Konten dari Pengguna

Gunung Agung, Cermin Keagungan yang Maha Agung

Sampe Purba
Sampe Purba adalah Peneliti Senior pada Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Strategis, Alumni PPRA Lemhannas RI dan Doktor Alumni Universitas Pertahanan, Bidang Geostrategi Energi, Partner pada Firma Hukum IST Law Firm
31 Desember 2018 20:57 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sampe Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sunrise di Gunung Agung (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sunrise di Gunung Agung (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Agung, adalah atribut yang disematkan atas puncak pencapaian karya manusia. Agung juga dilekatkan kepada orang, atau benda yang diyakini memiliki tuah atau superioritas, misalnya Sultan Agung, Mahkamah Agung atau Gunung Agung. Gunung Agung layak menyandang nama besar tersebut di pulau Dewata yang eksotis ini.
ADVERTISEMENT
Dengan ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut, gunung tersebut terlihat kokoh curam menonjol (type stratovolcano). Dari puncak gunung yang terletak di daerah Karang Asem itu bahkan puncak gunung Rinjani di seberang laut ke arah Lombok pun dapat terlihat.
Pura Besakih, pura terbesar di Pulau Bali, terletak di kaki Gunung Agung. Pura ini legendaris, diyakini merupakan kawasan pertama bangsawan Majapahit yang tersingkir menetap dan membangun peradaban di Bali. Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung merupakan tempat bersemayamnya dewa-dewa.
Ketika Gunung Agung memuntahkan lahar panasnya di tahun 1963 yang merenggut korban lebih dari 1.000 orang, kawasan pura Besakih tidak ikut tersapu. Tetap kokoh berdiri. Hal ini mengingatkan saya ketika sekelompok siburiapus manusia laknat mengebom di Kuta dalam peristiwa Bom Bali yang lalu, pura pemujaan tetap kokoh.
Gunung Agung kembali meletus sebanyak dua kali pada 04.52 Wita dan 09.05 Wita, Minggu (15/7) pagi ini. (Foto: Dok. PVMBG)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Agung kembali meletus sebanyak dua kali pada 04.52 Wita dan 09.05 Wita, Minggu (15/7) pagi ini. (Foto: Dok. PVMBG)
Menjelang akhir 2017, Gunung Agung menunjukkan kembali aktivitasnya yang agak mengkhawatirkan. Puluhan ribu orang sempat diungsikan. Status gunung pun dinaikkan ke level kewaspadaan tertinggi (level empat--awas) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi--Badan geologi yang secara teknis berada di bawah portofolio Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral. Kita tahu, karakter dan tipe Menteri Ignasius Jonan tidak pernah mau kompromi dengan safety dan security. Menyangkut nyawa, jangan main-main.
ADVERTISEMENT
Menjadi headline di pusat pusat bursa dunia seperti New York, London, atau Hong Kong, mengingat Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan pertemuan tahunan IMF–Bank Dunia yang akan dihadiri oleh puluhan ribu orang tokoh politisi, pebisnis, pelobi, dan pesohor. Termasuk wanita wanita cantik terhormat.
Mata dunia tertuju ke Bali. Sempat timbul suara-suara yang meminta agar perhelatan tingkat dunia yang akan membawa Indonesia dalam pusat gravitasi panggung global tersebut, ditunda atau dipindahkan ke negara lain. Pada hal untuk menjadi tuan rumah telah diperjuangkan dengan persaingan ketat dan diplomasi cerdas. Selain prestise, perhelatan akbar ini sesungguhnya akan menggerakkan roda perekonomian, deal bisnis serta multiplier effect lainnya.
Di tengah situasi yang demikian, Presiden Jokowi menunjuk menteri serba bisa Pak Luhut Binsar Panjaitan sebagai Ketua Panitia. Panitia tidak saja mengeluarkan energi untuk membangun infrastruktur, menyiapkan materi, akomodasi transportasi, keamanan, event business matching, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Tetapi juga sangat penting meyakinkan para delegasi bahwa Bali aman, dan mitigasi plan dalam hal ada bencana gunung apipun telah disiapkan. Untuk lebih memperkuat timnya, tidak kurang dari Dubes Peter Gontha, seorang usahawan kaliber global dan diplomat milenial, diikutkan untuk mengkampanyekan dan meyakinkan para rekan dan pebisnis global lainnya.
Menteri ESDM Ignasius Jonan di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Rendang, Karangasem, Kamis (5/7). (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Ignasius Jonan di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Rendang, Karangasem, Kamis (5/7). (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Jagat bermurah hati. Ketulusan para pemimpin negeri yang berjuang dan mengabdi untuk kebaikan dan kemaslahatan rakyat didukung alam. Pada bulan Maret 2018, Menteri Jonan mengumumkan status gunung Agung diturunkan ke level siaga. Gunung Agung masih meletus di bulan Juli 2018, namun dapat diatasi dengan baik. Selama perhelatan di bulan Oktober 2018, Gunung Agung sangat bersahabat dan berwajah manis. Sekali lagi, karya keagungan Tuhan yang maha agung dinyatakan lewat peri laku gunung Agung.
ADVERTISEMENT
Pemantauan dan penanganan Krisis Gunung Agung 2017-2018 yang mendapat sorotan dunia menuai hikmah. Jurnalis dan badan badan dunia mengunjungi stasiun pengamatan. Peralatan dipermodern. Gunung Agung dimonitor dengan menggunakan 16 stasiun seismik, 5 stasiun GPS, 3 stasiun tiltmeter, 2 CCTV, 1 thermal camera, 1 set pengukur gas jarak jauh, dan satu set drone. Gunung Agung saat ini merupakan salah satu gunung api yang paling lengkap peralatan pemantauannya, bersama gunung Merapi di Yogyakarta dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Profesionalisme, dedikasi, dan pengabdian para kru Badan Geologi mendapat apresiasi dunia. Resiko bencana ditangani dan dimitigasi. Dalam erupsi 2017 -2018 itu tidak ada korban jiwa. Organisasi vulkanologi terbesar di dunia, IAVCEI (International Assosiation of Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior) memberikan penghargaan tertingginya.
ADVERTISEMENT
Di minggu terakhir tahun ini, di sela-sela hari raya Galungan, Pak Jonan datang ke Pos Pengamatan Gunungapi Agung, di desa Rendang, di kaki Gunung Agung. Disambut senyum sumringah perwakilan para pengamat dan peneliti gunung api se Indonesia Tengah dan Timur, Menteri Jonan meresmikan renovasi pos pengamatan gunungapi agung. Sementara warga negara kita secara umum memanfaatkan liburan akhir tahun berkumpul dengan keluarga, Menteri Jonan memilih mengunjungi anak-anaknya, para pengamat dan peneliti gunung api, yang bekerja sepi ing pamrih, rame ing gawe.
Didampingi Kepala Badan Geologi bapak Rudy Suhendar, dan ibu Ella yang cantik arsitek spesialis Geopark, Pak Menteri Jonan menorehkan tanda tangannya di atas prasasti. Tanda tangan yang khas dengan tiga titik tegas.
ADVERTISEMENT
Bali, 26 Desember 2018
____________
Penulis – Traveller’s in duty