Sementara aku berusaha duduk sesantai mungkin di atas kasurnya, Levi mondar-mandir. Kancing atas seragamnya terbuka sebagian. Rasa marahnya, tentu kepadaku, mungkin membuat dia kegerahan.
Ya, ya, memang aku bersalah. Studio mahal di Fatmawati yang sudah disewanya agar latihan kami bisa "naik kelas" jadi mubazir karena aku tidak datang.
Kulihat Rio melipat lengan dan membenamkan punggungnya di sandaran kursi, seakan-akan dia ingin menciut agar pas dengan kursi belajar Levi yang kekecilan. Lirikan matanya sesekali membesetku. Sekilas-sekilas saja, namun tajam bukan main.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814