Perjuangan Tanpa Batas dengan Menulis

Salika Najiyya
Buruh migran Hong Kong, yang ingin selalu mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Berkarya dan terus berkarya dalam bidang apapun. Facebook Salika Najiyya
Konten dari Pengguna
11 Mei 2018 3:09 WIB
Tulisan dari Salika Najiyya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menulis (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Menulis (Foto: Pexels)
ADVERTISEMENT
Belajar dari pengalaman, bahwa menulis itu ternyata sangat menyenangkan, apalagi jika kita sudah menerbitkan sebuah karya tulis berupa cetakan dalam bentuk buku.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang punya prinsip sendiri-sendiri dalam mengabadikan tulisannya. Entah itu melalui blog, e-book, maupun melalui status di media sosial.
Siapapun berhak mengabadikan tulisannya dalam bentuk apapun. Namun, bagi saya yang seorang buruh di luar negeri, menerbitkan buku karya sendiri merupakan suatu keharusan. Alasannya adalah karena banyak jejak kisah, pahit dan manis, selama menjadi seorang buruh.
Hidup di perantauan dengan keterbatasan waktu untuk berkarya tidaklah menyurutkan niat hati untuk tetap menulis, walau hanya sepenggal kata. Bagi saya, menulis itu adalah perjuangan tanpa batas. Di manapun, kapanpun, kita bisa menulis.
Dengan banyaknya peristiwa yang sudah saya alami, melihat dan mendengar curhatan sesama buruh, rasanya tangan ini ingin segera menuliskan semua kisah. Namun, sering kali waktu saya terbatas untuk menuntaskannya segera.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, masih banyak cara dapat saya lakukan untuk dapat menuliskannya sesuai waktu yang tersedia. Bisa melalui buku pribadi, grup privat yang dibuat sendiri maupun melalui laptop.
Jika ada waktu senggang kita bisa melanjutkannya. Saya pribadi terkadang juga terkendala oleh waktu. Sebab majikan selalu pulang larut malam dan dinner time pun selesai sampai malam hari. Sehingga usai membersihkan dapur sudah sangat mengantuk.
Saya bisa menulis kembali keesokan harinya usai sholat subuh ataupun setelah majikan berangkat kerja. Tentu saja saya harus menyelesaikan semua pekerjaan terlebih dahulu supaya tidak ada komplain dari majikan.
Adapun karya pertama berjudul Potret Sejuta Mimpi (PSM) yang saya tulis ini bisa lahir membutuhkan waktu 9 bulan. Seperti seorang ibu yang mengandung anaknya.
Perjuangan Tanpa Batas dengan Menulis (1)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Sejuta Mimpi (PSM), Cetakan pertama Juli 2015. Hard Cover, isi menggunakan art paper berwarna.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa kendala, perjuangan menulis buku ini menyita waktu istirahat dan hari libur saya. Di mana saya lebih memilih liburan di depan laptop daripada piknik bersama teman-teman lainnya. Demi sebuah mimpi menerbitkan sebuah buku, saya abaikan ajakan teman-teman untuk hiking maupun shopping. Pun hingga saat ini.
Namun sekali-kali bolehlah saya memanjakan diri dengan hiking maupun shopping. Dengan melihat situasi dan kondisi. Jika memang benar-benar ingin jalan-jalan, maka saya mengatur jadwal satu bulan sebelumnya.
Menjalani hidup di perantauan bagi saya adalah bekerja demi sebuah perubahan perekonomian. Saya menjadi perhitungan soal biaya berlibur. Transportasi sekali libur dari tempat saya sangatlah mahal. Sehingga saya berpikir, sekali-kali saja pergi refreshing.
Bukannya pelit, namun saya ngirit agar bisa menggunakan uang dengan sebaiknya. Terlebih banyak tanggungan yang harus saya selesaikan.
ADVERTISEMENT
Pokoknya jangan sampai saya menyesal, bekerja ke luar negeri pulang kampung hanya ganti gaya saja, sedang investasi tak punya.
Untuk itulah pengalaman saya selama bekerja di luar negeri saya bukukan. Meskipun lahir prematur, ini sebuah perjuangan. Jika dibandingkan dengan penulis terkenal, memang tulisan saya tidak ada apa-apanya. Namun di kalangan para buruh, mungkin saya salah satunya yang menggebu untuk membuat tulisan dalam bentuk buku.
Harapan saya kelak buku tersebut menjadi sejarah ketika sudah berada di tanah air. Di mana saya punya perpustakaan mini di rumah yang berisi buku-buku karya saya sendiri dan sahabat literasi di tanah air.
Setiap orang bebas bermimpi dan mewujudkannya. Saya tidak punya alasan untuk bermalas-malasan. Selagi kita mampu berjuang, marilah berjuang dan keluar dari zona nyaman. Menjalani prosesnya, dan menyerahkan semua pada rencana Allah. Saya yakin dan percaya semua akan indah pada waktunya.
ADVERTISEMENT
Tak ada hal yang sia-sia dari sebuah perjuangan. Mari menulis dari hati, pikiran dan perasaan. Menulis hal yang bermanfaat dan dalam hal kebaikan. InsyaAllah.
Perjuangan Tanpa Batas dengan Menulis (2)
zoom-in-whitePerbesar
Mahliga Cerita Hidup di Seberang (MCHS) Sebuah karya tulis tentang beberapa kisah selama menjadi buruh. Desain Cover dari hasil foto saya, editing, layout juga saya kerjakan sendiri. Penerbit Lovrinz.
Ayo Menulis, Menulis dan Menulis ...!