Salahkah Liverpool Bergantung kepada Mohamed Salah?

11 Desember 2017 20:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohamed Salah merayakan golnya. (Foto: Reuters/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Mohamed Salah merayakan golnya. (Foto: Reuters/Phil Noble)
ADVERTISEMENT
Nama Mohamed Salah memang unik. Namanya mudah diingat sehingga banyak orang yang mudah mengenali dirinya. Semakin banyak dikenal, maka dia akan menjadi tempat banyak orang bergantung. Sekarang Liverpool (mungkin) sedang berada dalam fase tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali didatangkan dari AS Roma pada awal musim 2017/2018, banyak orang meragukan kemampuan Salah. Selain karena kegagalannya saat merumput di Premier League bersama Chelsea beberapa musim silam, Salah berkembang pesat justru setelah melanglang buana ke Serie A. Kompetisi tersebut, secara budaya, berbeda jauh dengan Premier League.
Atas hal ini, beberapa legenda Liverpool sempat meragukan kemampuan dari Salah. Steve Nicol menganggap bahwa "Si Merah" membuang-buang uang dengan membeli pemain asal Mesir tersebut dengan harga yang tinggi. Steven Gerrard juga meragukan kemampuan dari Salah yang bersinar bersama AS Roma.
Seiring dengan gelaran Premier League musim 2017/2018 yang sudah memasuki pekan ke-16, Salah mulai menunjukkan kapasitasnya. Total 13 gol dan tiga assist sudah dia torehkan bagi Liverpool di Premier League. Di ajang Liga Champions, dia juga sudah menorehkan lima gol dari enam laga yang dilakoni Liverpool.
ADVERTISEMENT
Salah sudah membuktikan dirinya. Selain dikenal dan diingat karena namanya yang unik, dia juga membuktikan diri pantas untuk diingat karena penampilan ciamiknya. Namun justru hal tersebut menimbulkan ketergantungan tersendiri, karena Salah menjadi sosok pencetak gol tunggal bagi Liverpool.
Lalu apakah ketergantungan ini hal yang negatif? Atau justru hal ini tidak apa-apa?
Cermin dari Ketergantungan Liverpool Terhadap Salah
Setelah Salah didatangkan pada musim 2017/2018 ini, pada dasarnya sistem permainan Liverpool tidak banyak berubah. Gegenpressing yang menjadi ciri khas Juergen Klopp semasa masih menangani Borussia Dortmund, masih tampak dalam permainan Liverpool pada musim 2017/2018 ini, walau belum sempurna-sempurna amat.
Cairnya pergerakan tiga pemain di lini depan Liverpool juga masih tampak, meski komposisinya sedikit berbeda dari musim lalu. Mane-Salah-Firmino tidak terpatok pada posisinya masing-masing. Mereka bergerak dengan cair dalam upaya mereka membongkar pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi sedikit berbeda adalah Phillipe Coutinho. Jika pada musim 2016/2017 dia masih beberapa kali kerap menjadi winger, pada musim 2017/2018 ini posisinya sedikit lebih mundur menjadi seorang gelandang. Sempat dianggap akan bersaing dengan Salah untuk memperebutkan posisi winger, Coutinho justru dimundurkan satu baris.
Positifnya, mundurnya Coutinho satu baris ini membuat aliran bola Liverpool dari tengah ke depan menjadi lebih lancar. Namun jika mau melihat dari sisi yang lain, mundurnya Coutinho satu baris ini menunjukkan bahwa Klopp berusaha untuk mengakomodir kedatangan Salah. Hal ini terbilang cukup baru, meski Klopp juga sempat bilang bahwa dia memang ingin memundurkan Coutinho satu baris pada musim 2017/2018 ini.
Selain karena acap menjadi pemecah kebuntuan bagi Liverpool (teranyar adalah ketika dia mencetak gol ke gawang Everton), proses akomodasi posisi yang dilakukan oleh Klopp ini secara tidak langsung bisa jadi menunjukkan ketergantungan Liverpool akan sosok Salah. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Salah adalah pencetak gol terbanyak sementara untuk Liverpool saat ini semakin menumbuhkan asumsi bahwa Liverpool, pada musim 2017/2018 ini, benar-benar bergantung pada sosok Salah.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah ini salah? Apakah Liverpool tidak boleh bergantung terus kepada Salah?
Tidak Apa-Apa Bergantung kepada Salah, Asal. . .
Bergantung kepada satu pemain adalah hal lazim. Barcelona, sampai sekarang masih bergantung kepada sosok Lionel Messi. Pun dengan Real Madrid yang masih bergantung kepada sosok Cristiano Ronaldo. Tidak salah jika Liverpool bergantung kepada seorang Mohamed Salah, apalagi di tengah melempemnya performa penyerang-penyerang mereka.
Roberto Firmino dan Mohamed Salah. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Roberto Firmino dan Mohamed Salah. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
Namun, jika memang Liverpool ingin terus bergantung kepada sosok Mohamed Salah, ada baiknya mereka meniru apa yang Barcelona lakukan: menyediakan sistem dan skema yang mengakomodir kemampuan Messi. Liverpool, jika mereka mampu menyediakan sistem dan skema yang mampu mengakomodir kemampuan Salah, mereka akan menjadi tim yang solid.
Meski memang kelak akan menjadikan Salah sosok yang semakin menonjol di tubuh "Si Merah", ini adalah konsekuensi yang harus diambil oleh Liverpool jika mereka bergantung kepada sosok Salah. Lagipula torehan 20 gol dari 26 laga yang sudah dijalani Liverpool di semua kompetisi memang bukan angka yang bisa dinafikkan begitu saja.
ADVERTISEMENT