Football Rant: Manajer Britania di Premier League yang Itu-itu Saja

21 Desember 2017 19:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manajer Everton, Sam Allardyce. (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Everton, Sam Allardyce. (Foto: Reuters/Lee Smith)
ADVERTISEMENT
Ada cerita lucu. Saya mengenal salah seorang penulis sepak bola dan ketika itu dia sedang berlibur bersama keluarganya di Istanbul, Turki. Ujug-ujug saja, ia mendapatkan sebuah pertanyaan dari temannya yang tinggal di Inggris: "Apa pendapatmu soal Sam Allardyce?"
ADVERTISEMENT
Ditanya begitu, kenalan saya heran. Memangnya kenapa dengan Allardyce? Usut punya usut, Allardyce --yang waktu itu menangani West Ham United-- baru saja menggunakan pakem yang tidak biasa untuk timnya: 4-6-0.
Melihat itu, kenalan saya itu pun terkekeh. Dia kemudian melontarkan salah satu komentar paling kocak yang pernah saya dengar: "Otak di dengkul, kok, bisa berimajinasi!? Menarik ini!"
Tunggu, tunggu... Dia memang tidak berniat untuk mengolok-olok Allardyce. Namun, melihat manajer yang biasa memainkan umpan-umpan panjang dan gaya Inggris Raya yang kental (baca: mengandalkan speed dan power semata), tiba-tiba melihatnya memainkan formasi progresif macam 4-6-0, memang terbilang mengejutkan. Alhasil, kenalan saya itu pun menuangkannya dalam sebuah tulisan.
Beberapa tahun kemudian, Allardyce yang dianggap kuno itu masih berkeliaran di Premier League. Malah, ia diharapkan menjadi penyelamat bagi Everton yang compang-camping di tangan Ronald Koeman.
ADVERTISEMENT
Anda lihat 'kan... Di sini ada sesosok manajer Britania yang kerap dianggap ketinggalan zaman menggantikan seorang manajer Eropa Daratan (baca: Belanda) yang punya pemahaman filosofi sepak bola yang lebih rumit. Namun, melihat ini, saya jadi menyadari bahwa untuk bertahan di Premier League barangkali memang tidak perlu rumit-rumit.
Barangkali juga, ini yang membuat banyak klub Premier League yang tengah terjerat krisis berpaling kepada manajer yang itu-itu saja. Terancam degradasi? Coba, hubungi Roy Hodgson. Performa jelek? Mungkin Alan Pardew bisa membantu. Butuh keajaiban untuk membalikkan situasi di musim yang buruk? Hey, ada David Moyes!
Ini mungkin terdengar lucu, sebab nama-nama di atas --termasuk Allardyce-- bukanlah manajer yang identik dengan gelimangan trofi ataupun kemapanan. Moyes bahkan degradasi bersama Sunderland musim kemarin. Namun, mereka paham betul akan Premier League. Sehingga, ketika ada tim dalam bahaya, mereka bisa mencari celah untuk bertahan.
ADVERTISEMENT
Lalu, mengapa tidak ada yang menggantikan? Mengapa regenerasi manajer-manajer Britania di Premier League mandek? Mengapa mantan-mantan pemain mereka, seperti Jamie Redknapp, Jamie Carragher, atau Alan Shearer, lebih nyaman duduk di sofa sebagai komentator? Nah, ini semua yang saya tanyakan kepada Yusuf Arifin. Silakan disimak episode ke-12 dari Football Rant berikut...