news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ramai-ramai Mengundurkan Diri: Bentuk Ketidaktahanan Mental?

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
2 Juni 2022 20:57 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi seluk beluk dunia kerja (Gambar: freepik.com)
Media massa Indonesia beberapa waktu terakhir ramai memberitakan mengenai 105 orang CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) yang mengundurkan diri setelah pengumuman kelulusan CPNS. Meskipun jumlah 105 orang ini relatif tidak besar, apabila dibandingkan dengan total 112.514 CPNS yang lolos seleksi 2021, angka ini tetap membuat kita bertanya-tanya. Hal ini terutama karena profesi PNS dahulu kala dianggap sebagai salah satu profesi yang paling menjanjikan bagi penghidupan dan masa depan.
ADVERTISEMENT
Menurut Satya Pertama, Kepala Biro Hukum, Humas dan Kerja Sama BKN (Badan Kepegawaian Negara), alasan utama pengunduran diri para CPNS tersebut adalah karena gaji dan tunjangan yang tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, lokasi pekerjaan juga menjadi alasan pengunduran diri lainnya, bersama dengan munculnya kesempatan di tempat lain, kehilangan motivasi dan lain sebagainya.
Melihat pada rentang usia para CPNS tersebut, diperkirakan mereka berada pada rentang usia 20-27 tahun, yang berarti termasuk bagian akhir generasi milenial, dan bagian awal generasi Z. sesuai karakteristiknya, generasi ini umumnya memang memiliki pengharapan terhadap dunia kerja yang relatif sama, yaitu gaji yang tinggi, kerja yang fleksibel, fasilitas yang memadai dan promosi karir yang cepat. Selain itu, karena mereka mendambakan kenyamanan dalam bekerja, banyak diantara mereka yang kemudian memilih untuk mengundurkan diri, keluar atau mencari pekerjaan lainnya, apabila tidak merasakan kenyamanan dalam pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Pakar parenting Ustaz Bendri Jaisyurahman dalam salah satu sesi seminar parentingnya, mengungkapkan banyaknya pemuda kalangan generasi milenial dan Z yang mudah mengundurkan diri dari pekerjaannya hanya karena rasa ketidaknyamanan, konflik kecil dengan pimpinan atau koleganya, ataupun pekerjaan yang dirasa tidak sesuai dengan kontrak kerjanya. Hal ini menjadi fenomena banyaknya pencari kerja yang memiliki resume pengalaman kerja yang sangat banyak, dibandingkan usianya yang relatif masih muda. Padahal di kenyataannya, para head hunters, personalia perusahaan, justru menjauhi pencari kerja berusia muda yang memiliki pengalaman kerja sangat banyak, namun dengan jangka waktu kerja yang sangat singkat di masing-masing tempat.
Idealisme dan Realitas
Dunia memang merupakan tempat dimana idealisme dan realitas seringkali berselisih, terlebih dunia kerja. Keinginan untuk mendapatkan kondisi yang ideal seringkali bertabrakan dengan kenyataan yang tidak sesuai, bahkan kadang jauh dari yang dibayangkan. Diperlukan penguatan mental agar dalam terbentuk ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang seringkali bertolak belakang.
ADVERTISEMENT
Penghasilan yang tidak sesuai dengan harapan, jam kerja yang tidak menentu, lokasi kerja yang sulit dijangkau, atasan yang menuntut lebih, dan banyak lagi, merupakan bagian realitas yang banyak dihadapi dalam dunia kerja, terutama bagi para PNS atau ASN (Aparatur Sipil Negara). Sebagai abdi negara, para PNS dituntut untuk bersedia ditempatkan dimanapun negara menugaskan, dengan penghasilan yang sudah ditentukan sebelumnya, baik besarannya, caranya, maupun kemungkinan penghasilan tambahan lainnya yang bisa didapat, sesuai dengan ketentuan yang ada.
Selain itu, sebagai karyawan, kita seringkali tidak dapat memilih pimpinan maupun rekan kita dalam bekerja. Hal ini berlaku baik bagi PNS maupun karyawan swasta, dengan penambahan karakteristik bagi PNS yaitu fakta bahwa pimpinan atau atasannya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penilaian kerjanya, dan juga terhadap perkembangan karirnya.
ADVERTISEMENT
Fakta-fakta inilah yang seharusnya sudah menjadi pertimbangan bagi para pencari kerja dalam melamar pekerjaan. Sebelum melamar suatu pekerjaan, perlu diketahui terlebih dahulu seluk-beluk pekerjaan dan tempat kerja yang akan dilamar tersebut, agar tidak kecewa di kemudian hari. Sesungguhnya melamar pekerjaan adalah sebuah pilihan yang dilakukan secara sadar, sehingga selaiknya tidak ada pengunduran diri yang dilakukan sesaat setelah diterima bekerja di tempat yang dituju. Alasan 105 orang CPNS yang mengundurkan diri karena penghasilan yang tidak sesuai dengan harapan, ataupun lokasi bekerja yang dianggap sulit dijangkau, seyogianya sudah diketahui dan menjadi bagian dari pertimbangan ketika akan melamar pekerjaan tersebut.
Apabila ditelusuri besar kemungkinan akan kita dapati bahwa jumlah karyawan, terutama yang termasuk generasi milenial dan Z, yang mengundurkan diri karena pekerjaannya tidak sesuai dengan harapan ternyata cukup besar. Hal ini mungkin memiliki kaitan dengan ketahanan atau ketangguhan mental yang dimiliki. Seseorang dengan ketahanan mental, akan memiliki kemampuan atau kondisi kejiwaan untuk bertahan dan menghadapi segala hambatan, kesulitan, ataaupun gangguan, baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dengan mengembangkan keterampilan dan kapasitas dirinya.
ADVERTISEMENT
Mereka yang mengundurkan diri dari pekerjaannya dalam waktu yang singkat, hanya karena tidak merasakan adanya kenyamanan, penghasilan yang tidak sesuai, lokasi kerja yang sulit dijangkau, ataupun alasan lainnya, mungkin saja karena tidak memiliki ketahanan mental yang baik. Sungguh sangat disayangkan terjadinya hal ini, karena dalam jangka panjang, diperlukan kesehatan mental yang memadai untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik. Ketahanan mental sendiri merupakan salah satu indikator kesehatan mental yang baik atau memadai.
Mengasah Ketahanan Mental
Menghadapi kenyataan dunia, termasuk dunia kerja, yang seringkali berbeda atau bahkan bertolak belakang dengan harapan, tentunya dapat menjadikan diri seseorang frustasi, karenanya diperlukan beberapa sikap mental untuk menghadapi realitas kerja tersebut, diantaranya:
1. Selalu bersiap menghadapi kondisi terburuk.
ADVERTISEMENT
2. Memberikan kinerja yang baik, meskipun kondisi tidak ideal.
3. Menyadari bahwa tidak semua atasan atau pimpinan, dapat dijadikan panutan.
4. Persaingan antar rekan kerja adalah yang biasa terjadi.
5. Bekerja melebihi waktu, sangat mungkin terjadi.
6. Konflik dalam dunia kerja adalah keniscayaan.
7. Jangan biarkan rasa takut, ketidakamanan atau ketidaknyamanan, mendominasi perasaan.
8. Selalu tingkatkan kapasitas dan kompetensi diri.
Kita memang tidak dapat mengontrol situasi kerja, cara pikir orang lain, ataupun cara orang lain bersikap dan bertindak pada diri kita, namun kita dapat mengontrol bagaimana kita akan menyikapi hal-hal tersebut. Kita selalu dapat mengontrol cara kita berpikir dan bertindak. Diperlukan kematangan pola pikir, dan pengendalian diri serta emosi untuk menjaga kesehatan mental agar terbentuk ketahanan mental yang baik.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia nyata, kita tidak dapat mengharapkan setiap orang untuk selalu menjadi baik. Begitupun dalam dunia kerja, kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua rekan kerja kita memperlihatkan sikap yang baik atau bersahabat, tidak semua atasan atau pimpinan memberikan contoh yang baik atau dapat menjadi panutan, dan lain sebagainya. Namun demikian, hal-hal tersebut bukanlah alasan bagi kita untuk juga bersikap tidak baik. Kita harus tetap menghormati atasan dan rekan kerja, serta tetap bekerja sebaik mungkin.
Penghasilan yang dirasa tidak mencukupi atau tidak sesuai dengan harapan, lokasi kerja yang sulit dijangkau, bukanlah alasan untuk tidak bekerja sebaik mungkin, mempersembahkan kinerja terbaik, selalu bersikap profesional. Karena bagaimanapun hasil kerja dan kinerja kita akan selalu memiliki pengaruh terhadap penilaian orang lain terhadap kita. Bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh juga dapat menjadi jalan bagi kita untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi kita, sehingga kemampuan kita pun selalu meningkat.
ADVERTISEMENT
Kondisi maupun atasan dan rekan kerja bisa jadi tidak selalu dalam kondisi yang ideal, namun demikian kita tetap dapat memberikan kerja dan kinerja sebaik mungkin. Kalaupun kita merasa imbalan (baik penghasilan, fasilitas atau lainnya) dari tempat kerja kita, tidak sesuai dengan hasil kerja kita, maka minimal niatkan kerja kita tersebut bagi diri kita sendiri. Jadikan kerja dan kinerja kita tersebut sebagai sarana pengembangan diri kita. Dengan demikian, kita akan lebih mudah menerima realitas yang kita hadapi, dan menciptakan kenyamanan kerja bagi diri kita.
Referensi:
1. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220529053405-4-342590/ratusan-cpns-mendadak-mundur-profesi-pns-tak-seindah-dulu, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 14.47
2. https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/26/170000565/mengenal-apa-itu-generasi-baby-boomers-x-y-z-millenials-dan-alpha?page=all#:~:text=Gen%20Z%3A%20kelahiran%201997%2D2012,57%2D75%20tahun%20pada%202021, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 14.50
3. https://www.republika.co.id/berita/r9jbqb1816000/7-hal-yang-generasi-milenial-dan-z-dambakan-di-dunia-kerja, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 14.57
ADVERTISEMENT
4. https://ykpbankbjb.or.id/content/post/89/membangun-ketahanan-mental-dalam-menghadapi-krisis, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 15.10
5. https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/2020/09/28/menjaga-kesehatan-mental-di-lingkungan-kerja/, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 15.17
6. https://blog.skillacademy.com/pentingnya-kesehatan-mental, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 15.29
7. https://www.sehatq.com/artikel/cara-melatih-mental-untuk-dapatkan-mental-yang-kuat, diakses pada tanggal 30 Mei 2022, pukul 15.44