Jalan Berliku Menuju Museum Olahraga Nasional yang Lebih Baik

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
21 Juni 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua orang pemuda berlatih bola basket di lapangan Museum Olahraga Nasional (Foto: dok pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang pemuda berlatih bola basket di lapangan Museum Olahraga Nasional (Foto: dok pribadi)
ADVERTISEMENT
Ketika kita kecil, mungkin sebagian di antara kita pernah merasakan keriangan suasana ketika mengunjungi museum. Darmawisata atau kunjungan lapangan (field trip) ke museum merupakan salah satu kegiatan yang cukup sering dilakukan oleh siswa-siswa sekolah. Dari museum kita bisa belajar banyak hal, terutama yang terkait dengan sejarah atau kejadian di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Persepsi umum memang mengaitkan museum dengan benda-benda bersejarah, peninggalan masa lampau ataupun benda-benda purbakala. Padahal sejatinya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), museum didefinisikan sebagai sebagai gedung yang digunakan untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum. Sedangkan menurut PP 66 tahun 2015 tentang Museum, adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.
Saat ini banyak terdapat museum yang tidak hanya menampilkan benda-benda dari masa lampau, namun juga benda-benda dari masa kini yang memiliki nilai pengetahuan yang ingin ditampilkan, misalnya Museum Listrik dan Energi Baru di Jakarta, Indonesia ataupun British Museum di London, Inggris.
Selain itu ada pula Museum Olahraga, yang menampilkan berbagai benda yang terkait dengan dunia olahraga seperti peralatan berbagai cabang olahraga, sejarah-sejarah terkait dunia olahraga, pakaian yang dikenakan atlet-atlet dan lain sebagainya. Salah satu Museum Olahraga yang ada di Indonesia adalah Museum Olahraga Nasional. Terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pengelolaan museum ini berada merupakan wewenang Kementerian Pemuda dan Olahraga.
ADVERTISEMENT

Museum yang terstandar

Diresmikan pada 20 April 1989, Museum Olahraga Nasional menyimpan ratusan koleksi terkait dunia olahraga dan memorabilia para atlet berprestasi dari berbagai penjuru Indonesia. Gedung yang terletak di atas tanah seluas kurang lebih 1,5 hektar tersebut tidak hanya menyimpan dan memamerkan saksi bisu pencapaian prestasi olahraga atlet-atlet kebanggaan Indonesia, tapi juga peralatan dan perlengkapan olahraga sebagai bagian dari proses edukasi dan pembudayaan olahraga bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Kini, bangunan seluas 3000 meter persegi tersebut seakan tidak lagi mampu menampung dan menghadirkan tampilan terbaik bagi para pengunjungnya. Banyak pembenahan dan perbaikan yang perlu dilakukan, baik pada sumber daya manusianya, maupun prasarana dan sarana penunjangnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum, setiap museum harus melalui proses standardisasi yang kemudian memunculkan hasil berupa kategori A, B atau C. Bangunan dan ruang merupakan salah satu instrumen standardisasi museum, selain organisasi, visi dan misi, tujuan dan pengelolaan. Dilihat dari bangunan yang ada, Museum Olahraga Nasional memang harus melakukan pembenahan besar-besaran, terutama terkait dengan akses bagi para penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
Dengan ruang pamer yang terdiri atas tiga lantai, satu-satunya akses ke lantai atas menggunakan tangga tentu akan menyulitkan pengunjung penyandang disabilitas. Terlebih lagi sebagai sebagian koleksi yang dipamerkan berasal dari cabang olahraga dan atlet penyandang disabilitas, seperti boccia, para powerlifting, bola basket kursi roda, dan lain sebagainya.
Salah satu tangga Museum Olahraga Nasional yang merupakan akses menuju ruang pamer lantai atas (Foto: Ummi Alifah dan Yudia Aryani, Museum Olahraga Nasional)
Ditinjau dari bentuk dan susunan bangunannya, dapat dipastikan bahwa pemasangan elevator untuk penyandang disabilitas, tidaklah dimungkinkan. Perlu perombakan besar-besaran apabila akan dilakukan pemasangan elevator di gedung Museum Olahraga Nasional bahkan meskipun elevator tersebut menggunakan struktur terpisah diluar gedung. Di beberapa bagian ruang pamer juga terdapat bagian yang berundak, yang tentu menyulitkan bagi pengunjung yang menggunakan kursi roda. Perlu ditambahkan rampa pada bagian-bagian yang berundak tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain perbaikan pada fisik bangunan, perlu juga adanya penambahan dan perbaikan pada tata ruang pamer. Ruang yang tersedia saat ini sepertinya sudah tidak memadai untuk memamerkan koleksi yang ada, juga perlu ditambahkan beberapa bagian ruang pamer yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembapan untuk menjaga koleksi agar tetap berada dalam kondisi yang baik. Peralatan pengatur suhu dan kelembapan juga sebetulnya mutlak ada di ruang penyimpanan benda koleksi.
Ruang penyimpanan (storage room) yang ada saat ini nampaknya lebih tepat disebut gudang dan berada dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Tidak saja ruang tersebut tidak terjaga suhu dan kelembapannya, pendingin udara yang terpasang semuanya sudah tidak berfungsi dan lebih dari setengah ruangan tidak memilki penerangan karena lampu yang terpasang dalam keadaan mati.
ADVERTISEMENT

Sumber daya manusia yang mumpuni

Yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah sumber daya manusia pengelola museum itu sendiri. Nampaknya perlu ada penambahan sumber daya-sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang benar-benar sesuai agar pengelolaan Museum Olahraga Nasional menjadi lebih baik lagi dari yang sudah berjalan.
Misalnya, tenaga kurator saat ini yang hanya satu orang, sepertinya kurang mencukupi untuk melakukan perawatan dan konservasi atas koleksi yang jumlahnya sangat banyak tersebut. Contoh lainnya adalah perlunya personel yang memiliki kecakapan di bidang teknologi informasi dan kehumasan agar dapat menopang kegiatan-kegiatan museum yang memerlukan keterampilan tersebut seperti tur virtual, katalog daring, dan perapihan pendataan koleksi dan dokumentasi secara paperless.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya jumlah, namun juga latar belakang pendidikan dan keterampilan pun harus menjadi perhatian agar dicapai pengelolaan yang baik dan sesuai yang diharapkan. Prinsip menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat, pada saat yang tepat, harus benar-benar diperhatikan.
Penempatan sumber daya secara serampangan, atau hanya sekadar untuk memenuhi posisi yang kosong, justru dapat berakibat kontraproduktif, hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan semula. Sumber daya-sumber daya yang memiliki kemampuan perencanaan juga diperlukan, untuk menyusun rencana strategis pengembangan museum dan prosedur operasional standar (POS) yang selama ini belum tersedia.
Salah satu sudut ruang pamer lantai 1 Museum Olahraga Nasional (Foto: Ummi Alifah dan Yudia Aryani, Museum Olahraga Nasional)

Kendala klasik

Pendanaan memang bukan segala-galanya, namun tidak bisa dipungkiri, bahwa banyak hal yang memerlukan pendanaan untuk mencapainya. Hal ini sudah menjadi semacam adagium yang diamini banyak pihak. Pada banyak hal, perbaikan atau peningkatan suatu hal memang erat kaitannya dengan pendanaan, apalagi bila berbicara prasarana dan sarana.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya perbaikan dan penambahan prasarana dan sarana Museum Olahraga Nasional, penambahan sumber daya manusia yang mumpuni pun juga berarti perlunya penambahan anggaran rutin untuk membiayai gaji dan tunjangan personel baru tersebut.
Ditambah lagi dengan penambahan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk menjaga koleksi-koleksi yang ada agar tetap dalam kondisi baik, renovasi bangunan untuk menunjang aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas, hingga perbaikan ruang penyimpanan. Semuanya memerlukan pendanaan yang tentunya tidak sedikit, namun sebagian di antaranya sangat diperlukan agar pengelolaan dan pelayanan Museum Olahraga Nasional bisa semakin baik lagi.
Sebagai salah satu unit pelayanan yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat, Museum Olahraga Nasional dapat menjadi salah satu corong atau garda terdepan Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam menyosialisasikan budaya olahraga, suatu hal yang seyogyanya dilakukan sejak dini pada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Outcome dan impact yang didapat tidak hanya sesaat atau sebentar, namun dapat dirasa dalam jangka panjang. Koleksi-koleksi yang semakin terjaga kondisinya, pengelolaan yang semakin baik dengan adanya rencana strategis dan POS, akses bagi penyandang disabilitas, dan lain sebagainya, merupakan hasil yang dapat dinikmati dalam jangka panjang, berdampingan dengan semua fasilitas yang saat ini sudah dapat digunakan dan dinikmati, seperti lapangan tenis, lapangan basket, lapangan futsal yang juga berfungsi sebagai arena panahan, ruang fitness dan ruang rapat, dan lain sebagainya.
Pengorbanan berupa pendanaan yang harus dikucurkan memang cukup besar, namun efek dan hasil yang didapat rasanya cukup sebanding dan dapat dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama. Rasanya hal ini pertukaran yang cukup adil, untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Tentunya hal ini perlu menjadi perhatian bersama, terutama para penentu kebijakan terkait.
ADVERTISEMENT