Timnas Prancis yang Tinggal Menunggu Waktu untuk Jadi Juara

4 Oktober 2017 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua bintang Prancis: Griezmann dan Pogba. (Foto: Jonathan Nackstrand/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Dua bintang Prancis: Griezmann dan Pogba. (Foto: Jonathan Nackstrand/AFP)
ADVERTISEMENT
Thierry Marszalek buru-buru masuk ke ruangan di sudut kantor Federasi Sepak Bola Prancis di Paris. Sambil memegang segepok map, Marszalek mengetuk ruangan yang baru dirapikan oleh pemiliknya, Pierre Wankowski.
ADVERTISEMENT
Wankowski adalah pelatih Tim Nasional (Timnas) Prancis U-18 sejak 2011 dan Marszalek adalah orang yang paling dipercaya oleh Wankowski untuk membuat daftar national pool timnya.
Beberapa hari sebelumnya, Wankowski meminta Marszalek mendata beberapa nama yang layak untuk masuk ke dalam skuat Timnas Prancis di Piala Dunia U-20 2013 yang digelar di Turki.
Marszalek diberi waktu beberapa hari oleh Wankowski dan ia melakukan tugasnya dengan relatif baik. Tetapi, tetap saja, Marszalek tak bisa melakukan tugasnya dengan maksimal karena minimnya pemain dalam kisaran usia tersebut yang bersinar.
Map yang berisi sekumpulan data hasil riset Marszalek dibaca oleh Wankowski. Dari data tersebut, hanya ada empat nama yang menarik perhatian Wankowski: Paul Pogba, Thibaut Vion, Geoffrey Kondogbia, dan Yaya Sanogo.
ADVERTISEMENT
Tak ingin mengecewakan bosnya, Marszalek memberi saran Wankowski untuk mencari pemain lain yang tersebar di beberapa cabang Clairefontaine dan akademi sepak bola milik kesebelasan Prancis. Wankowski setuju dan menugaskan Marszalek untuk bergegas berangkat.
Keberangkatan Marszalek ternyata tepat. Pemain pilihannya menyempurnakan empat pemain yang masuk pilihan utama Wankowski. Pada musim panas empat tahun silam, Wankowski membawa Prancis menjadi juara setelah mengalahkan Uruguay lewat adu penalti.
Kisah di atas ditulis oleh jurnalis Polandia, Maciej Kaliszuk, dalam catatan hariannya di Przeglad Sportowy. Dalam catatan tersebut, Kaliszuk menjelaskan bagaimana dari empat pemain tersebut hanya tiga yang pada akhirnya benar-benar menjadi kepercayaan Wankowski.
Tiga dari empat pemain yang direkomendasikan oleh Wankowski, yakni Pogba, Kondogbia, dan Sanogo, akhirnya berpendar. Pogba menjadi pemain terbaik turnamen. Sanogo mencetak empat gol, dan Kondogbia… jadi pemain inti.
ADVERTISEMENT
Dominasi Prancis yang begitu besar saat itu membuat beberapa media Prancis mengklaim bahwa mereka akan memiliki generasi emas. Kesuksesan mereka saat itu dianggap sebagai awal sepak bola Prancis yang lebih baik.
Griezmann merayakan gol ke gawang Belanda. (Foto: Reuters/Christian Hartmann)
zoom-in-whitePerbesar
Griezmann merayakan gol ke gawang Belanda. (Foto: Reuters/Christian Hartmann)
Salah satu yang berpendapat demikian adalah jurnalis L’Equipe, Jerome Cazadieu. Menurut Cazadieu, dengan skuat saat ini, Prancis bakal menampilkan penampilan yang jauh lebih apik ketimbang yang mereka tunjukkan selama Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.
Sekian tahun berlalu, generasi emas yang disebutkan oleh L’Equipe tak berjalan sesuai kenyataan. Beberapa nama mulai berguguran karena persaingan yang begitu ketat. Beberapa nama yang lain bahkan kini memperkuat kesebelasan Ligue 2.
Dari skuat inti Prancis saat ini, ada beberapa nama yang berkembang sejak Piala Dunia U-20 2013 lalu. Selain Pogba, ada Samuel Umtiti, Alphonse Areola, Lucas Digne, dan Florian Thauvin. Dari beberapa nama tersebut, hanya Pogba dan Umtiti yang mampu menyegel posisi inti.
ADVERTISEMENT
Ketidakmampuan beberapa pemain pilar Prancis di Piala Dunia U-20 bermain di tim nasional adalah buah dari persaingan ketat yang terjadi di Timnas Prancis saat ini. Kendati tak memiliki pemain berlabel megabintang, kedalaman skuat Timnas Prancis saat ini boleh diadu.
Perkara kedalaman ini sampai-sampai membuat Anthony Martial, pemain yang belakangan tampil impresif bersama Manchester United, sulit untuk mendapatkan tempat di dalam skuat Les Bleus.
Salah satu yang membuat kedalaman skuat Timnas Prancis sekarang apik adalah akademi bernama Clairefontaine. Terletak di pinggiran Paris, Clairefontaine mampu menjaga peremajaan skuat Prancis agar tidak berlubang di beberapa kelompok umur.
Tujuan mulia Clairefontaine menjadi kenyataan di setahun terakhir. Melihat nama-nama yang masuk di skuat Timnas Prancis selama periode 2016 dan 2017, nyaris semua berada di kelompok umur yang berdekatan dan hampir semuanya berkelas.
ADVERTISEMENT
Sepanjang 2017, Timnas Prancis telah melakoni tujuh pertandingan. Dari tujuh pertandingan tersebut, 42 pemain dipanggil oleh pelatih Timnas Prancis, Didier Deschamps, dan bergantian dimainkan di beragam jenis pertandingan.
Dari sekian banyak nama di tim nasional saat ini, skuat Timnas Prancis untuk Piala Eropa 2016-lah yang menjadi pujaan. Hanya saja, meski diperkuat oleh beberapa nama besar, skuat Timnas Prancis gagal memenuhi target dengan hanya mencapai final.
Kegagalan ini rupanya kembali menjadi makanan L’Equipe dan lagi-lagi ditulis oleh Jerome Cazadieu. Menurut Cazadieu, kegagalan ini hanya masalah sabar atau tidak. Timnas Prancis hanya butuh waktu untuk menjadi juara.
Setelah mencapai final Euro 2016, Deschamps melakukan beberapa perombakan. Nama-nama yang dianggap tak sesuai dengan ekspektasinya digantikan oleh pemuda-pemuda berkualitas baru. Pilihan Deschamps tak salah. Taring Prancis tetap runcing.
ADVERTISEMENT
Kombinasi pemain lulusan Euro 2016 dan pemuda baru membuat Prancis semakin disegani. Beberapa pertandingan terakhir di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan uji tanding internasional mereka tutup dengan hasil mengesankan.
Jika dulu L’Equipe melalui Cazadieu salah memprediksi perjalanan skuat Timnas U-20 Prancis, maka pernyataan Cazadieu saat ini nyaris mencapai kebenarannya. Timnas Prancis memang tengah memiliki generasi emas. Seperti kata Cazadieu, Timnas Prancis hanya butuh waktu untuk menjadi juara.