Kumplus- opini Salman Akif- post-Islamisme

Post-Islamisme Indonesia dan Islam Sipil

Salman Akif Faylasuf
Alumni PP Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, dan sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid dan Kader PMII Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penikmat kajian-kajian keislaman dan filsafat.
12 Oktober 2022 18:15 WIB
·
waktu baca 6 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tantangan bagi post-Islamisme untuk rehabilitasi dan revitalisasi demokrasi Indonesia bukan hanya berat, tetapi juga banyak. Jika post-Islamisme percaya kepada potensi transformatif iman dan amal-saleh demi kemaslahatan Indonesia ke masa depan, maka tidak ada cara lain kecuali terlibat aktif dalam proses politik demokrasi.
Janji demokrasi untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan harus diwujudkan melalui kerja sama dan kerja nyata. Epistemologi harus diterjemahkan menjadi aksiologi. Epistemologi post-Islamisme Indonesia adalah meyakini bahwa cara terbaik mewujudkan rahmat Islam adalah melalui demokrasi. Dan karena itu, aksiologinya juga dengan demokrasi, kesetaraan, partisipasi, dan pluralisme.
Post-Islamisme Indonesia juga punya modal sosial dan kulturalnya sendiri. Banyak potensi post-Islamisme Indonesia yang masih tersembunyi dan harus digali. Tantangan-tantangan untuk renovasi demokrasi tidak bisa dihadapi dan ditangani sendiri. Tantangan-tangan itu harus dihadapi bersama.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten