Kisah Di Stefano: di Persimpangan Antara Madrid dan Barca

23 April 2017 18:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Di Stefano nyaris bergabung dengan Barca. (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
Jalan hidup memang tak ada yang tahu. Ada kalanya hidup terjebak pada dua pilihan sulit yang amat menentukan. Tiap jalan ada konsekuensinya; ketika sudah memilih, seringkali kau harus membuang hal-hal yang kau sukai. Sementara karena hidup harus terus berlanjut, maka kau harus bisa menyintas ke hal-hal yang (mungkin) tidak kau sukai.
Dari Amerika Selatan dan kemudian ke barat daya Eropa, sekitar 75 tahun yang lalu, salah satu striker terbaik sepanjang sejarah sepak bola muncul melalui perjalanan karier yang dinaungi oleh pilihan-pilihan sulit.
***
Pada musim semi 1952, sebuah klub sepak bola asal Kolombia, Millonarios, terbang ke Spanyol untuk mengikuti sebuah turnamen persahabatan untuk merayakan hari jadi ke-50 klub kebanggaan ibukota, Real Madrid. Kala itu, selain Real Madrid yang menjadi lawan, turut pula hadir klub asal Swedia IFK Norrköping.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Millonarios kemudian tampil sebagai juara turnamen. Salah satu penyerang mereka tampil sebagai bintang. Dia bermain begitu baik dan impresif, membuat tuan rumah Real Madrid kepincut ingin mendapatkan tanda tangannya.
Namun, tak hanya Madrid. Rival Madrid di Spanyol, Barcelona, juga tertarik untuk memboyongnya. Barcelona mencoba bergerak melalui sekretaris teknik mereka kala itu, Jose Samiter, yang juga menyaksikan langsung bagaimana bagusnya permainan sang bomber.
Tak tanggung-tanggung, El Barca kemudian memberikan penawaran kepada klub sang striker sebelumnya, yang juga memiliki hak atas dirinya, River Plate. Tak hanya itu, ketika sang pemain sedang berada di kampung halamannya, Buenos Aires, Barcelona mengirim utusan untuk melakukan pendekatan langsung kepada sang pemain.
Pada akhirnya, sang pemain setuju. Barcelona juga telah membayar uang sebesar 4 juta peseta (mata uang Spanyol sebelum euro) kepada River Plate. Sang striker juga dijanjikan akan melakukan perjalanan ke Spanyol dengan kereta tidur —mengingat ia memiliki fobia naik pesawat terbang.
ADVERTISEMENT
22 Mei 1953, lewat perjalanan dengan kereta itu, sang striker sampai di Spanyol bersama dengan keluarganya. Sempat tinggal satu malam di Zaragoza, pemain ini akhirnya tiba di Barcelona. Ia disambut penuh suka cita oleh petinggi-petinggi klub.
Mulai menjalani adaptasi dengan kehidupan Catalunya, sang striker juga sempat menjalani satu laga pramusim bersama Barcelona di musim panas 1953. 16 Agustus 1953 akhirnya Barcelona secara resmi mengumumkan perekrutan sang striker. Perkenalkan namanya: Alfredo Di Stefano.
Tapi petaka untuk Barcelona dimulai di sini. Perjalanan hidup Di Stefano yang paling genting juga berada di sini. Karena setelah memutuskan pindah ke Spanyol untuk berkarier bersama Barcelona, pemain kelahiran Argentina itu ternyata tak berjodoh dengan Catalunya.
ADVERTISEMENT
Madrid, yang lebih dulu tertarik —dan secara tidak langsung yang membawa Di Stefano untuk pertama kali ke Spanyol— tak terima atas kabar transfer itu. Begitu juga dengan Millonarios. Menurutnya, pemain bertinggi 178 cm itu masih merupakan milik dan hak mereka. Jadi, Barcelona salah melakukan tindakan karena melakukan negosiasi dengan River Plate.
Namun, perlu dicatat juga bahwa waktu itu Di Stefano “menyingkir” ke Millonarios karena sedang ada protes dari para pesepakbola di Argentina. Millonarios disinyalir tidak melakukan transfer dengan sah dan pada saat bersamaan, River Plate masih memegang hak atas Di Stefano.
Presiden Millonarios, Alfredo Senior, kemudian mengadukan hal ini kepada FIFA. FIFA sendiri kemudian memutuskan memberi kewenangan kepada Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) untuk menyelesaikan masalah ini. RFEF pun turun tangan mengambil tindakan.
ADVERTISEMENT
Apes bagi Barcelona, RFEF tidak menerima argumen mereka. RFEF menyebutkan jika kesepakatan transfer dengan Millonarios adalah kesepakatan yang ilegal, karena itu mereka semestinya melakukannya dengan River Plate sebagai pemilik sah Di Stefano. Kisruh pun dimulai di sini.
Real Madrid yang sudah tahu jika rivalnya dalam masalah, mengambil tindakan. Mereka tahu jika karier Di Stefano sedang dalam ketidakpastian. Pada akhirnya —karena keakraban dengan kubu Millonarios— Los Blancos melakukan negosiasi. Kesepakatan pun tercapai. Millonarios setuju jika striker andalan mereka merapat ke Madrid.
Setelah kesepakatan tersebut, pada awal September 1953, RFEF akhirnya mengeluarkan keputusan. RFEF mengumumkan jika Di Stefano diberikan kesepakatan alternatif: ia bisa bermain untuk kedua klub selama empat tahun dengan durasi masing-masing dua tahun untuk kedua klub. Dua tahun pertama dimulai dari Madrid.
ADVERTISEMENT
Presiden Barcelona (yang malang), Marti Carreto, akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari kisruh ini. Dewan interim Barcelona bahkan merobek kontrak Di Stefano. El Barca pada akhirnya merelakan Di Stefano untuk bergabung dengan Madrid. Plus dengan kesepakatan kala itu, Madrid harus membayar 4 juta pesetas, sesuai dengan nilai kontrak yang disepakati Barcelona dan River Plate.
Madrid kemudian setuju akan hal tersebut. Di Stefano resmi jadi pemain mereka. Usut punya usut, kisruh transfer dan manuver El Real ini dikomandoi oleh penguasa Spanyol kala itu, Jenderal Franco. Franco, yang seorang diktator itu, butuh pencitraan karena negeri yang dipimpinnya sedang mengalami perang saudara dan terbelit banyak utang.
Salah satu alat untuk pencitraan itu adalah Real Madrid. Bersama klub ibukota inilah Franco bisa merebut hati rakyatnya. Karena seperti diketahui, akan sulit bagi Franco untuk bisa mengendalikan klub lain seperti Barcelona yang berasal dari kelompok yang berseberangan, yakni kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dari Spanyol.
ADVERTISEMENT
Atas dasar itu pula pada akhirnya dengan mudah Franco berhasil memuluskan transfer Di Stefano ke Madrid. Sembari ia juga memberikan tekanan kepada Barcelona. Bahkan dikabarkan jika Franco mengancam El Barca dengan hukuman pelarangan pemain asing. Tak pelak, Barcelona pun tidak dapat menolak atau membantah.
23 September 1953, Di Stefano akhirnya melakoni debut bersama Madrid dalam laga persahabatan kontra klub Prancis, Nancy. Satu bulan berselang, pemain yang kemudian juga menjadi andalan Tim Nasional Spanyol itu harus berhadapan dengan mantan klubnya, Barcelona.
Laga emosional tersaji di Santiago Bernabeu. El Clasico pertama untuk Di Stefano. Jika beberapa bulan lalu hatinya tertambat pada Barcelona, di laga ini ia membuktikan jika benar-benar hatinya sudah bersama Madrid. Bermain dengan sepenuh hati, empat gol dicetaknya. Madrid menang 5-0 pada laga itu.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, sisanya adalah sejarah. Di Stefano kemudian menjadi bintang Madrid. Lima gelar Liga Champions dipersembahkannya secara beruntun. Tak hanya itu, ia juga berhasil mempersembahkan delapan gelar La Liga dan mencetak total 307 gol dari 396 penampilan di seluruh kompetisi.
Jika saja kisruh transfer tak pernah terjadi dan Di Stefano tetap berada di Barcelona, mungkin kisah perjalanan kariernya akan berbeda. Bisa jadi ia tidak secemerlang bersama Madrid sampai-sampai menjadi legenda mereka.
Tapi, toh, ini yang dinamakan perjalanan hidup, bukan?