Modus Kecurangan Mahasiswa UI yang Di-DO Juga Tercium di Malaysia

23 November 2017 20:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berbohong (Foto: Dok. Shuterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbohong (Foto: Dok. Shuterstock)
ADVERTISEMENT
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Fauziah Zen melalui Twitternya mengungkapkan kecurangan yang dilakukan mahasiswa FEB UI yang drop out (DO) dari kampus. Fauziah memberikan inisial "Krimi" untuk pemuda tersebut.
ADVERTISEMENT
Krimi diduga melakukan kecurangan akademik selama menempuh pendidikan di Universitas Indonesia sehingga membuatnya di-DO pada semester 2 tahun 2013 silam. Hingga di semester 3 kemudian tercium kabar Krimi sedang mengikuti pertukaran mahasiswa ke salah satu universitas top di Malaysia.
Krimi disebut mengikuti program student exchange selama satu semester di Malaysia. Dia kemudian diduga melamar sebagai mahasiswa di universitas tersebut dan diterima. Padahal jelas-jelas dia sudah di-DO dari kampus pertama. Fauziah menyebut Krimi ternyata memalsukan dokumen. Salah satunya transkrip nilai.
kumparan (kumparan.com) menelusuri kampus FEB UI untuk mencari tahu lebih lanjut soal Krimi, Kamis (23/11). Dari penelusuran ini terungkap Krimi diduga melakukan sejumlah modus kecurangan akademik, bukan hanya di FEB UI, tetapi juga ketika di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Informasi ini didapat dari seseorang yang pernah menjadi pengawas saat Krimi kuliah di UI. Pengawas itu merupakan satu tingkt di atas Krimi. Dia pernah melihat kecurangan yang dilakukan Krimi, salah satunya saat pelaksanaan ujian semester.
Menurut dia, Krimi pernah terlihat membawa pulang lembar jawabannya saat ujian semester 1. Dia kemudian memperbaiki jawaban ujian tersebut dan mengumpulkan lembar jawabannya dengan alasan lembar jawaban terjatuh dan ditemukan office boy (OB). Krimi meminta tolong pengawas itu untuk mengumpulkan lembar jawaban tersebut..
"Eh, sori. Mau minta tolong. Tadi gue dikasih kertas ini sama OB, katanya jatuh, ternyata lembar (jawaban) gue. Tolong lu kasih ke sekre (sekretariat) dong. Kalau gue yang ngasih nanti mereka nggak percaya," ungkap pengawas itu menirukan ucapan Krimi saat melakukan kecurangan ujian semester. Kisah pengawas itu diceritakan juga ke temannya yang lain yang kemudian mengunggahnya ke Twitter.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelusuran kumparan, pada semester dua, Krimi diduga kembali melakukan kecurangan akademik saat ujian. Krimi menyontek dan menipu dengan trik serupa.
Kecurangan Krimi inilah yang membuatnya di-DO dari Universitas Indonesia. Status DO dari UI kemudian membuat nama Krimi di dalam situs Dikti tertulis 'Drop Out/Putus Studi' pada semester ganjil tahun 2013.
Berlanjut di Universiti of Malaya
Kisah Krimi belumlah usai setelah di-DO. Kecurangan Krimi diduga berlanjut saat dia menempuh pendidikan di Malaysia. Di Universiti of Malaya, Krimi tercatat sebagai mahasiswa International Relations and Strategic Studies tahun 2014.
Saat di Malaysia, seorang rekan Krimi yang tidak ingin disebut identitasnya, menyebut bahwa Krimi sedang menyelesaikan double degree di UI. Krimi mengaku sudah mengambil gap year di UI untuk kemudian mendaftar gelar baru di Universiti of Malaya.
ADVERTISEMENT
Namun faktanya, Krimi sudah tak lagi berstatus mahasiswa UI sejak tahun 2013.
Saat ini Krimi dikabarkan tengah menjalani sidang tugas akhir atau skripsi. Tapi, rekan-rekan Krimi meragukan skripsi yang telah dibuatnya. Terungkap bahwa dalam skripsi yang dibuat Krimi ada cara tidak benar yang ia lakukan.
"Dia menggunakan nama dosen (Universiti of Malaya) untuk bertemu narasumbernya," ungkap rekan Krimi di Universiti of Malaya itu dalam bahasa Melayu saat berbincang dengan kumparan. Menurutnya, hal itu dilakukan Krimi untuk mempermudah jalan bertemu dengan narasumber risetnya.
Pada Selasa (21/11) pencatutan nama dosen itu terungkap. Para dosen mengetahui bahwa nama mereka digunakan oleh Krimi untuk menggaet narasumber.
Kecurangan Krimi saat ini tengah menjadi pembahasan di senat Universiti of Malaya. Senat yang dimaksud adalah dekan, para dosen, dan para jajarannya. Nasib Krimi akan ditentukan setelah investigasi dari pihak senat selesai dilakukan.
ADVERTISEMENT