggung, penonton dan pengunjung yang memakai kursi roda, tongkat, kaki palsu, atau yang berdiri dengan dua kaki, saling bergandengan dan menebarkan senyuman satu sama lain. Tak ada yang berbeda di antara mereka.
‘Run for Difabel’, selain sebagai pembuka ajang Asian Para Games, diadakan untuk merayakan Hari Difabel Dunia dan mengedepankan kesetaraan untuk peyandang difabel, agar diskriminasi yang terjadi bisa dihilangkan. Dan di Monumen Nasional, di bawah terik matahari, kesetaraan yang diharapkan akhirnya datang dari gandengan tangan dan senyuman.
“Perbedaan kemampuan seharusnya bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, sebaliknya perbedaan justru harus menjadi alasan untuk bekerja sama. Melalui ‘Run for Difabel’ kami berhadap dapat meningkatkan dukungan akan kesetaraan bagi teman-teman difabel di tengah masyarakat,” ujar Ketua Indonesian Para Games Organizing Committe (INAPGOC), Raja Sapta Oktohari.
ADVERTISEMENT
Kesetaraan, tutur Okto, menjadi nilai yang diusung oleh gerakan Paralympic Internasional. Dengan acara berlari bersama, perbedaan yang kasat mata antara peyandang difabel dan non-difabel dapat memudar oleh aktivitas yang sama. Sebab, lanjut Okto, yang mesti dibanggakan bukanlah perbedaan melakinkan semangat untuk hidup bersama.
“Nilai itu juga yang ingin kami kampanyekan dalam kegiatan ini,” lanjut Okto.
Di tempat yang sama, Kabid Pembinaan Olahraga Massal dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), I Nyoman Winata, mengatakan, berlari bersama dapat menjadi tanda bahwa ada persamaan yang sedang diusahakan, dan ada posisi yang setara di mata Negara antara penyandang difabel dan non-difabel. Dan itu yang sedang dilakukan oleh Pemerintah dengan menyamakan semua kebutuhan atlet penyandang difabel.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah sangat senang, dan bahkan Presiden menyamakan bonus-bonus yang didapatkan oleh atlet penyandang difabel dan non-difabel. Jadi, intinya tidak membedakan, Pemerintah menyamakan baik itu bonus dan kedudukan atlet atlet difabel. Di samping itu juga pelatihan pelatihan disamakan,” ucap I Nyoman Winata yang ikut merayakan Hari Difabel Dunia di Monas, Jakarta Pusat.
Keseruan Run For Difable 2017 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keseruan Run For Difable 2017 (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
Apa yang diucapkan Okto dan I Nyoman Winata, membawa kebahagiaan tersendiri bagi Niki Clara yang menjadi perwakilan dari teman-teman disabilitas saat jumpa pers. Menurut Niki, kesetaraan yang diusung dalam acara ‘Run for Difabel’ dan Asian Para Games 2018, akan menyadarkan rekan-rekannya bahwa penyandang difabel memiliki posisi yang sama, di mata masyarakat dan Negara.
“Kami berharap dengan adanya Asian Para Games menjadi momentum bagi Pemerintah untuk menyadarkan teman teman non-disabilitas dan difabel bahwa kita equal (setara), kita sama tidak ada perbedaan non-disabilitas dan disabilitas,” Niki Clara dengan penuh semangat.
ADVERTISEMENT
‘Run for Difabel’ sendiri diikuti oleh 2.000 peserta, dan 300 peserta di antaranya merupakan penyandang disabilitas. Semua berlari, tak ada yang tertinggal, dan semua finis sampai akhir setelah menempuh jarak 7,4 km.