Tatapan sentimen para kakak kelas kulayani dengan gembira. Lihat, ayo, lihat kami sepuasnya, pikirku. Tentu tak ada yang bisa mereka lakukan selain mengumpat dalam hati, misalnya, bangsat, kalo cuma segitu doang, gue juga bisa.
Tapi Levi keki betul dengan kenorakanku yang satu ini, sampai-sampai dia ogah jajan di kantin saat istirahat. Malu, katanya.
Hanya Saira dan aku yang mengerti: di balik semua keriangan kami, yang norak maupun tidak, kami hanya sepasang kekasih belia yang berjuang mati-matian agar tak tersapu nasib. Kami membenamkan kaki dalam-dalam ke pasir dan bersiap menghadapi gelombang baru, yang bisa saja lebih besar, sekali lagi, kemudian lagi dan lagi, entah sampai kapan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814