Meningkatkah Minat Literasi di Tengah Bencana dan Pandemi Corona?

Sabtia Ningsih
Saya adalah mahasiswi Vokasi Universitas Brawijaya dan hobi Saya membaca buku fiksi.
Konten dari Pengguna
24 Mei 2021 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sabtia Ningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ibu, aku rindu bersekolah.
Ayah, semoga dirimu selalu sehat.
Kakak, aku lelah dengan masa seperti seperti ini.
ADVERTISEMENT
Adik, jaga dirimu baik-baik.
Akankah kita mendengar keluh kesah seperti itu? Penderitaan yang akan dirasakan dan diutarakan oleh generasi penerus bangsa? Tentu tidak, bukan?
Foto: Dokumentasi Pribadi
“Rest in Peace”
Kata di atas bukan lagi menjadi kata yang asing di telinga kita. Hampir setiap bulan kita mendengar kabar duka, mulai dari pandemi COVID-19 di tahun 2020, jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di awal tahun 2021 hingga tenggelamnya KRI Nanggala-402 dan gempa bumi yang baru saja terjadi di Blitar. Mahasiswa maupun pelajar yang juga melakukan pembelajaran jarak jauh dari rumah, akankah minat untuk literasi bertambah?
Banyak media yang telah memuat berbagai informasi mengenai segala macam peristiwa yang telah terjadi. Namun, meningkatkan minat literasi? Kebanyakan dari kita hanya mendengar informasi melalui kabar yang dibawa oleh orang lain. Tidak banyak orang yang akan memastikan kebenaran dari informasi yang dibawa oleh kabar yang berlalu lalang. Apalagi di zaman yang serba canggih, segala hal dapat diakses dengan mudah melalui sosial media, entah itu berita yang valid maupun bukan.
ADVERTISEMENT
Minat literasi Indonesia di tengah banyaknya peristiwa yang memilukan masih cenderung rendah, bahkan tingkat literasi Indonesia ranking 62 dari 70 negara. Hal ini menandakan, meskipun banyak kejadian kejadian yang telah terjadi minat literasi Indonesia masih rendah, masih banyak orang yang lebih suka melihat informasi yang disajikan dari sosial media tanpa mencari tahu kebenaran informasi yang telah beredar.
“Buku perlu mempunyai salah satu daripada empat tujuan, yaitu kebijaksanaan, kesalehan, kesenangan, dan kegunaan hidup.”
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Hingga detik ini pandemi COVID-19 masih menyelimuti kehidupan umat manusia, tidak terkecuali masyarakat yang berada di Indonesia maupun pelosok negeri. Pemerintah dan masyarakat harus terus berbenah dan selalu mengikuti protokol kesehatan yang sudah diatur oleh Pemerintah agar segera bisa bebas dari pandemi virus tersebut. Hingga saat ini virus COVID-19 dikabarkan terus mengalami berbagai macam mutasi.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, salah satu penyebab virus akan terus bermutasi karena semakin lama durasi wabah dan penyebaran virus yang tidak bisa dikendalikan yang menjadikannya sebagai penyebab virus Corona COVID-19 bermutasi. Hal ini membuat potensi mutasinya menjadi semakin tinggi. Belum lama ini masyarakat memanfaatkan hari libur untuk berlebaran, pulang kampung, silaturahmi dan pergi berlibur ke tempat pariwisata. Kita tidak tahu virus COVID-19 akan meningkat berapa persen, peningkatan cluster pasca hari libur yang panjang pasti terjadi. Kita sebagai masyarakat biasa tidak bisa berbuat apa apa selain mengikuti peraturan pemerintah dan selalu menjaga protokol kesehatan. Kita juga harus meningkatkan literasi kita terhadap berita yang ada di media sosial, jangan sampai kita ikut menyebar berita tetapi tidak tahu sumbernya dari mana, jangan sampai kita percaya sama berita yang belum jelas sumbernya, bisa jadi berita hoaks, maka dari itu kita sebagai orang yang berpendidikan harus bisa menyaring berita, meningkatkan literasi kita supaya tidak terjerumus ke dalam berita hoaks.
ADVERTISEMENT
Di zaman yang serba digital ini pun, berita dengan mudah menyebar luas. Entah itu berita yang memuat fakta atau hanya berita hoaks. Semakin mudah berita didapatkan, maka semakin banyak pula informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya. Literasi sangat penting bagi semua kalangan. Banyak organisasi dan juga pemerintah yang berupaya untuk meningkatkan literasi. Namun upaya tersebut akan sia-sia bila masyarakat sendiri pun tidak memiliki kemauan untuk meningkatkan literasi.
“Kita tidak bisa menghentikan bencana, akan tetapi kita dapat mempersenjatai diri dengan ilmu pengetahuan”.
Sudah lebih dari satu tahun masyarakat tidak bisa bergerak bebas dan terus berdampingan dengan virus COVID-19 yang setiap saat menghantui masyarakat Indonesia, karna kita tidak akan pernah tau kapan dan di mana kita akan terkena virus COVID-19. Oleh karena itu protokol yang sudah ditetapkan oleh pemerintah harus terus diikuti dengan tertib, baik itu oleh mahasiswa, guru, pedagang, karyawan dan lain-lain meliputi masyarakat dan pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Anak-anak, remaja dan mahasiswa sangat membutuhkan pendidikan yang layak. Tetapi untuk saat ini pendidikan yang dilakukan dengan cara online menurunkan minat belajar, waktu yang dihabiskan oleh pelajar lebih banyak untuk bermain, para guru tidak bisa mendampingi para murid secara langsung ketika jam pelajaran berlangsung dan banyak anak-anak yang sudah kecanduan dengan gadget. Harus ada kolaborasi antara pemerintah, lintas kementerian, pegiat literasi, akademisi, komunitas, aktivis, dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan minat literasi yang sudah turun. Salah satu meningkatkan budaya literasi dengan mengajarkan anak-anak belajar dan menulis dengan baik dan benar. Untuk saat ini, ada beberapa variasi literasi yang terus berkembang seperti literasi digital, literasi sains, literasi keuangan dan lain sebagainya. Literasi berhubungan dengan proses menambahkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, berpikir kritis untuk mencari solusi, komunikasi yang efektif, menghitung, dan mengembangkan potensi untuk bisa berpartisipasi serta dapat mengabdi dalam kehidupan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit berita hoaks menjamur di sekitar masyarakat, penyebarannya dengan menggunakan sosial media yang bisa dipakai oleh semua kalangan. Penyebab berita hoaks yang dapat tersebar secara luas salah satunya adalah menurunnya minat literasi yang terjadi di Indonesia. Di era 4.0 memudahkan masyarakat dalam mencari dan menerima informasi, salah satunya informasi tentang bencana yang sudah dan akan datang. Masyarakat dapat memperoleh informasi melalui video yang tersebar di sosial media, podcast, dan media massa lain yang bisa didapatkan kapan dan di mana saja melalui digital.
Sudah banyak bencana yang terjadi belakangan ini, seperti bencana gempa bumi yang baru saja terjadi di Blitar. Bencana yang sudah terjadi harus menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk menghindari jatuhnya korban dan kerusakan yang banyak dari bencana sebelumnya. Ketidaksiapan masyarakat menyebabkan besarnya dampak akibat bencana dan mengindikasikan literasi bencana masyarakat masih belum menggembirakan. Pemahaman dan pengetahuan tentang bencana sangat ditentukan oleh kebiasaan literasi masyarakat di Indonesia, terlebih literasi bencana. Oleh karena itu meningkatkan minat literasi bencana sangat penting dan harus diterapkan serta dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Literasi bencana adalah kemampuan masyarakat membaca dan mengerti tanda-tanda alam yang sedang terjadi, untuk meminimalisir perubahan dan kerusakan alam yang akan terjadi untuk dapat waspada dan terus siaga. Literasi bencana sangat penting untuk proses mitigasi bencana agar masyarakat menjadi tangguh dalam menghadapi bencana dan lebih berhati-hati terhadap bencana yang akan datang. Bila literasi bencana yang baik terus meningkat, maka masyarakat akan siap siaga dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana bisa dilakukan dengan teratur dan terarah. Hasil yang didapat, masyarakat bisa mengantisipasi lebih awal, siap siaga dan beradaptasi ketika menghadapi kejadian bencana yang sedang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Oleh:
Sabtia Ningsih, Mayoma Cahya Ulinnuha, Husna Alamin, Tika Cahya Ningrum
Mahasiswa Perpustakaan dan Arsip Universitas Brawijaya