Konten dari Pengguna

Potret Dekade Roaring Twenties Dalam Karya-Karya F. Scott Fitzgerald

Salima Ananda
Mahasiswa Universitas Andalas
27 Oktober 2021 14:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salima Ananda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
F. Scott Fitzgerald (Source Photo: Bettmann/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
F. Scott Fitzgerald (Source Photo: Bettmann/Getty Images)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1920-an memulai memasuki babak baru setelah Perang Dunia I berlalu. Banyak dinamika yang berganti seiring timbulnya banyak perkembangan di negara adidaya tersebut, terlebih dalam segi ekonomi serta budaya yang dahulu diatur oleh berbagai norma. Hal tersebut tidak luput diabadikan dalam karya literasi oleh penulis-penulis ternama, dengan F. Scott Fitzgerald yang menjadi salah satu dari penulis terkenal di masa itu. F. Scott Fitzgerald adalah seorang penulis novel dan cerita pendek asal Amerika Serikat. Ia lahir pada tanggal 24 September 1896, bertepatan dengan hadirnya era baru di negara-negara barat saat Perang Dunia I berakhir, yaitu Roaring Twenties atau periode kemakmuran besar. Roaring Twenties ialah dekade di masa 1920-an dalam masyarakat Barat dan budaya Barat.
ADVERTISEMENT
Peleburan dramatis antara modernitas dan tradisi, gemerlap sosialita, serta riuh mimpi-mimpi di kota besar kerap kali diasosiasikan dengan periode liberal tersebut di kebudayaan Barat. Tema-tema tersebut dapat ditemukan dalam karya-karya Fitzgerald yang terkenal—This Side of Paradise, The Beautiful and Damned, The Great Gatsby, dan Tender Is the Night.
Mengutip perkataan F. Scott Fitzgerald dalam Gaung-Gaung Era Jazz, “Ini adalah zaman keajaiban, zaman seni, zaman dari hal yang eksesif, dan zaman satir,” hal-hal tersebut dapat dengan mudah dijumpai dalam periode tersebut yang kemudian dituangkan dalam bentuk literatur.
Terdapat beberapa elemen serta tema-tema yang didasari dan menjadi refleksi dari periode Roaring Twenties dalam beberapa karya Fitzgerald, seperti kelas sosial, pergantian peran wanita yang sebelumnya dibatasi, etos nasional Impian Amerika Serikat, dan hedonisme di Era Jazz. Kesenjangan-kesenjangan tersebut berimbas kepada masyarakat. Dalam novelnya The Beautiful and Damned yang mengilustrasikan gaya hidup hedonistik dan materialistik melalui tiga tokoh utamanya; Anthony Patch yang kerap kali menghamburkan uangnya, Gloria Gilbert yang tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki, serta Maury Noble yang menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan Anthony.
ADVERTISEMENT
“Salah satu dari banyaknya konsekuensi Larangan yang tidak diinginkan adalah bahwasanya hal tersebut menciptakan mobilitas sosial ke atas dipercepat,” jelas Sarah Churchwell, profesor humaniora di University of London's School of Advanced Study dan penulis Careless People: Murder, Mayhem and the Invention of The Great Gatsby. “Fitzgerald mencerminkan fiksasi yang pada saat itu timbul bersamaan dengan adanya orang kaya baru—seperti yang akan mereka katakan—orang-orang kaya baru yang memiliki latar belakang yang meragukan dan kemudian tiba-tiba memiliki semua uang yang mereka hamburkan.”
Fitzgerald kerap kali menggunakan inspirasi-inspirasi untuk novelnya berdasarkan kisahnya sendiri, seperti The Great Gatsby yang terinspirasi dari kisah cinta ketika ia masih muda dengan sosialita Ginevra King, dan pesta-pesta meriah yang dia hadiri di Long Island's North Shore pada tahun 1922. Tidak hanya itu, Fitzgerald yang kemudian merintis karirnya di New York dan telah melewati perjalanan yang panjang, berhasil menjadikan satu novel debutnya This Side of Paradise menjadi sensasi di Amerika Serikat. Diikuti dengan kesuksesannya yang melejit, gaya hidup Fitzgerald beserta istrinya Zelda mencerminkan huru hara Era Jazz. Pun karya-karya Fitzgerald tidak jarang pula mengangkat tema kesenjangan kelas dalam masyarakat Amerika.
ADVERTISEMENT
Sehingga, tidak hanya menampilkan gemerlap Era Jazz, terdapat pula penggambaran sisi gelap zaman itu, kritik tajam terhadap korupsi dan amoralitas yang berada di balik kemewahan Roaring Twenties. Digambarkan dengan gagalnya mimpi Gatsby untuk mendapatkan Daisy, The Great Gatsby menjadi suatu prognosis dari akhir dekade Roaring Twenties di Amerika Serikat, di mana konsekuensi atas kapitalisme serta materialisme membawa akhir dari kejayaan masa tersebut.
Perilaku komsumerisme yang dipengaruhi materialisme dan hedonisme yang begitu menonjol di era Roaring Twenties dalam karya-karya milik Fitzgerald nyatanya berkembang pula di Indonesia. Konsumerisme muncul di Indonesia seiring adanya globalisasi. Didukung oleh perkembangan kecanggihan teknologi dan industri di Indonesia, masyarakat kini dimudahkan untuk mengakses informasi dan mengikuti tren-tren yang ada dari seluruh dunia. Hal ini kemudian menimbulkan sifat konsumtif yang di mana pola konsumsi tidak diberi batasan dan menjadikan akumulasi materi sebagai tolak ukur hanya karena ingin memenuhi tuntutan dari gaya hidup yang glamor dan mewah.
ADVERTISEMENT