Peluang Ekspor Tempe Terbuka Lebar, Indonesia Siap dari Hulu ke Hilir

Konten dari Pengguna
7 Juli 2019 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sandra Nurdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah mendengar berita tempe terkenal di luar negeri? Yup, tempe merupakan produk makanan olahan asli dari Indonesia, banyak orang Indonesia yang membawa dan memperkenalkan tempe di mata dunia lho. Salah satunya adalah Pak Rustono yang dijuluki sebagai "King of Tempe", yang sanggup dan berhasil memproduksi tempe dan mendistribusikannya ke se-antero Jepang.
ADVERTISEMENT
Rustono 'King of Tempe' - Sumber Foto: Go UKM
Masih banyak lagi orang-orang berjasa besar dalam memperkenalkan tempe ke seluruh penjuru dunia, tak hanya oleh orang Indonesia saja, beberapa WNA bahkan ada yang sampai ikut 'berjuang' mempopulerkan tempe di dunia lho. Ada Ana Larderet dari Prancis yang memproduksi serta memperkenalkan tempe hingga dikenal di Eropa, serta William Mitchell yang sukses berjualan tempe di ibu kota Inggris.
William Mitchel - Sumber Foto: BBC
Banyaknya berita positif mengenai tempe di beberapa negara, tentu dapat menjadi data yang baik bagi pemerintah, untuk mulai mengolah dan mengelola tempe sebagai komoditas ekspor unggulan dari Indonesia. Apalagi di Indonesia sendiri pengrajin tempe bisa dibilang menyebar dan hampir ada di setiap daerah.
Tak hanya di daerah-daerah saja, di kota metropolitan seperti Jakarta pun terdapat beberapa pengrajin tempe yang memproduksi tempe untuk konsumsi warga Jakarta. Tentu bukan hal yang sulit untuk memenuhi kebutuhan ekspor tempe secara masif, asalkan ada pihak-pihak terkait yang siap membantu para pengrajin menjaga standarisasi serta ketersediaan bahan baku utama pembuat tempe yakni kacang kedelai.
ADVERTISEMENT
Agar produksi kacang kedelai di Indonesia melimpah, tanpa harus selalu mengandalkan produk impor yang harganya tak bisa diprediksi, alangkah baiknya gerakan tanam kedelai serentak yang pernah dilakukan Kementrian Pertanian di tahun 2017 diadakan secara berkala.
Pencanganan Tanam Kedelai Serentak - Sumber Foto: Detik
Apalagi mengutip ucapan Direktur Jendral Tanaman Pangan Kementan dari Detik.com, Gatot Irianto, target pemerintah dapat swasembada kedelai di tahun 2019. Tentu bukan hal yang bermasalah apabila tempe digenjot menjadi produk ekspor, karena kita sudah kuat dari hulu sampai ke hilir. Jadi ketika harga kacang kedelai meningkat di pasar global, dampak terhadap harga tempe tidak akan berpengaruh terlalu signifikan.
Selain itu, faktor daya tahan menjadi hambatan utama apabila tempe ingin dijadikan produk impor. Sudah menjadi rahasia umum, tempe memiliki daya tahan yang tidak terlalu lama apabila masih berbentuk mentah. Namun bila melihat track record ekspor di Indonesia, hewan hidup seperti lobster dan udang pun bisa dijadikan komoditas ekspor, tentu bukan hal yang sulit untuk melakukannya.
ADVERTISEMENT
Tempe akan sanggup bertahan lama apabila disimpan dalam suhu yang dingin, cara sederhana ini mungkin bisa digunakan, tentu dengan menggunakan freezer atau es dalam paket pengiriman tempe. Apabila hal tersebut dirasa sulit, kita dapat mengolah tempe ke dalam produk lain yang memiliki daya tahan lebih lama. Misalnya seperti keripik atau produk olahan tempe kekinian seperti coklat atau cookies berbahan dasar tempe.
Cookies Berbahan Dasar Tempe - Sumber Foto: Instagram IniTempe.id
Kedelai sebagai bahan baku tempe memang dapat disajikan ke berbagai macam jenis produk, selain tempe masih banyak produk-produk yang menggunakan bahan baku kedelai seperti tahu atau kecap. Selain itu, ampas dari pembuatan produk-produk berbahan kedelai tersebut pun masih bisa diolah menjadi produk-produk makanan yang lain.
ADVERTISEMENT
Ampas Tempe - Sumber: Youtube
Sayangnya, sebagian besar pengrajin tempe dan produk berbahan dasar kedelai lain, justru menjual ampas tersebut ke pemilik hewan ternak untuk dijadikan pakan ternak tambahan. Padahal dengan sentuhan inovasi, ampas-ampas kedelai tersebut dapat diubah menjadi produk yang memiliki keunggulan dan nilai ekonomis yang dapat menjadi tambahan bagi para pengrajin.
Salah satu contoh misalnya, ampas kedelai bisa diolah menjadi bakso ampas kedelai. Produk ini merupakan salah satu inovasi yang pernah diteliti oleh beberapa mahasiswa IPB. Apabila produk berbahan kedelai seperti tempe dijaga standarisasi nya untuk komoditas ekspor, pastilah ampas-ampas yang dihasilkan pun lebih berkualitas dan dapat diolah kembali sebagai produk turunan dari tempe yang berpotensi diekspor kembali.
Ampas hasil pengolahan tempe tadi bisa dibuat ke dalam bentuk yang mudah diterima untuk konsumsi ekspor, misalnya dibuat menjadi bakso, nugget atau sosis. Selain memiliki citarasa dan keunggulan tersendiri, salah satunya lebih rendah kolesterol.
ADVERTISEMENT
Bagi beberapa negara yang memiliki mayoritas masyarakat vegan, hal ini tentu akan menjadi langkah yang baik. Karena mereka masih bisa menikmati produk-produk junk food, namun dengan bahan dan efek yang berbeda dari produk berbahan hewani. Dengan branding produk menggunakan istilah "ekstrak" dan bukan ampas dari kedelai, tentu penerimaan terhadap produk olahan dari ampas tempe ini akan lebih baik diterima oleh konsumen ekspor.
Dari cerita di atas, pemerintah Indonesia tentu harus #BeraniEkspor tempe ke berbagai penjuru dunia. Baik dalam bentuk bahan mentah, maupun produk-produk olahan lain yang berbahan dasar tempe. Didukung oleh Badan Karantina Pertanian yang telah #142KarantinaMelayani, Indonesia yakin bisa memperbesar nilai ekspor dari produk tempe. Indonesia Bisa!
Sandra Nurdiansyah
ADVERTISEMENT