Emil Forsberg, Calon Mimpi Buruk Italia Itu

13 November 2017 13:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Forsberg (10) berduel dengan Bonucci. (Foto: Jonathan Nackstrand/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Forsberg (10) berduel dengan Bonucci. (Foto: Jonathan Nackstrand/AFP)
ADVERTISEMENT
“Saya belum pernah dengar suporter bisa mencetak gol.” Ucapan dengan nada dingin itu keluar begitu saja dari maestro sepak bola Italia yang baru memutuskan pensiun, Andrea Pirlo.
ADVERTISEMENT
Pirlo, si anggur itu, tengah berbicara tentang peluang Italia untuk lolos ke Piala Dunia tahun depan. Sejauh ini, yang tampak hanyalah segerombolan awan mendung tanpa ada secercah sorot cahaya.
Tentu saja, Pirlo tidak bermaksud untuk mengecilkan peluang negaranya sendiri. Ia berbicara begitu karena merasa, Italia butuh lebih dari sekadar dukungan suporter untuk bisa menundukkan Swedia.
Pada pertemuan pertama di Solna pekan lalu, Italia kalah 0-1. Gli Azzurri lantas berharap, dukungan puluhan ribu pendukung di San Siro, Selasa (14/11/2017) dini hari WIB, bisa membantu mereka bermain di Rusia tahun depan.
Namun, benar kata Pirlo: seisi stadion tidak mungkin jadi penentu Italia bakal mencetak gol atau tidak. Pada akhirnya, semua ditentukan oleh kaki-kaki mereka yang bermain di lapangan.
ADVERTISEMENT
Dalam analisis yang kami unggah Sabtu lalu, Italia memang punya sederet masalah. Gian Piero Ventura sadar, formasi 4-2-4 yang selama ini dipegangnya punya kemungkinan kecil untuk sukses jika menghadapi 4-4-2 milik Swedia. Pasalnya, dengan begitu Italia bakal kalah jumlah di lini tengah.
Oleh karena itu, Ventura memutuskan untuk kembali memainkan 3-5-2, formasi yang sempat membuat Italia tampil mengejutkan di bawah arahan Antonio Conte pada Piala Eropa 2016. Namun, rencana yang ada di benak Ventura tidak berjalan.
Pada 45 menit paruh pertama pertandingan, Italia bahkan hanya melepaskan satu percobaan untuk mencetak gol. Buruk. Sangat buruk. Mereka betul-betul kesulitan untuk mengembangkan permainan.
Bek-bek mereka, Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli, dan Leonardo Bonucci, berulang kali meninggalkan lubang. Gelandang-gelandang mereka, Marco Parolo, Daniele De Rossi, dan Marci Verratti, kalah berduel dengan gelandang-gelandang Swedia.
ADVERTISEMENT
Dengan gagal berfungsinya sejumlah sektor permainan Italia, Swedia betul-betul mendapatkan angin. Dan salah satu pemain yang memanfaatkan betul banyak ruang di lini pertahanan Italia adalah Emil Forsberg.
Anda mungkin tidak asing dengan nama Forsberg jika mengikuti perkembangan Bundesliga Jerman dalam beberapa musim terakhir. Bersama RB Leipzig, Forsberg menahbiskan diri sebagai “raja assist” Bundesliga.
Musim kemarin, Forsberg menorehkan 19 assist dalam 30 penampilan. Di luar itu, menurut catatan Squawka, ia juga mengkreasikan 94 kans untuk rekan-rekannya. Catatan tersebut membuatnya menjadi kreator peluang terbanyak untuk Leipzig —bahkan unggul jauh atas Naby Keita yang “hanya” mengkreasikan 41 kans sepanjang musim.
Forsberg adalah seorang gelandang sayap yang biasa beroperasi di sisi kiri lapangan. Namun, ia juga bisa dimainkan sebagai gelandang serang tengah. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika melihatnya kerap bergerak menusuk ke tengah, alih-alih menyisir sisi kiri lapangan.
ADVERTISEMENT
Forsberg memang bukan tipikal pemain yang mengandalkan kecepatan, tetapi ia cukup liat dan lincah. Pada banyak kesempatan, ia sering melewati lawan dengan mengandalkan keliatan dan kelincahannya itu.
Pada kesempatan lainnya, Forsberg mengandalkan kecerdikannya dalam menafsirkan ruang untuk memasuki celah-celah di pertahanan lawan. Semua atribut itu kemudian dilengkapi dengan kemahirannya melepaskan operan.
Pada laga melawan Italia pekan lalu, Forsberg adalah pemain terbaik Swedia. Ia mengkreasikan dua kans sepanjang laga, menjadi pengalir bola yang sempurna di sepertiga akhir lapangan dengan 21 operan suksesnya, lalu sukses juga memenangi 8 dari 10 duel perebutan bola yang dihadapinya.
Forsberg juga jeli melihat bola-bola muntah yang gagal dihalau dengan sempurna oleh barisan pertahanan Italia. Gelandang berusia 26 tahun ini langsung mengambil bola dan kembali melancarkan serangan. Begitu terus, sampai serangan Swedia terlihat melelahkan untuk Italia.
ADVERTISEMENT
Nah, jika memang San Siro bisa membantu Italia untuk memenangi pertandingan —dan melupakan saja nubuat Pirlo itu— sesungguhnya ada satu yang bisa mereka lakukan: ganggu saja Forsberg ini sampai telinganya pekak.