Satu Kaki Layu Saya Pacu Berlari Mengejar Mimpi

Sapto Yogo Purnomo
Atlet atletik Asian Para Games 2018
Konten dari Pengguna
30 September 2018 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sapto Yogo Purnomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Atlet Boccia Sapto Yogo (Foto:  Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Boccia Sapto Yogo (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kaki dan tangan kanan saya menderita layu. Lari sejauh 30 meter saja, saya akan mulai hilang keseimbangan. Namun hal itu tak menahan saya untuk memilih jalan hidup sebagai atlet lari, cabang olahraga yang mengandalkan kekuatan kaki.
ADVERTISEMENT
Semua berawal saat saya SMK. Guru olahraga saya--Bu Winda Prasepti, melihat kekurangan fisik saya, namun di saat bersamaan melihat potensi yang bisa dikembangkan dari kekurangan tersebut. Saya lantas dipertemukan dengan seorang pengurus atlet-atlet difabel di Jawa Tengah.
Lewat campur tangannya, saya mulai latihan di Solo untuk mengikuti Peparpenas (Pekan Paralympic Pelajar Nasional) di Bandung. Di ajang itu, saya meraih 5 medali emas.
Kemenangan itu membawa saya untuk dipanggil menjadi perwakilan Indonesia di ASEAN Para Games di Malaysia.
Orang Tua Sempat Ragu-ragu
NPC (National Paralympic Committee) menjadi organisasi tempat saya bernaung. Pengurus NPC yang berhasil meyakinkan orang tua saya bahwa program latihan atletik di NPC merupakan suatu hal yang positif.
Orang tua akhirnya ikut mendukung, meskipun awalnya sempat terbebani bermacam kerisauan dan pertanyaan: Benarkah NPC melakukan sesuai yang dijanjikan?
ADVERTISEMENT
Mereka sampai sering datang untuk melihat saya berlatih langsung, untuk melihat anaknya yang berada di bawah tanggung jawab NPC.
Dihina hingga Bolos Sekolah
Sebelum ikut paralympic, saya sempat dihantui rasa minder. Semasa sekolah, teman-teman mengucilkan saya, kekurangan fisik saya sering diejek, saking seringnya hingga saya bolos sekolah satu minggu.
Tak tahan dengan semua itu
Prestasi yang saya raih perlahan lewat ikut berbagai ajang paralympic lantas membangkitkan rasa percaya diri. Bahkan sudah tak ada lagi teman-teman yang mengejek seperti dulu.
Pantang Mengeluh dan Asah Mental Lewat Sparring dengan Atlet Normal
Catatan terbaik saya adalah saat ASEAN Para Games di Malaysia, di nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 11,76 detik. Insya Allah target saya di Asian Para Games nanti pecah rekor pribadi.
ADVERTISEMENT
Mempersiapkan mental juga penting. Saya sering cari lawan yang terkuat latihan bareng, bahkan saya sering sparring dengan atlet normal. Meskipun hanya dengan jarak lari yang pendek, sekitar 30 meter, tapi saya lakukan terus menerus. Sampai saya benar-benar bisa menyaingi rekan sparring saya.
Beberapa kali bisa, tapi kalau sudah 30 meter ke atas terasa sulit sebab keseimbangan tangan mulai berkurang.
Terakhir, saya ingin menyampaikan harapan saya untuk masyarakat Indonesia untuk mendukung dan mendoakan atlet-atlet Pelatnas Asian Para Games, supaya kami diberi kemudahan untuk mencapai yang terbaik.
ADVERTISEMENT