Permainan ini terlalu kekanak-kanakan pikir Dena. Namun tak ada yang bisa dilakukannya. Dia mencium banyak keanehan semenjak Reyfan sadar dari koma. Suara dan pendapat Dena sering terpinggirkan. Entah untuk pencitraan atau tidak, Reyfan mulai mendengar suara anak-anak lain. Misalnya Kanya. Dulu Reyfan bahkan tidak pernah memberi kesempatan pada Kanya untuk berbicara atau mengutarakan usulan. Dia hanya pengikut yang bisa disuruh-suruh.
Sementara itu Reyfan mulai bersikap terang-terangan padanya dalam hubungan antara cowok dan cewek. Dulu dia masih menjaga jarak meski Dena terus mendekatinya, dengan alasan tidak enak dengan anak NT lain. Seharusnya ini menggembirakan hati Dena, tetapi Dena juga mencium ketidakberesan antara Kanya dan Reyfan. Salah satu yang paling Dena banggakan dari dirinya adalah penciumannya yang sensitif. Aroma parfum Reyfan sering tertinggal di badan Kanya. Kanya sering berusaha menutupinya dengan parfumnya sendiri. Justru itulah yang membuat Dena curiga.
Dia berjalan santai dari pohon ke pohon pinus lain. Dia sengaja berjalan di dekat perbatasan bendera merah agar tidak mudah ditemukan. Prediksinya sesuai dengan yang diharapkannya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814