Mengindera Corona Mulai Embusan Napas hingga Bau Ketiak

Sandy Wisnu Aji
Pranata Humas Muda - Sekretariat Daerah - Kabupaten Bogor
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 9:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sandy Wisnu Aji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pertarungan melawan Covid-19. (Sumber: Freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertarungan melawan Covid-19. (Sumber: Freepik.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ulang tahun, saat momen tersebut datang, kebanyakan orang akan mendapatkan ucapan, doa hingga kado dari orang terdekat dan tersayang. Haru dan bahagia pun dirasakan seseorang saat berulang tahun.
ADVERTISEMENT
Tapi rasa ini berbeda, saat kita coba napak tilas setahun lalu saat Virus Corona mulai hadir ke Indonesia. Saat beberapa bulan sebelumnya kita hanya bisa melihat di Televisi, tapi kian hari makin mendekat memasuki lingkungan orang terdekat, bahkan mungkin menjangkiti kita.
Senin, (2/3/2021), setahun sudah Virus Corona masuk ke negeri kita. Banyak hal yang perlu kita tinjau sejauh mana bangsa ini benar-benar serius menghadapi serangan maut Covid-19. Kasus pertama tersebut diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun itu dengan Warga Negara Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia. Pertemuan terjadi di sebuah klub dansa di Jakarta pada (14/02/2020) lalu.
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Kemudian untuk pertama kalinya Indonesia mengkonfirmasi kasus Covid-19 pada Senin 2 Maret lalu. Saat itu, Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit Virus Corona, yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun. Yang kemudian kita kenal kasus 01 dan 02.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal (9/4/2020), pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar virus corona di Indonesia. Sampai tanggal (1/3/2021), Indonesia telah melaporkan 1.341.314 kasus positif. Jumlah ini menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 36.325 kematian.
Dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020. Di mana PSBB membatasi kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19 untuk mencegah penyebaran Virus Corona. Sampai dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) semua dilakukan pemerintah guna menghambat laju penularan.
PPKM berbeda dengan PSBB di tahun 2020. PSBB yang diterapkan di wilayah yang didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Sedangkan PPKM hanya dilaksanakan di sejumlah daerah yang berada di Pulau Jawa dan Bali.
ADVERTISEMENT

Hasil Inovasi Anak Bangsa

Menteri Riset dan Teknologi Indonesia / Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, Covid-19 merupakan momentum kebangkitan kemandirian riset dan inovasi di tanah air. “Sejak munculnya kasus pertama Covid-19 sedikitnya sudah ada 61 produk inovasi karya anak bangsa yang dihasilkan dalam upaya Penanganan pada Covid-19” tambahnya.
Prof. Bambang menegaskan “Kita memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peneliti, perekayasa, dan dosen untuk mengeluarkan ide yang bisa dilakukan untuk menangani pandemi Covid-19. Karena Covid-19 ini adalah penyakit yang mudah sekali menular harus ada alat testing dan juga alat skrining cepat”.
GeNose, Alat Deteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM). Dari pengujian yang telah dilakukan Tim UGM, diketahui tingkat akurasi GeNose mencapai 97 persen. GeNose mengidentifikasi Virus Corona dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC). VOC terbentuk lantaran adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas.
ADVERTISEMENT
GeNose lebih cepat dibandingkan dengan rapid test antigen dan swab test/PCR. Dalam waktu kurang dari 2 menit, GeNose bisa mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19. GeNose sudah mulai digunakan di stasiun kereta Api Mulai 5 Februari 2021, Penumpang Hanya Perlu Bayar Rp 20 Ribu.
I-nose c-19 alat inovasi canggih untuk skrining Covid-19 buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) masih terus berlanjut. Seperti di kutip dari lama resmi ITS, i-nose c-19 merupakan mendeteksi bau yang juga berasal dari VOC yang terdapat dalam keringat ketiak. Alat ini dikembangkan oleh guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof. Riyanarto Sarno dan tim.
Cara kerja i-nose c-19 adalah mengambil sampel dengan cara menghisap bau keringat melalui selang kecil. Kemudian disalurkan ke deretan sensor (sensor array) pada i-nose c-19. Setelah itu, gas bau tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan diolah menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
ADVERTISEMENT
Walaupun keefektifan i-nose c-19 sudah mencapai minimum 91 persen, Tetapi i-nose c-19 bukan sebagai pengganti tes swab PCR. I-nose c-19 hanya alat skrining atau deteksi awal Covid-19 sebelum seseorang melakukan swab PCR dan sebagai alternatif untuk mempercepat proses skrining.
Kemandirian riset dan inovasi alat-alat kesehatan dan obat-obatan hendaknya terus dilakukan. Hal ini diharapkan dapat membuat masyarakat kembali optimis bahwa Indonesia dapat segera pulih bangkit melewati masa krisis.
Bukan karena mudah yakin kita bisa, tapi karena yakin semua akan menjadi mudah. Bukan rintangan membuat langkah menjadi tak pasti, tapi karena langkah pasti yang jadikan kita bisa melewati rintangan. Ayo Bangkit Indonesia... (Sandy Wisnu Aji).