Kanya belum ingin melepaskan bibirnya dari bibir Reyfan. Dadanya masih bergemuruh. Detak jantungnya menimbulkan getar-getar lembut di sekitar perut. Namun Reyfan undur. Kanya masih berusaha menata napas. Mata Reyfan beralih ke leher Kanya. Jarinya menyentuh tepi leher itu.
“Pembuluh darah arteri karotis,” bisiknya.
“Heh?”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814