Loga mengingat hujan yang turun di hari yang panas saat berumur empat tahun. Seorang tamu datang ke rumahnya. Namun anehnya ayahnya tidak membiarkan dia masuk. Mereka bercakap-cakap di teras. Bahkan mereka tidak duduk. Ayahnya tampak gusar.
Tamu itu seorang lelaki yang sedikit lebih pendek dari ayahnya namun memiliki postur proporsional. Dia memakai kemeja dan celana hitam seolah baru saja menghadiri pemakaman. Meski begitu senyum di bibirnya selalu merekah, namun Loga tidak menyukai senyum itu. Setiap melihatnya Loga jadi teringat rasanya memasang lego pada pasangan yang tidak pas.
Tamu itu membawa satu kotak besar yang berisi donat. Loga hapal merek donat itu karena mama sering membelikannya. Sebenarnya Loga lebih tertarik dengan donat daripada tamu itu. Itulah sebabnya dia berdiri di jendela sambil memainkan truknya. Dari sana dia bisa melihat kotak donat yang masih dibawa oleh tamu itu. Loga tidak bisa mendengar mereka namun memahami apa yang mereka ucapkan hanya dengan melihat bibir yang bergerak. Tadinya Loga mengira semua orang bisa melakukannya sehingga dia merasa biasa saja sebab ayahnya juga begitu. Ayah bilang itu kemampuan yang sudah diturunkan dalam DNA mereka. Kakek buyutnya juga memiliki bakat yang sama.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814