Tak Mampu Bayar Ambulans, Ibu Ini Gendong Jenazah Bayinya Naik Angkot

21 September 2017 14:21 WIB
Delvasari gendong jenazah anaknya. (Foto: Instagram @seputar_lampung)
zoom-in-whitePerbesar
Delvasari gendong jenazah anaknya. (Foto: Instagram @seputar_lampung)
ADVERTISEMENT
Delvasari menatap lirih tubuh anaknya yang sudah tidak bernyawa di dalam angkot jurusan Tanjungkarang-Rajabasa. Perempuan asal Kotabumi, Lampung Utara, itu terpaksa menggendong jasad anaknya hanya dengan ditutupi selimut karena tak mampu membayar biaya ambulans.
ADVERTISEMENT
Anak Delvasari yang berusia 1 bulan lebih itu meninggal usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSUAM) Bandar Lampung. Dia dan suami berniat membawa jenazah anaknya dengan menggunakan ambulans pada Rabu (20/9/2017).
Foto Delvasari menggendong bayinya diunggah oleh Instagram @seputar_lampung dan viral di media sosial.
"Saya terpaksa menggendong sendiri jenazah putri kami dan pulang dengan angkutan umum karena pihak rumah sakit tidak bersedia mengantarkan dengan ambulans," kata Delvasari kala itu.
Dalam sebuah video Delviasari dan suaminya juga sempat menceritakan masalah yang dialaminya. Menurutnya dia dan suami sudah berada di dalam mobil ambulans, namun tiba-tiba sopir ambulans bertanya soal administrasi.
Suaminya lantas turun dan mengurus administrasi yang dimaksud. Namun bukannya diantar oleh ambulans, mereka malah memilih naik angkot untuk membawa jenazah anaknya.
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuan suami Delvasari, kala itu dia dimintai uang sebesar Rp 2 juta oleh sopir ambulans agar bisa menggunakan jasa mobil ambulans rumah sakit. Namun karena tidak punya uang dan hanya memegang kartu BPJS, dia terpaksa membawa jenazah bayinya dengan angkot.
Penjelasan RSUD Abdoel Moeloek
Berdasarkan pejelasan yang dikutip dari situs resmi Provinsi Lampung dikatakan pihak RSUD Abdoel Moeloek sudah memberikan klarifikasi lewat jumpa pers pada Rabu (20/9) malam terkait pasien meninggal yang tidak mendapatkan layanan ambulans.
Direktur Pelayanan RSUD Abdoel Moeloek Padilangga mengatakan, peristiwa itu terjadi hanya karena miskomunikasi antara orangtua anak dengan petugas ambulans. Pasien meninggal karena kelainan bawaan yakni meningocele di ICU sekitar pukul 15.15 WIB Rabu (20/9).
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga sudah mendapat ambulans dan siap berangkat menuju rumah duka. Ibu dan bapak pasien sudah berada di dalam mobil, namun karena ada masalah administrasi yang kurang lengkap, ayah pasien diminta untuk melengkapi.
“Jadi petugas ambulans memanggil ayah dari anak, di situ mungkin ada (administrasi) yang perlu diperbaiki, tetapi karena keluarga sudah panik, jadi langsung ambil pasiennya dan dibawa pakai kendaraan umum,” jelas Padilangga di ICU RSUD.
Masalah administrasi yang dimaksud adalah soal klarifikasi nama. Nama yang tercantum di BPJS adalah nama bayi yaitu Berlin Istana. Sedangkan yang tertulis di formulir pendaftaran RSUD Abdoel Moeloek adalah nama ibunya yakni Delvasari. Perbedaan itu terjadi karena saat masuk ke rumah sakit bayi tersebut belum memiliki nama.
ADVERTISEMENT
Padilangga membantah pasien tidak mendapat fasilitas ambulans karena menggunakan BPJS.
“Apalagi kan BPJS sudah ada biaya khusus, itu ditanggung oleh pemerintah tidak ada biaya tambahan. Sudah nggak ada masalah lagi sebenarnya, tinggal administrasi saja. Ambulans sudah standby. Kita maklum, mereka emosi, panik karena kehilangan anak, itu kita maklumi,” katanya.
Pihak rumah sakit akan melakukan investigasi untuk menyelidiki permasalahan ini.
Menanggapi hal tersebut, Kadis Kominfotik Provinsi Lampung Achmad Chrisna Putra yang hadir dalam jumpa pers itu mengatakan masyarakat sebaiknya mencari penjelasan dari beberapa pihak, agar informasi yang diterima bisa berimbang.
“Jadi masyarakat bisa menerima secara bijak kabar ini, saya memposisikan diri dalam permasalahan ini hanya hadir untuk mendampingi pihak Rumah Sakit memberikan klarifikasi kepada media, karena peranan ini penting dalam penyebarannya,” kata Chrisna.
ADVERTISEMENT