Konten dari Pengguna

Bodo Amat Sebuah Seni atau Sikap ?

Ryzky Aulia
Mahasiswa prodi farmasi di salah satu universitas swasta di malang
22 Januari 2021 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ryzky Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bodo Amat Sebuah Seni atau Sikap ?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Judul Buku : Sebuah Seni Untuk Bersikap Masa Bodo Amat
ADVERTISEMENT
Penulis : Mark Manson
Judul Asli : The Subtle Art Of Not Giving A F*uck
Penerjemah : F. Wicakso
Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun Terbit : 2018
Tebal : 246 Halaman
ADVERTISEMENT
Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat merupakan buku pertama dari Mark Manson. Buku berwarna oranye ini adalah buku pengembangan diri dan juga dinobatkan sebagai buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail. Buku ini bukan berbicara bagaimana seseorang meringankan masalah atau rasa sakit. Salah satu daya tarik yang membuat orang-orang termasuk saya berminat membacanya. Tentunya amat jarang bukan, terdapat buku yang membahas tentang sikap bodo amat. Kebanyakan beberapa buku self improvement justru menyarankan kita untuk selalu peduli. Peduli terhadap manusia, peduli terhadap lingkungan, peduli dengan berita yang sedang viral atau hangat dibicarakan agar tidak tertinggal, dan sebagainya. Berkebalikan dengan buku lainnya, malah buku ini justru mengajak kita untuk bersikap bodo amat. Bukan juga panduan untuk mencapai sesuatu. Sebaliknya buku ini akan mengubah rasa sakit menjadi sebuah kekuatan dan mengubah masalah menjadi sesuatu yang lebih baik. Khususnya, buku ini akan mengajari untuk peduli lebih sedikit. Judul buku ini menarik dan anti mainstream.
ADVERTISEMENT
Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat merupakan buku tentang menemukan apa yang sangat penting bagi kita dan melepaskan segala hal lainnya. Saat ini masyarakat menjadikan media sosial sebagai ajang pamer. Kemudian dari hal tersebut terlahirlah generasi manusia yang percaya bahwa memiliki pengalaman negatif seperti rasa cemas, takut dan bersalah adalah sesuatu yang sangat buruk. Ketika melihat feed sosial media, kita akan menemukan bahwa setiap orang menjalani saat yang menyenangkan sehingga kita akan merasa dibombardir dengan gambar orang-orang yang benar-benar gembira, seperti menikah, berlibur, dan sebagainya. Sementara itu, kita terjebak di rumah. Kita selalu berpikir bahwa hidup kita sepuluh kali lebih menyebalkan dari yang semua orang yang kita kira. Kemudian kita merasa bersalah atas rasa salah itu sendiri. Kita jadi marah gara-gara amarah yang menyulut. Lalu apa sih yang salah dengan diri kita ? Manson mencontohkan salah satu rasa sakit atau penderitaan yang dimaksud tadi, seperti adanya kenyataan bahwa sebagian besar seseorang orang ingin mendapatkan posisi puncak di suatu perusahaan dan mendapatkan banyak uang tetapi tidak banyak orang bersedia menderita selama 60 jam per minggu untuk bekerja, perjalanan pergi pulang kantor yang jauh, dan berkas kerja yang sangat memuakkan. Pada kenyataannya jalan setapak menuju suatu kebahagiaan adalah jalan yang penuh dengan tangisan dan rasa malu.
ADVERTISEMENT
Manson menyikapi sebuah kisah ini dengan suatu pernyataan bahwa kunci dalam kehidupan yang baik memang bukan tentang memedulikan lebih banyak hal tetapi tentang memedulikan suatu hal sederhana, hanya peduli tentang apa yang benar, mendesak dan penting saja. Karena ketika kita kurang memedulikan sesuatu kita justru mengerjakan hal itu dengan sangat baik. Dengan kata lain bersikap bodo amat sesungguhnya adalah akan menghasilkan hal yang besar yang dapat membuat kita memandang tanpa gentar dan tantangan yang paling menakutkan, sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan.
Kemudian, bodo amat ini menurut Manson dijabarkan dalam 3 buah seni yaitu :
1. Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda dan menikmatinya hingga sampai ke tujuan kita.
ADVERTISEMENT
2. Untuk bisa mengatakan bodo amat pada kesulitan, pertama kita harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan itu. Jadi pada hal sepele katakan bye-bye!
3. Entah kita sadari atau tidak, kita biasanya memilih suatu hal untuk diperhatikan dan ini akan terus membaik mengikuti tingkat kedewasaan.
Manson mengatakan “kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah yang mana kadangkala masalah ini sederhana saja dan konsepnya sama, selesaikan masalah lalu berbahagialah !” Tetapi, beberapa dari kita menyikapinya tak sesederhana ini. Karena kita biasanya menyangkalnya, Pertama, seperti mengingkari kenyataan sehingga menuntun ke kerepihan dan pengekangan penuh emosi. Kedua, mengedepankan suatu mentalitas sebagai korban seperti memilih percaya bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini padahal bisa saja kita mampu menghadapi, sehingga menyeret kita pada ketidamampuan dan kepedihan. Kebahagiaan yang diucapkan Manson yang tumbuh dari masalah inilah yang membutuhkan suatu perjuangan yang akan menentukan suatu kesuksesan di masa yang akan datang. Manson kemudian membangunkan pembacanya, “sejatinya tidak ada dari diri kita yang istimewa. Karena pada kenyataannya menanam keyakinan pada orang bahwa mereka istimewa tidak lantas menjadikan satu populasi penuh dengan orang macam Bill Gates atau Martin Luther King, misalnya”. Tetapi justru dapat menciptakan suatu tampilan kepercayaan diri di level delusional dan meyakinkan diri sebagai makhluk istimewa adalah strategi yang gagal. Lantaran hanya akan membuat kita tinggi hati dan bukan merasa senang. Pasalnya, pengukuran yang benar tentang penghargaan diri itu bukanlah jika seseorang merasakan suatu pengalaman positifnya tetapi justru pengalaman negatifnya. Asal kalian tau kemalangan serta kegagalan sungguh sangat berguna dan bahkan diperlukan untuk membangun seseorang menjadi orang dewasa yang tangguh dan sukses nantinya.
ADVERTISEMENT
Buku ini menarik pandangan banyak orang. Apalagi lewat tulisan di balik sampul belakang. “Tidak semua orang bisa menjadi luar biasa ada para pemenang dan ada para pecundang dimasyarakat dan beberapa tidak adil dan bukan akibat kesalahan anda”. Melalui buku ini, kita mendapatkan refleksi bahwa kehidupan manusia itu semakin harinya semakin terkikis akan suatu kebenaran. Sulit bagi kita membedakan mana pemenang dan mana pecundang. Kerasnya fase kehidupan memang tak dapat dipungkiri. Terkadang seorang pemenang yang disanjungkan sebenarnya adalah pecundang yang telah ditolong orang dengan ketulusan. Kita bisa becermin dari sebuah kompetisi di kelas, terdapat banyak siswa yang rajin terkadang dia harus mengalami kekalahan dalam nilai dengan siswa yang malas. Tentu miris ketika melihatnya, dan jika kita mengalaminya pasti akan merasakan sakit.
ADVERTISEMENT
Kelemahan dari buku ini adalah ada beberapa subbab bahasan tidak ada klimaks alias kurang mendetail. Terdapat struktur bahasa yang kurang bagus dan kesalahan penulisan (typo) mengingat buku yang saya baca sudah cetakan ke-3 sehingga mengganggu kenyamanan pembaca. Selain itu, jika sebelumnya anda membaca buku lain mengenai pengembangan diri, anda akan menjumpai kertas atau sesuatu yang berwarna-warni, gambar, atau ilustrasi yang berkaitan dengan materi. Akan tetapi, di dalam buku ini tidak ada, penuh dengan tulisan sehingga hal itu dapat membuat pembaca jenuh saat membacanya.